Liputan6.com, Banten - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten terkait ancaman gempa bumi dan tsunami yang berpotensi menghantam wilayah Banten.
BMKG menyebut, salah satu wilayah di Banten yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap bencana gempa dan tsunami adalah Kota Cilegon.
Baca Juga
"Letak Cilegon yang berada di ujung Barat Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda selain strategis juga menyimpan potensi bahaya yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi dan tsunami," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Sabtu (12/2/2022).
Advertisement
Menurut Dwikorita, apabila terjadi gempa bumi kuat yang diikuti tsunami, maka akan terjadi bencana kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, lingkungan, cidera, penyakit, bahkan kematian pada manusia.
Pasalnya, Cilegon dikenal sebagai kota industri. Selain itu, di Cilegon juga terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana Lot) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana Lot) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.
"Artinya, ada multi ancaman yang membahayakan masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya saat terjadi gempabumi kuat yang diikuti tsunami," kata dia.
4 Sumber Potensi Gempa
Dwikorita menerangkan, sekurang-kurangnya terdapat 4 sumber potensi gempa bumi dan tsunami di area tersebut, yaitu Zona Megathrust berstatus rawan gempa bumi dan tsunami; Zona Sesar Mentawai, Semangko, dan Ujung Kulon berstatus rawan gempa bumi dan tsunami; Zona Graben Selat Sunda berstatus rawan longsor dasar laut; dan Gunung Anak Krakatau yang mana jika terjadi erupsi juga dapat memicu tsunami.
Berdasarkan pemodelan yang dilakukan BMKG, kata Dwikorita, jika gempa terjadi di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi kekuatan gempa hingga mencapai magnitudo 8,7. Jika gempa kekuatan maksimum terjadi, maka potensi genangan tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 m yaitu di sekitar kawasan Pelabuhan Merak (Kota Cilegon).
"Adapun genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak maksimum sekitar 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan dan Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan yang landai," ucap Dwikorita.
Selain gempa bumi dan tsunami, menurut Dwikorita, Kawasan Industri Cilegon juga berpotensi mengalami bencana lain seperti kebakaran, sebaran zat kimia yang berbahaya, ledakan akibat bahan kimia, ataupun tumpahan minyak.
Maka dari itu, BMKG merekomendasikan kepada Pemprov Banten untuk segera membangun dan memperkuat sistem mitigasi gempabumi dan tsunami melalui upaya penyiapan sarana evakuasi (sirine, jalur, rambu, tempat evakuasi), command center, serta edukasi dan latihan rutin untuk seluruh masyarakat, pengelola industri, dan pariwisata.
Menurutnya, Pemprov Banten juga harus membangun sarana penyebarluasan informasi secara cepat, misal jaringan radio dan jaringan komunikasi lainnya. Serta menyiapkan peralatan untuk mendapatkan akses langsung informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG.
"Perlu juga segera disusun SOP bersama, yang melibatkan seluruh elemen/pihak seperti pemerintah daerah, industri, rumah sakit, dan pariwisata untuk dapat melakukan respon cepat, mengingat potensi bahaya ikutan di kawasan strategis Cilegon sangat tinggi," kata dia.
Advertisement