Sukses

Panglima TNI Andika Perkasa Terima Aktivis Papua, Bahas Apa?

Panglima TNI Andika Perkasa mengatakan permasalahan pemerintahan Papua merupakan tanggung jawab banyak departemen/lembaga.

Liputan6.com, Jakarta Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa menerima audiensi aktivis Papua, Frans Maniagasi dan Philip Jusario Vermonte membahas berbagai hal terkait pembangunan, ekonomi, dan keamanan di Bumi Cenderawasih secara berkelanjutan.

Pada kesempatan tersebut, mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu menyatakan TNI akan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengawal pembangunan Papua secara berkelanjutan.

"Tentara Nasional Indonesia akan bekerja sama dengan pemerintah dalam mengawal pembangunan Papua secara berkelanjutan," kata Andika dalam audiensi yang disiarkan melalui kanal YouTube Jenderal Andika Perkasa dipantau dari Jakarta, Minggu (16/1/2022) dilansir Antara. 

Dari audiensi yang berlangsung Sabtu (15/1) di Ruang Kerja Panglima TNI, Jakarta, Jenderal Andika Perkasa didampingi sejumlah staf TNI mendapat banyak masukan dan informasi terkait hal yang sudah terjadi di wilayah Papua, terutama sebagai wilayah Otonomi Khusus (Otsus).

Andika mengatakan permasalahan pemerintahan Papua merupakan tanggung jawab banyak departemen/lembaga. Selain itu, diperlukan pula bantuan aktivis Papua untuk memberikan informasi.

Namun, Andika memastikan dirinya akan disiplin dalam menjalankan tugas pokok TNI dan mengawal pembangunan berkelanjutan di Papua.

"Memang masalah governance ini adalah tanggung jawab banyak departemen/lembaga, ya bantuan dari Mas Frans dan Philip-lah untuk berusaha untuk 'sounding'. Tapi yang jelas saya akan disiplin menangani hanya tugas pokok TNI, dan ini kami hadirkan (jajaran TNI, red.), karena habis selesai (audiensi) ini kami terus kawal proses yang menjadi tanggung jawab kami, ujar Panglima TNI. 

 

2 dari 2 halaman

Aktivis Papua: Perlu Ada Pendekatan Perspektif

Sementara itu, perwakilan aktivis organisasi Papua Philip Jusario Vermonte dari Perkumpulan Masyarakat Jakarta Peduli Papua menyampaikan perlu ada pendekatan perspektif pemerintahan di Bumi Cenderawasih di samping melakukan pembangunan di Papua. 

"Mungkin yang harus kita kerjakan mendekati Papua dalam perspektif governance, pembangunan, dan lain-lain. Kalau ada indikasi pembangunannya meningkat, indeks pembangunan sumber daya manusia meningkat, dan lain-lain, lalu ada pilkada langsung lagi misalnya, itu salah satu cara membangun governance," kata Philip.

Sementara itu, Ketua Forum Diskusi Sabang-Merauke Frans Maniagasi menyingung soal perlunya pengawasan tata dan alokasi dana Otsus Papua agar tepat sasaran untuk pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Ia menyebutkan sumber dana otsus Papua ada tiga, yakni 2,25 persen dengan mekanisme 1,25 persen turun ke kabupaten/kota, sedangkan satu persen turun ke provinsi dalam bentuk block grant dengan catatan harus ada pertanggungjawaban.

"Filosofi dari Dana Otsus Papua yang 2,25 persen itu kontribusi rakyat dari Aceh sampai Maluku untuk mempercepat Papua," kata Frans.