Pengelola Museum Haji Widayat di Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, memutuskan menutup operasional tempat itu hingga waktu yang belum ditentukan. Penutupan dilakukan karena hilangnya 140 koleksi sang maestro Widayat.
"Kami tutup sampai kasus ini selesai, kami juga segera menginvetarisasi secara detail lagi. Tetapi untuk galeri dan art shop tetap buka," kata Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi didampingi budayawan Magelang Sutanto Mendut di Magelang, Minggu (13/1/2013).
Ia mengaku telah melapor kepada kepolisian terkait dengan kasus yang diperkirakan terjadi pada Kamis (10/1) sore hingga Jumat (11/1) dini hari itu. Museum itu didirikan pada 1994 oleh Widayat, sedangkan sang maestro telah meninggal dunia pada 2002 dan selanjutnya pengelolaannya oleh keluarga.
Polisi juga telah menindaklanjuti, antara lain dengan meminta keterangan sejumlah saksi dan mendatangi kompleks museum di Jalan Letnan Tukiyat Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang, atau sekitar dua kilometer timur Candi Borobudur itu.
Galeri Hj Soewarni dan Artshop Hj Soemini di kompleks museum itu tetap buka untuk pengunjung. Kompleks Museum Haji Widayat seluas sekitar 7.500 meter persegi.
"Koleksi yang hilang yang di museum dan gudang. Berdasarkan pesan Pak Widayat, koleksi itu tidak boleh dijual. Jadi kami sudah memproteksi antara lain dengan memasang alarm di pintu-pintu masuk, membuat dokumentasi, termasuk dicatatkan di notaris, dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, sehingga koleksi itu tidak bisa dijual," kata dia. Total jumlah koleksi di museum itu 1001 karya.
Fajar Purnomo Sidi yang akrab dipanggil Pungky itu terkesan tidak bersedia menyebut perkiraan total jumlah kerugian secara finansial atas koleksi yang hilang. Pada kesempatan itu, ia juga mengajak para wartawan untuk melihat kondisi museum pascaraibnya 140 koleksi.
"Ini bukan sebatas kerugian nominal, tetapi kerugian barang karya seni, maka yang kami harapkan barang itu kembali," kata dia. Pihak museum segera mempublikasikan koleksi lukisan yang hilang itu baik melalui media massa maupun website museum.
Tujuannya, agar diketahui banyak pihak, terutama kalangan kolektor, galeri seni dan pelaku seni lainnya. Sehingga akan dapat diketahui siapa yang memindahtangankan koleksi itu dan dikenakan pidana.
Pungky juga menceritakan tentang kronologi pencurian. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para pegawai museum. Ketika itu, dirinya sedang di Pekanbaru untuk suatu keperluan bisnis.
"Untuk penanganan secara hukum, sudah kami percayakan kepada kepolisian. Tetapi kami juga meminta, kalau polisi sudah mendapatkan kembali lukisan itu dan kemudian menjadi barang bukti, supaya disimpan di museum ini lalu museum disegel, karena perlakuan lukisan sebagai barang bukti memang tidak seperti barang bukti kasus umum lainnya. Harus secara khusus. Polisi merespons positif permintaan kami," kata dia.
Ia juga terkesan enggan menjelaskan secara detail apakah kasus itu terkait dengan persoalan keluarga Widayat yang saat ini mengelola museum. Widayat mempunyai dua istri dengan seluruh anaknya 11 orang. Pencurian koleksi museum itu, sejak sekitar 2005 hingga saat ini, telah terjadi tiga kali.
Seorang penjaga museum, Iskandar (59), mengaku sudah diminta keterangan oleh polisi terkait dengan kasus itu. Ia tidak bersedia menyebut orang yang datang dan meminta kunci museum kepada dirinya pada Kamis (10/1) sore.
Seseorang yang memang sudah dikenal dalam keluarga Widayat itu, katanya, datang bersama sekitar enam orang. Iskandar tidak curiga terhadap orang yang meminta kunci itu. Sejak dua tahun terakhir, Iskandar, sebagai penunggu museum itu setiap hari. Pada malam hari, seorang petugas berjaga malam, sedangkan siang hari tiga pegawai bekerja di tempat itu.
"Sudah dikenal orang itu, pikiran saya waktu itu, ya mereka ingin lihat-lihat saja. Saya tidak curiga apa-apa. Tetapi, paginya (11/1) saya mendapat laporan penjaga malam, bahwa koleksinya hilang," ujar dia.
Rata-rata jumlah pengunjung museum setempat 40 orang per bulan. Tiket masuk untuk wisatawan nusantara Rp20.000, sedangkan wisatawan mancanegara Rp50.000 per orang. "Tetapi kadang ada juga rombongan pelajar 250 orang, atau beberapa mahasiswa yang berkunjung," jelas dia, (ant/Ism)
"Kami tutup sampai kasus ini selesai, kami juga segera menginvetarisasi secara detail lagi. Tetapi untuk galeri dan art shop tetap buka," kata Direktur Museum Haji Widayat, Fajar Purnomo Sidi didampingi budayawan Magelang Sutanto Mendut di Magelang, Minggu (13/1/2013).
Ia mengaku telah melapor kepada kepolisian terkait dengan kasus yang diperkirakan terjadi pada Kamis (10/1) sore hingga Jumat (11/1) dini hari itu. Museum itu didirikan pada 1994 oleh Widayat, sedangkan sang maestro telah meninggal dunia pada 2002 dan selanjutnya pengelolaannya oleh keluarga.
Polisi juga telah menindaklanjuti, antara lain dengan meminta keterangan sejumlah saksi dan mendatangi kompleks museum di Jalan Letnan Tukiyat Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang, atau sekitar dua kilometer timur Candi Borobudur itu.
Galeri Hj Soewarni dan Artshop Hj Soemini di kompleks museum itu tetap buka untuk pengunjung. Kompleks Museum Haji Widayat seluas sekitar 7.500 meter persegi.
"Koleksi yang hilang yang di museum dan gudang. Berdasarkan pesan Pak Widayat, koleksi itu tidak boleh dijual. Jadi kami sudah memproteksi antara lain dengan memasang alarm di pintu-pintu masuk, membuat dokumentasi, termasuk dicatatkan di notaris, dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM, sehingga koleksi itu tidak bisa dijual," kata dia. Total jumlah koleksi di museum itu 1001 karya.
Fajar Purnomo Sidi yang akrab dipanggil Pungky itu terkesan tidak bersedia menyebut perkiraan total jumlah kerugian secara finansial atas koleksi yang hilang. Pada kesempatan itu, ia juga mengajak para wartawan untuk melihat kondisi museum pascaraibnya 140 koleksi.
"Ini bukan sebatas kerugian nominal, tetapi kerugian barang karya seni, maka yang kami harapkan barang itu kembali," kata dia. Pihak museum segera mempublikasikan koleksi lukisan yang hilang itu baik melalui media massa maupun website museum.
Tujuannya, agar diketahui banyak pihak, terutama kalangan kolektor, galeri seni dan pelaku seni lainnya. Sehingga akan dapat diketahui siapa yang memindahtangankan koleksi itu dan dikenakan pidana.
Pungky juga menceritakan tentang kronologi pencurian. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari para pegawai museum. Ketika itu, dirinya sedang di Pekanbaru untuk suatu keperluan bisnis.
"Untuk penanganan secara hukum, sudah kami percayakan kepada kepolisian. Tetapi kami juga meminta, kalau polisi sudah mendapatkan kembali lukisan itu dan kemudian menjadi barang bukti, supaya disimpan di museum ini lalu museum disegel, karena perlakuan lukisan sebagai barang bukti memang tidak seperti barang bukti kasus umum lainnya. Harus secara khusus. Polisi merespons positif permintaan kami," kata dia.
Ia juga terkesan enggan menjelaskan secara detail apakah kasus itu terkait dengan persoalan keluarga Widayat yang saat ini mengelola museum. Widayat mempunyai dua istri dengan seluruh anaknya 11 orang. Pencurian koleksi museum itu, sejak sekitar 2005 hingga saat ini, telah terjadi tiga kali.
Seorang penjaga museum, Iskandar (59), mengaku sudah diminta keterangan oleh polisi terkait dengan kasus itu. Ia tidak bersedia menyebut orang yang datang dan meminta kunci museum kepada dirinya pada Kamis (10/1) sore.
Seseorang yang memang sudah dikenal dalam keluarga Widayat itu, katanya, datang bersama sekitar enam orang. Iskandar tidak curiga terhadap orang yang meminta kunci itu. Sejak dua tahun terakhir, Iskandar, sebagai penunggu museum itu setiap hari. Pada malam hari, seorang petugas berjaga malam, sedangkan siang hari tiga pegawai bekerja di tempat itu.
"Sudah dikenal orang itu, pikiran saya waktu itu, ya mereka ingin lihat-lihat saja. Saya tidak curiga apa-apa. Tetapi, paginya (11/1) saya mendapat laporan penjaga malam, bahwa koleksinya hilang," ujar dia.
Rata-rata jumlah pengunjung museum setempat 40 orang per bulan. Tiket masuk untuk wisatawan nusantara Rp20.000, sedangkan wisatawan mancanegara Rp50.000 per orang. "Tetapi kadang ada juga rombongan pelajar 250 orang, atau beberapa mahasiswa yang berkunjung," jelas dia, (ant/Ism)