Liputan6.com, Jakarta Jamaluddin Jompa didapuk sebagai Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Periode 2022 - 2026. Dia terpilih saat Pemilihan Rektor Unhas periode 2022 - 2026 pada Kamis 27 Januari 2022 di Gedung Rektorat, Ruang Senat, Unhas, Makassar, Sulawesi Selatan.
Prof Jamaluddin Jompa terpilih dengan meraih 11 suara, sedangkan 2 pesaingnya yaitu Prof Budu meraih 9 suara, dan Prof Farida Patittingi 2 suara. Suara sah ada 25. Rencananya, dia akan dilantik hari ini, Jumat (28/1/2022).
"Paparan ketiga kandidat tersebut semuanya bagus dan layak untuk menempati kursi rektor Unhas periode 2022-2026," ujar Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Hasanuddin (WMA Unhas) Komjen Pol (purn) Syafruddin, Kamis 27 Januari 2022.
Advertisement
Baca Juga
Syafruddin menyambut baik para kandidat meski saling bersaing satu sama lain mereka tetap terlihat akrab saat duduk bertiga.
"Karena mereka merupakan teman seangkatan," tegas Syafruddin.
Lantas siapakah sebenarnya sosok Jamaluddin Jompa? Dia sebelumnya menjabat sebagai Dekan Sekolah Pasca Sarjana Unhas terpilih sebagai Rektor Unhas Periode 2022 - 2026.
Ayahnya merupakan seorang anggota Kodim yang sering berpindah tugas. Jamaluddin lahir di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 8 Maret 1967.
Berikut profil singkat Jamaluddin Jompa yang baru terpilih sebagai Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Periode 2022 - 2026 dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:
Biodata Singkat dan Pendidikan
Jamaluddin Jompa lahir di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, 8 Maret 1967. Ayahnya merupakan seorang anggota Kodim yang sering berpindah tugas.
Jamal kecil bersekolah di SD di Sampeang, Kabupaten Bulukumba. Saat kelas 4 SD, Jamal pindah ke SD 13 Pinrang mengikuti tugas ayahnya.
Beberapa bulan kemudian, Jamal harus ikut pindah lagi ke Desa Paria, Kabupaten Pinrang. Dia pun melanjutkan sekolah ke SMP 2 Pinrang, kemudian ke SMA 243 Pinrang (kini SMA 1 Pinrang).
Seusai tamat SMA pada 1985, Jamal memilih Jurusan Perikanan di Universitas Hasanuddin,dan lulus sebagai sarjana pada 1989. Namun sebelum kuliah, Jamal remaja lebih banyak menghabiskan waktunya bekerja di sawah setiap pulang sekolah.
Karena bercita-cita melanjutkan kuliah di Universitas Hasanuddin, Jamal pun lebih sering belajar dan membaca buku di sawah. Usaha kerasnya bekerja dan belajar di sawah berbuah manis. Ia tidak hanya berhasil diterima di Universitas Hasanuddin, tetapi juga lulus ujian nasional SMA dengan nilai terbaik.
Pendidikan pascasarjana Jamal dimulai pada 1994 ketika mengambil program master dalam Coral Reef Assessment and Monitoring di McMaster University, Kanada.
Jamal memperoleh gelar MSc pada 1996 dan kemudian melanjutkan program doktoral di James Cook University yang diselesaikan pada 2003.
Jamal menikah dengan Hartati Tamti yang juga alumni Kelautan Universitas Hasanuddin. Mereka dikarunia empat orang anak, yaitu Muthiah Nur Afifah, Maulana Nur Ikhsan, Ahmad Walid Jamal, dan Fahri Nur Jauhar.
Advertisement
Jenjang Karier dan Riayat Organisasi
Di kampus Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa juga menjabat sebagai Ketua Pusat Keunggulan untuk Ketahanan Kelautan dan Pembangunan Berkelanjutan.
Dia memiliki pengalaman yang panjang dan kaya dalam biologi terumbu karang dan ekologi pesisir, termasuk bekerja dengan masyarakat pesisir. Karena kepakarannya, Jamal ditunjuk sebagai anggota Penasihat Bidang Ekologi Kelautan untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Posisi-posisi strategis yang dipegang Jamal antara lain Direktur Pusat Penelitian dan Pengembangan Laut, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Universitas Hasanuddin, kemudian, Ketua Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Komite Koordinasi Nasional CTI (Coral Triangle Initiative), Anggota Dewan Coral Triangle Center (CTC), serta Anggota Komisi Nasional untuk Penilaian Stok Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jamal merupakan anggota perdana Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) sekaligus ketua pertama ketika ALMI berdiri pada 2015.
Pelantikan anggota perdana ALMI diselenggarakan di rumah Presiden RI ke-3 BJ Habibie sekaligus peluncuran dokumen SAINS45—Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan.
Ragam Penghargaan
Jamaluddin Jompa meraih penghargaan Pew Fellows for Marine Coservation Project dari The Pew Charitable Trusts pada 2019.
Sejak 2004, pemerintah Indonesia memperkenalkan Kawasan Konservasi Laut (KKL) untuk menjaga biodiversitas laut dan memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Jamal meneliti kondisi ekonomi dan sosial di wilayah pesisir yang terpilih sebagai KKL guna menentukan praktik terbaik untuk pengelolaan KKL di tingkat provinsi.
Dia mengidentifikasi potensi konflik dan solusinya untuk optimalisasi pemanfaatan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berkeadilan di wilayah KKL serta meneliti ekosistem-ekosistem kunci, seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove.
Jamal juga melakukan upaya-upaya peningkatan kesadaran dan mendorong partisipasi masyarakat setempat, pelaku usaha, pemerintah, dan LSM.
Jamaluddin Jompa berhasil meraih gelar PhD dari James Cook University, Australia, pada 2003 dengan judul disertasi 'Interactions between Macroalgae and Scleractinian Corals in the Context of Reef Degradation'.
Setelah meraih gelar Doktor, Jamal kembali ke almamaternya, Universitas Hasanuddin untuk mendedikasikan ilmunya. Pada 2004, ia ditunjuk sebagai Direktur Pusat Studi Terumbu Karang, Universitas Hasanuddin.
Pusat Studi ini memainkan peran penting dalam perkembangan penelitian terumbu karang di Indonesia dan dunia. Kepakaran dan hasil penelitian-penelitiannya memberikan dampak besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan terkait ekosistem pesisir tropis.
Pada 2017, Jamal mendapatkan penghargaan sebagai ilmuwan terbaik dengan sitasi publikasi internasional. Prestasi-prestasi Jamal ini mengantarkannya memperoleh kusala 2018 Chancellor’s Award Recipient dari almamaternya, James Cook University.
Jamal merupakan penyokong penelitian dengan pendekatan multi- dan lintas disiplin. Sebagaimana tercermin ketika memimpin kegiatan-kegiatan ALMI yang lintas disiplin dan kolaboratif.
Dia juga melakukan hal yang sama di pusat kajian di Pascasarjana untuk mencari solusi berbagai masalah nasional yang memerlukan kontribusi ilmu pengetahuan.
Sebagai Sekretaris Eksekutif COREMAP II (2007-2011), Jamal memiliki pengalaman panjang dalam penelitian terumbu karang dan pengelolaannya. COREMAP merupakan upaya besar jangka panjang untuk menyelamatkan terumbu karang di perairan nasional sembari meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di kawasan konservasi laut.
Ketika National Science Foundation (NSF) dan PEER Program-USAID meluncurkan program peningkatan ketangguhan terumbu karang Indonesia dan habitat-habitat laut lainnya seperti mangrove dan padang lamun terhadap perubahan iklim, Jamal dan tim merupakan pihak yang diajak berkolaborasi.
Program 2013 ini juga berusaha meningkatkan kesehatan dan ketahanan (resiliensi) ekosistem, khususnya di kawasan konservasi laut.
Pandemi Covid-19 juga memperparah situasi malnutrisi, apalagi tingkat anak stunting dan kurang gizi di Indonesia sudah tinggi. Jamal mengusulkan pentingnya penataan ulang (great reset) sistem pangan.
Dia melihatnya sebagai sebuah kesempatan yang perlu diambil akibat pandemi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.
Penataan sistem pangan berkaitan erat sekaligus dapat mendorong terwujudnya tujuan-tujuan lain dalam SDGs, yaitu peningkatan kesejahteraan, mengatasi kelaparan, kesehatan, kesetaraan gender, termasuk mengatasi perubahan iklim dengan sistem pertanian dan perikanan berkelanjutan.
Advertisement