Sukses

PSEL Dinilai Solusi yang Tepat bagi Masalah Sampah di Indonesia

Menurut Wali Kota Tangerang, implementasi PSEL di Kota Tangerang adalah sebagai salah satu terobosan pengelolaan sampah perkotaan.

Liputan6.com, Jakarta Proyek fasilitas pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) di Kota Tangerang kini memasuki babak baru. Belum lama ini Pemerintah Kota Tangerang (Pemkot Tangerang) menggelar sosialisasi publik terbuka untuk menjaring masukan-masukan lintas pemangku kepentingan yang mencakup Pemerintah Pusat (Kemenkomarvest, Kemendagri, Kemenkeu, KemenPUPR, KemenLHK), Provinsi Banten, Kepala OPD Kota Tangerang, para akademisi, tenaga ahli, penggiat lingkungan, hingga tokoh masyarakat Kota Tangerang secara daring.

Kegiatan sosialisasi ini dibuka langsung oleh Wali Kota Tangerang, Arief R. Wismansyah dan dihadiri hampir 300 peserta yang membuktikan antusiasme publik terhadap rencana pembangunan fasilitas PSEL di Kota Tangerang. Menurut Wali Kota, implementasi PSEL di Kota Tangerang adalah sebagai salah satu terobosan pengelolaan sampah perkotaan.

"Ini menjadi upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan di Kota Tangerang, mengurangi timbunan sampah di TPA Rawa Kucing serta mendapatkan nilai tambah berupa energi listrik," tutur Arief.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Novrizal Tahar mengapresiasi langkah Pemkot Tangerang, dan seluruh masyarakat yang mendukung sosialisasi PSEL.

Baginya, selain upaya promotif yakni perubahan perilaku masyarakat dalam konsumsi dan aktivitas sosial ekonomi lainnya, solusi penanggulangan sampah tidak bisa lagi diselesaikan dengan pendekatan konvensional. Banyak kendala seperti keterbatasan lahan, dan peningkatan volume sampah tidak dapat ditunjang dengan hanya menumpuk sampah di lahan terbuka (TPA).

"Kita perlu membangun industrialisasi pengelolaan sampah dengan teknologi modern, serta dikelola dengan profesional. Tentunya, dengan teknologinya tepat, dan struktur kelembagaannya juga harus baik," jelas Novrizal.

Tambahnya, kedaruratan sampah di kota-kota yang tercakup dalam Perpres 35 tahun 2018 diibarat penyakit kronis, bahkan masuk dalam keparahan stadium 4-5. Jadi tidak cukup hanya perubahan perilaku atau aktivitas promotif. Sudah perlu adanya intervensi seperti penggunaan ragam teknologi pada fasilitas-fasilitas PSEL, termasuk di Kota Tangerang untuk mempercepat penyelesaian permasalahan ini.

Kabar baiknya, bila ke-12 kota yang dicakup mampu mengoperasikan PSEL dengan total olahan sebanyak 18.000 ton/hari, maka dalam satu tahun Indonesia dapat berkontribusi menurunkan sebanyak 4,3 Juta ton emisi CO2 bagi dunia.

Para akademisi dan tenaga ahli yang diundang menyepakati bahwa peran PSEL merupakan sarana vital yang akan melengkapi kegiatan-kegiatan pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang sampah yang saat ini sudah dilaksanakan di TPS3R, yang mana materi yang tidak dapat diolah di TPS3R akan dikirim ke PSEL untuk didayagunakan untuk pembangkitan listrik.

Pandji Prawisudha, DR.Eng., Pakar Konversi Energi dari Institut Teknologi Bandung menyatakan bahwa integrasi beberapa teknologi pada rencana pengembangan fasilitas PSEL Kota Tangerang yakni fasilitas pemilahan, produksi biogas, dan pembakaran RDF berpotensi membentuk rantai pasok sirkuler yang akan saling menguatkan penyelesaian masalah persampahan.

"Apakah PSEL Kota Tangerang ini cocok atau tidak, saya berani bilang bahwa PSEL adalah solusi yang cocok untuk Indonesia, dan harapannya PSEL yang akan dibangun di Kota Tangerang akan mengurangi tumpukan sampah di TPA Rawa Kucing yang selama ini tidak dimanfaatkan", jelas Alumnus Tokyo Institute of Technology, Jepang ini.

Tambahnya, bila proses pemilahan itu terjadi dengan baik sehingga kualitas sampah yang baik dapat dipasok ke PSEL, maka proses pengolahan sampah dapat berlangsung secara maksimal.

 

2 dari 2 halaman

Mendukung Pembangunan PSEL

Tukidi, Masyarakat Penggiat Lingkungan dari Komunitas Bank Sampah Gawe Rukun Kunciran Indah sebagai bagian dari masyarakat Kota Tangerang menyatakan dukungan atas program pemerintah untuk mengolah sampah pada fasilitas PSEL. Hal ini mengingat jumlah sampah yang tiba di Rawa Kucing sudah sangat mengkhawatirkan karena sudah lebih dari 1.500 ton per hari dimana kalau tidak diolah, hanya menunggu waktu TPA Rawa Kucing akan lumpuh.

"Tidak ada jalan lain kecuali diolah dengan teknologi, pelaksanaan lebih cepat lebih baik, tidak ada kata lain selain setuju dengan program tersebut," jelas Tukidi.

Cynthia Hendrayani, Presiden Direktur Oligo Infrastruktur Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Kementerian/Lembanga di tingkat pemerintah pusat serta jajaran Pemkot Tangerang yang sukses menggelar sosialisasi publik. Aktivitas diskusi ini terbukti mendapat sambutan yang positif dari para pemangku kepentingan.

Hasil jajak pendapat yang dilakukan selama sosialisasi berlangsung menunjukkan bahwa 93% peserta yang hadir menyatakan mendukung pembangunan PSEL Kota Tangerang, sementara 7% peserta lainnya menyatakan posisi netral, tidak ada peserta yang tidak mendukung PSEL Kota Tangerang. Bahkan anggota DPRD, Warta Supriyatna, kembali mempertegas dukungan dewan terhadap kegiatan ini.

Tentunya dukungan publik yang kuat ini sangat menggembirakan, dan membawa harapan untuk kelancaran proses pengembangan infrastruktur fisik PSEL yang akan diawali dengan proses penandatangan perjanjian kerjasama Pemkot Tangerang dan Oligo secepatnya.

"Atas kegiatan sosialisasi yang telah berlangsung, kami telah menerima masukan-masukan, aspirasi dan harapan yang disampaikan oleh para pemangku kepentingan. Secara khusus, Oligo menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kota Tangerang yang telah sukses mengantar kerjasama ke tahap ini," tutup Cynthia.