Sukses

Kasus Covid-19 Omicron di Tangsel Bertambah 2 Orang, Transmisi Lokal

Kini, jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di Tangsel ada tujuh orang.

Liputan6.com, Jakarta Kasus Covid-19 varian Omicron di Tangerang Selatan terus bertambah. Per 28 Januari 2022 ini, penularannya bertambah sebanyak dua kasus. Kini, jumlah kasus Omicron ada tujuh orang.

"Sekarang jadi 7 yang terkonfirmasi Omicron. Saya terima laporannya kemarin ada penambahan 2," ujar Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, Selasa (18/1/2022).

Kedua pasien tersebut, diketahui terpapar varian Omicron setelah menjalani pemeriksaan Whole-genome Sequencing (WGS).

Benyamin juga menyebut, yang bersangkutan tak memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri. Namun, penularan itu diduga terjadi saat pasien bepergian.

"Itu transmisi lokal, tapi sudah Whole-gnome Sequencing (WGS)," terangnya.

Atas temuan dua kasus baru itu, Pemkot Tangsel kini tengah menggencarkan untuk melakukan penelusuran atau tracing kasus terhadap orang-orang yang terlibat kontak erat dengan para pasien.

2 dari 2 halaman

Prediksi Pemerintah

Sebelumnya, pemerintah memprediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia akan berlangsung pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022. Hal ini berdasarkan trajectory kasus Covid-19 varian Omicron di Afrika Selatan yang diamati pemerintah.

"Dari hasil trajectory (kasus Covid-19) di Afrika Selatan, puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dalam konferensi pers usai rapat bersama Presiden Jokowi, Minggu (16/1/2022).

Dia mengatakan pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi di Indonesia lebih landai dibandingkan dengan negara-negara lain. Sehingga, kata Luhut, sistem kesehatan tak terbebani dengan lonjakan kasus.

Sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah antara lain, penegakkan protokol kesehatan hingga akselerasi vaksinasi Covid-19. Disisi lain, Luhut membuka kemungkinan kembali diberlakukannya pengetatan mobilitas apabila kasus Covid-19 terus melonjak.

"Pengetatan mobilitas akan kita jafikan opsi terakhir untuk melakukan," ujarnya.