"BMKG agak kurang agresif, seharusnya lebih agresif dan harus ada PR (humas)-nya untuk memberikan informasi dan akurasi yang berharga untuk masyarakat," kata Staf Khusus Presiden bidang Penanggulangan bencana Alam Andi Arief usai diskusi Hadapi Bencana, Indonesia Perlu People Power di Jakarta, Minggu (13/1/2013).
Andi menilai selama tiga tahun terakhir ini perlu ada koordinasi terhadap lembaga yang punya otoritas tentang bencana alam seperti BNPB, BMKG dan sebagainya. Sehingga bisa langsung mengantisipasi bencana dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa saat ini pola penganggulangan bencana dinilai kurang lantaran minimnya ahli di bidang bencana. Padahal, menurutnya, di beberapa negara seperti Cina dan Jepang terus meningkatkan dan mengembangkan para ahli guna mengantisipasi jatuhnya korban jiwa saat terjadi bencana.
"Kita sebetulnya kekurangan ahli bencana tsunami dan lain-lain. Karena bencana itu tidak dijadikan bidang ilmu yag penting. Padahal di Cina ahli geologi sangat populer disana. Tapi, Alhamdulillah di salah satu universitas di Indonesia sudah ada jurusan baik di program studi S2 maupun S3 sudah ada kelasnya mengenai itu," ungkap Andi. (Adi)
Soal Bencana Alam, BMKG Dinilai Kurang Pro-Aktif
BMKG dinilai kurang proaktif memberikan informasi dalam penanggulangan bencana di seluruh daerah di Tanah Air.
Kinerja Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dinilai kurang proaktif untuk memberikan informasi kepada masyarakat dalam penanggulangan bencana di seluruh daerah di Tanah Air. Hal ini penting demi keselamatan masyarakat.
Advertisement
Kredit