Liputan6.com, Kediri: Sejumlah desa di Kediri dan Blitar, Jawa Timur, terancam longsoran lahar sisa ledakan Gunung Kelud pada 1956 dan 1990. Diperkirakan sisa erupsi gunung itu mencapai 150 juta meter kubik. Demikian laporan reporter SCTV dari Kediri, Jumat (3/1).
Ancaman itu semakin mengkhawatirkan, menyusul penggundulan hutan di sekitar lereng gunung itu sangat parah. Akibatnya, bila curah hujan di atas puncak gunung tinggi, longsoran lahar akan mudah meluncur lantaran tak ada hutan lindung yang menjadi penyangga sisa vulkanik. Selain itu perkebunan kopi di kaki gunung yang tingginya mencapai 1.731 meter dari permukaan laut ini juga telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
Badan Proyek Gunung Kelud mencemaskan, musibah Kali Serinjing pada 2000 akan terulang, bahkan dengan skala lebih luas. Musibah itu adalah longsornya sedimen material vulkanik yang menewaskan beberapa orang. Menyusul kemudian, musibah jebolnya tanggul Desa Setonorejo, Kecamatan Keras, Kabupaten Kediri, awal 2002. Tanggul jebol akibat tak mampu menahan material pasir yang terbawa hujan.(YYT/Agus Ainul Yakin dan Danang Sumirat)
Ancaman itu semakin mengkhawatirkan, menyusul penggundulan hutan di sekitar lereng gunung itu sangat parah. Akibatnya, bila curah hujan di atas puncak gunung tinggi, longsoran lahar akan mudah meluncur lantaran tak ada hutan lindung yang menjadi penyangga sisa vulkanik. Selain itu perkebunan kopi di kaki gunung yang tingginya mencapai 1.731 meter dari permukaan laut ini juga telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
Badan Proyek Gunung Kelud mencemaskan, musibah Kali Serinjing pada 2000 akan terulang, bahkan dengan skala lebih luas. Musibah itu adalah longsornya sedimen material vulkanik yang menewaskan beberapa orang. Menyusul kemudian, musibah jebolnya tanggul Desa Setonorejo, Kecamatan Keras, Kabupaten Kediri, awal 2002. Tanggul jebol akibat tak mampu menahan material pasir yang terbawa hujan.(YYT/Agus Ainul Yakin dan Danang Sumirat)