Sukses

BMKG: 7 Gempa Susulan Terjadi di Pasaman Barat

Daryono mengatakan, gempa Pasaman Barat merupakan gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Dipicu oleh aktivitas sesar besar Sumatera, tepatnya pada segmen Angkola bagian selatan.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan terjadi tujuh kali gempa bumi susulan atau aftershock di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Jumlah gempa susulan ini tercatat hingga pukul 09.35 WIB.

"Hasil monitoring BMKG menunjukkan telah terjadi 7 kali aktivitas gempa bumi susulan dengan magnitudo terbesar M3,9," ungkap Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui akun Twitternya @DaryonoBMKG, Jumat (25/2).

Daryono menjelaskan, gempa pembuka di Pasaman Barat bermagnitudo 5,2. Sementara gempa utama dengan magnitudo 6,2. Selang waktu kedua gempa ini hanya 4 menit.

Gempa Pasaman Barat merupakan gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Dipicu oleh aktivitas sesar besar Sumatera, tepatnya pada segmen Angkola bagian selatan.

"Diperkirakan berpotensi destruktif atau kerusakan," jelasnya.

Daryono mengatakan, dalam catatan sejarah wilayah gempa magnitudo 6,2 itu pernah dilanda gempa merusak beberapa kali. Seperti yang terjadi pada tahun 1822, 1892, 1926 magnitudo 7,0, dan 1971 magnitudo 6,1.

 

 

2 dari 2 halaman

Dirasakan hingga Malaysia

Dia menyebut, gempa Pasaman Barat dirasakan hingga di Malaysia. Tidak hanya terasa di Gunungsitoli dan Nias Selatan.

"Ini dirasakan hingga jauh karena memang groundmotionnya cukup kuat dan direspon oleh tanah lunak dan teramplifikasi hingga dapat dirasakan di Malaysia," jelasnya.

Gempa bumi dengan magnitudo 6,2 mengguncang Pasaman Barat hari ini pukul 08.39 WIB. BMKG melalui bmkg.go.id melaporkan, pusat gempa berada di darat 17 km TimurLaut Pasaman Barat. Kedalaman gempa tercatat 10 km.

Episenter gempa terletak pada koordinat 0.15 LU - 99.98 BT. Kekuatan gempa yang diukur dengan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) tercatat II sampai III di Gunungsitoli dan skala II di Nias Selatan. 

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka.com