Liputan6.com, Bandung: Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi Jawa Barat menyatakan, daerah Gunung Mandalawangi di Kabupaten Garut bukanlah daerah rawan longsor. Bencana alam yang terjadi Selasa malam kemarin itu lebih disebabkan adanya perubahan tata guna lahan seperti maraknya penebangan pohon, sehingga menjadikan daerah ini berubah menjadi rawan longsor. Demikian disampaikan Kepala Sub Direktorat Mitigasi Bencana Geologi Jabar Surono di Bandung, Kamis (30/1).
Menurut dia, kondisi yang berubah itu diperburuk lagi dengan curah hujan yang tinggi yang turun dalam tempo relatif lama. Selain di Kabupaten Garut, sejumlah daerah lain di Jabar yang tercatat sebagai daerah rawan tinggi bencana alam. Daerah itu terletak di bagian tengah sampai bagian selatan Jabar, seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Kuningan, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Banyaknya daerah rawan bencana alam ini, tambah dia, juga disebabkan struktur tanah yang terbentuk dari produk letusan gunung api yang bersifat subur. Di sisi lain, daerah ini terdiri dari perbukitan dengan kecuraman, dari mulai sedang hingga sangat curam. Untuk mengantisipasi terulangnya tanah longsor dan banjir, Surono berharap, tata guna lahan seperti lahan untuk hunian tak lagi dicampur dengan lahan pertanian [baca: Banjir Bandang Melanda Garut, Dua Tewas].
Dari pemantauan SCTV, jumlah korban tewas hingga berita ini ditulis masih 21 orang. Namun, jumlah korban yang belum ditemukan masih simpang siur. Ini disebabkan karena sejumlah warga belum melaporkan tentang anggota keluarganya yang hilang akibat bencana tersebut [baca: Korban Tewas Longsor Garut Menjadi 21 Orang].
Yusuf Suparman, seorang warga desa yang sempat hilang, mengaku saat longsor terjadi, ia menyelamatkan diri dengan cara naik ke atap rumah. Namun, banjir yang datang secara tiba-tiba membuat rumah Yusuf roboh. Akhirnya, Yusuf melompat ke rumah sebelah yang masih berdiri hingga akhirnya dia terpisah dengan keluarganya. Kini Yusuf telah kembali berkumpul dengan istri dan anaknya di tempat penampungan setelah diselamatkan oleh tim Search and Rescue.
Saat ini, jumlah pengungsi korban tanah longsor Garut terus bertambah. Tim evakuasi juga telah menghentikan proses pencarian para korban akibat kondisi cuaca yang semakin buruk [baca: Tim SAR Mencari Delapan Korban Longsor Garut]. Rencananya, evakuasi para korban akan dilanjutkan besok pagi jika cuaca memungkinkan untuk pencarian korban.(PIN/Tim Liputan 6 SCTV)
Menurut dia, kondisi yang berubah itu diperburuk lagi dengan curah hujan yang tinggi yang turun dalam tempo relatif lama. Selain di Kabupaten Garut, sejumlah daerah lain di Jabar yang tercatat sebagai daerah rawan tinggi bencana alam. Daerah itu terletak di bagian tengah sampai bagian selatan Jabar, seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Kuningan, Garut, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Banyaknya daerah rawan bencana alam ini, tambah dia, juga disebabkan struktur tanah yang terbentuk dari produk letusan gunung api yang bersifat subur. Di sisi lain, daerah ini terdiri dari perbukitan dengan kecuraman, dari mulai sedang hingga sangat curam. Untuk mengantisipasi terulangnya tanah longsor dan banjir, Surono berharap, tata guna lahan seperti lahan untuk hunian tak lagi dicampur dengan lahan pertanian [baca: Banjir Bandang Melanda Garut, Dua Tewas].
Dari pemantauan SCTV, jumlah korban tewas hingga berita ini ditulis masih 21 orang. Namun, jumlah korban yang belum ditemukan masih simpang siur. Ini disebabkan karena sejumlah warga belum melaporkan tentang anggota keluarganya yang hilang akibat bencana tersebut [baca: Korban Tewas Longsor Garut Menjadi 21 Orang].
Yusuf Suparman, seorang warga desa yang sempat hilang, mengaku saat longsor terjadi, ia menyelamatkan diri dengan cara naik ke atap rumah. Namun, banjir yang datang secara tiba-tiba membuat rumah Yusuf roboh. Akhirnya, Yusuf melompat ke rumah sebelah yang masih berdiri hingga akhirnya dia terpisah dengan keluarganya. Kini Yusuf telah kembali berkumpul dengan istri dan anaknya di tempat penampungan setelah diselamatkan oleh tim Search and Rescue.
Saat ini, jumlah pengungsi korban tanah longsor Garut terus bertambah. Tim evakuasi juga telah menghentikan proses pencarian para korban akibat kondisi cuaca yang semakin buruk [baca: Tim SAR Mencari Delapan Korban Longsor Garut]. Rencananya, evakuasi para korban akan dilanjutkan besok pagi jika cuaca memungkinkan untuk pencarian korban.(PIN/Tim Liputan 6 SCTV)