Sukses

Jokowi Terima Pimpinan Bank Dunia, Bahas Myanmar hingga Kenaikan Harga Pangan

Presiden Jokowi didampingi Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Menkeu Sri Mulyani, dan Seskab Pramono Anung menerima sejumlah pimpinan Bank Dunia di Istana Merdeka, Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima sejumlah pimpinan Bank Dunia di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (16/2/2022).

Ada sejumlah hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut, mulai dari penanganan pandemi Covid-19, krisis kemanusiaan di Myanmar, hingga tren kenaikan harga pangan di dunia.

Pimpinan World Bank yang hadir antara lain, Axel Van Trotsenburg selaku Managing Director of Operations, Manuela V. Ferro selaku Vice President East Asia and Pasific Region, serta Satu Kahkonen selaku Country Director Indonesia.

Sementara itu, Jokowi didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

"Area yang dibicarakan tadi sedikit mengenai Covid, kemudian tadi mengenai energy transition mechanism, terus kemudian juga tadi bicara menyangkut masalah mangrove, bicara tadi ibu kota, sangat luas pembicaraan tadi, dan juga bicara mengenai sampai pada Myanmar juga," ujar Luhut dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden, Rabu.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, bahwa Bank Dunia memberikan dukungannya terhadap agenda-agenda G20 di Indonesia. Menurut dia, kepemimpinan Indonesia pada G20 yang didukung oleh dunia internasional memegang peranan penting dalam upaya pemulihan ekonomi global selepas pandemi.

"Banyak negara yang masih tertinggal dan itu tentu perlu mendapatkan perhatian agar tema Indonesia 'Recover Together, Recover Stronger' itu bisa betul-betul terjadi, di mana kepemimpinan Indonesia dan melalui dukungan dari G20, serta lembaga-lembaga internasional bisa memberikan perhatian kepada negara-negara yang masih belum bisa pulih," jelasnya.

Dia menyampaikan, kurangnya akses vaksin dan kondisi ekonomi di dalam negeri menjadi tantangan untuk negara-negara yang berpendapatan rendah. Nantinya, ini akan menjadi salah satu pembahasan di Presiden G20 Indonesia.

"Jadi ini adalah salah satu pembahasan untuk G20, Bank Dunia akan mendukung dan tentu kepemimpinan Indonesia penting," ucap Sri.

Selain itu, Jokowi dan para pimpinan Bank Dunia membahas mengenai bagaimana Indonesia dapat menjadi contoh penerapan transisi energi, komitmen untuk melaksanakan Komitmen Paris, hingga menurunkan karbon sesuai dengan nationally determined contribution (NDC) Indonesia.

Namun, kata Sri, Indonesia memerlukan dukungan internasional terutama dalam hal pendanaan dan kerangka kebijakan Sri untuk mencapai ambisi net zero di dunia.

"Dalam hal ini tadi pembahasannya sangat konkret karena Indonesia sudah punya sekarang mekanisme untuk membentuk carbon price, carbon market, carbon tax, dan Indonesia juga membangun renewable energy yang cukup banyak," tutur dia.

"Bagaimana ini nanti akan dibawa di dalam forum internasional sehingga support dari internasional, baik dari sisi pendanaan dan juga dari sisi policy framework itu bisa berjalan baik," sambung Sri.

Menurut dia, Presiden Jokowi menekankan komitmen Indonesia terhadap hal tersebut sangat kuat. Indonesia tidak mau hanya bicara saja, namun juga mau melakukan.

"Namun, untuk bisa melakukan tentu financing itu menjadi sangat penting," tambahnya.

2 dari 2 halaman

Bahas Ketahanan Pangan Dunia

Pembicaraan juga membahas mengenai ketahanan pangan dunia. Jokowi menyampaikan perhatiannya mengenai tren kenaikan harga pangan dunia yang bisa mengancam pemulihan ekonomi dunia.

"Bapak Presiden sangat ingin bahwa pemulihan ekonomi dunia itu tidak terdisrupsi karena kenaikan harga, terutama harga pangan, yang tentu akan sangat membebani masyarakat. Oleh karena itu, perlu suatu kesepakatan global mengenai hal itu," ungkapnya.

Dalam bidang lingkungan, Bank Dunia juga memberikan dukungan untuk program penanaman kembali mangrove di Indonesia. Sri menilai program tersebut bisa menjadi salah satu contoh upaya Indonesia dalam penanganan dampak perubahan iklim.

"Juga dari sisi kemampuan untuk menjaga hutan kita tidak terjadi kebakaran selama tiga tahun ini yang tentu akan sangat berbeda sekali dengan situasi di berbagai negara yang sedang menghadapi kebakaran hutan," tandas Sri.

Di samping itu, dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai beberapa isu kawasan seperti situasi di Myanmar dan masalah kemanusiaan di Afghanistan. Jokowi menaruh perhatian besar terhadap isu kemanusiaan di dua negara tersebut.

"Masalah kemanusiaan dari penduduk di dua negara tersebut tentu menjadi perhatian bagi seluruh dunia," imbuh Sri Mulyani.