Sukses

Helikopter Super Puma TNI AU Jatuh di Dieng 17 Tahun Silam, 14 Prajurit Gugur

Saksi mata melihat helikopter super puma milik TNI AU itu terbang sangat rendah di kawasan pegunungan perahu dataran tinggi Dieng, Wonosobo beberapa saat sebelum jatuh.

Liputan6.com, Jakarta - Ledakan keras terdengar hingga memekakkan telinga Aries, 45 tahun. Warga Desa Surengede ini menjadi salah satu saksi mata kecelakaaan helikopter super puma milik TNI Angkatan Udara (AU) pada Kamis, 23 Desember 2004 sekitar pukul 11.30 WIB atau tepat 17 tahun silam.

Helikopter milik TNI AU itu jatuh di kawasan Pegunungan Perahu atau Gunung Prau, Desa Surengede, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Kecelakaan yang terjadi di kawasan dataran tinggi Dieng itu menewaskan 14 awak dan penumpang heli yang merupakan prajurit TNI.

Dikutip dari, Buku: Daftar Panjang Kecelakaan Alutsista Angkatan Udara yang disusun oleh Pusat Data dan Analisa Tempo, Aries melihat helikopter super puma itu terbang rendah. Bahkan posisinya lebih rendah dari tempatnya berada yakni 200 meter dari sebuah bukit di pegunungan tersebut. 

Selang berapa menit kemudian, terdengar ledakan keras beruntun. Mat Hasyim, saksi lain yang berada sekitar 300 meter, turut mendengar suara ledakan yang sama. Dia bahkan melihat badan heli hancur dan asap mengepul. 

Mat Hasyim bersama para petani langsung memberi pertolongan pertama. Namun, mereka tak berani mengangkat tubuh para korban dari lokasi kejadian. 

Tak berselang lama, tim pencari dan penyelamat (SAR) Kabupaten Wonosobo bersama masyarakat dan aparat TNI serta Polri tiba di lokasi. Mereka melakukan evakuasi korban.

Namun proses evakuasi tak mudah karena lokasi jatuhnya heli sulit dijangkau. Begitu juga kondisi cuaca yang tak mendukung. Tim evakuasi terpaksa berjalan kaki melalui jalan setapak berjarak 2,5 kilometer dari Desa Surengede dengan posisi menanjak tajam. 

Berdasarkan catatan Liputan6.com, evakuasi yang dilakukan tim search and rescue (SAR), aparat TNI/Polri, serta warga sekitar telah rampung pada Kamis, 23 Desember 2004 sekitar pukul 20.00 WIB.

Sekitar pukul 23.00 WIB, sebanyak 13 korban musibah kecelakaan telah dibawa ke Rumah Sakit Umum Wonosobo dengan menggunakan tiga mobil ambulans. Selain mengevakuasi para korban, petugas juga mengangkut mesin dan bangkai helikopter menggunakan beberapa alat bantu seperti crane.

2 dari 2 halaman

Heli Sempat Berputar Sebelum Jatuh

Heli yang mengalami kecelakaan itu milik Skuadron 17 Halim Perdanakusuma. Kala itu, helikopter terbang dari Yogyakarta menuju Subang, sebagaimana yang disampaikan Kepala Pusat Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Sagom Tamboen.

Sebelum jatuh, beberapa saksi mata melihat helikopter milik TNI AU itu berputar-putar sekitar pukul 12.20 WIB.

Sepuluh menit kemudian, baru terdengar ledakan keras dari arah bukit, heli kemungkinan jatuh setelah menabrak tebing karena cuaca buruk. Demikian kata Marsekal Chappy Hakim menambahkan. Saat itu, ia sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU).

Adapun, nama-nama anggota TNI AU yang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut, antara lain Kapten Pilot Damar, Kapten Rizki, Mayor Agung, Sersan Abdul Wahid, Mayor Norman, Mayor Indra Jaya, Kapten Adriadi, Letnan Satu Penerbang Aditya, Mayor Fery, Mayor Sumato, Mayor Yuswan, Mayor R Panji, Mayor Utoyo, dan Letnan Satu Johan Sihotang.

Para korban dilepas dalam sebuah upacara militer yang dipimpin Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Chappy Hakim. Upacara dilaksanakan di Hanggar II Skuadron Pendidikan Lapangan Udara TNI AU Adi Sutjipto, Yogyakarta, Jumat (24/12/2021), sekitar pukul 10.50 WIB.

Seluruh jenazah tiba di Lanud Adi Sutjipto sekitar pukul 08.00 WIB. Kedatangan jenazah para korban disambut keharuan mendalam pihak keluarga yang sudah menunggu sejak pagi hari. 

Usai upacara, ke-14 jenazah kemudian diserahkan ke masing-masing keluarga untuk dimakamkan di daerah asalnya. Delapan korban akan dimakamkan di Jakarta dan tiga lainnya di Malang.

Sementara tiga lainnya akan disemayamkan di Padang (Sumatra Barat), Semarang (Jateng), dan Madiun (Jawa Timur).

Suasana duka juga menyelimuti kediaman almarhum Mayor (Penerbang) Ferry Susantyo di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Istri almarhum, Wenny terlihat sangat terpukul dengan musibah ini. Karena setelah enam tahun berkeluarga, ia baru dianugerahi anak pada tahun 2003. Apalagi, Ferry belum lama merayakan ulang tahun pertama Raihan, anaknya yang lahir tanggal 21 Desember.

Suasana duka juga dirasakan di rumah pilot helikopter Super Puma almarhum Kapten (P) Rizky Akbar Biran. Seluruh keluarga besar menanti kedatangan jenazah dalam keharuan.

Almarhum meninggalkan seorang istri, Dessy Iriani dan putra, Guntur yang berusia empat tahun. Dessy tampak tabah menghadapi kenyataan. Jenazah Rizky akan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.