Sukses

KKP Dorong Penggunaan Kemasan dan Sedotan Rumput Laut untuk Kurangi Sampah Plastik

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan aksi nyata dalam menghadapi persoalan sampah plastik.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan aksi nyata dalam menghadapi persoalan sampah plastik. Setelah diterapkan oleh berbagai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Lombok, kali ini Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) bersama Coral Triangle Center (CTC) memberikan alih teknologi pengolahan kemasan dan sedotan rumput laut di Nusa Penida, Bali.

"Sebagai daerah wisata, tentu kita juga ingin Bali dikenal sebagai daerah yang ramah lingkungan dan alih teknologi ini jadi bukti konkret dukungan kami untuk ekowisata Bali," ujar Direktur Jenderal PDSPKP, Artati Widiarti saat menyampaikan keterangannya di Jakarta, Sabtu (26/2/2022).

Artati mengungkapkan, kemasan dan sedotan biodegradable merupakan hasil inovasi Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP), UPT di bawah Ditjen PDSPKP. Berasal dari bahan nabati yakni rumput laut, bioplastik dapat terurai di dalam tanah.

"Kita ingin menjawab permasalahan sampah plastik yang kini berjumlah 66 juta ton per tahun berdasarkan data BPS di tahun 2021," sambungnya.

Sementara Kepala BBP3KP, Widya Rusyanto memaparkan inovasi ini menjadi pilihan yang efektif dan efisien dengan mengedepankan pemanfaatan potensi rumput laut sekaligus menghasilkan kemasan dan ramah lingkungan yang tidak menghasilkan sampah (zero waste). Terlebih Indonesia merupakan salah satu penghasil rumput laut terbesar di dunia.

"Rumput laut merah merupakan bahan utama untuk membuat bioplastik. Jadi kita optimis Indonesia memiliki peran besar dalam pengembangan kemasan biodegradable dan sedotan dari rumput laut, guna mengatasi krisis plastik global," jelas Widya.

Senada, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Bali, I Nengah Bagus Sugiarta menyambut baik alih teknologi tersebut. Selain meningkatkan kapasitas kelompok masyarakat, alih teknologi ini bisa memberi nilai tambah rumput laut dan menjaga kelangsungan kawasan konservasi Nusa Penida dalam hal mengurangi timbunan sampah plastik.

"Kami kira program COREMAP-CTI-Grant Package 4 yang menggandeng BBP3KP ini sangat bermanfaat bagi pengembangan wisata di Bali," terang Bagus.

Sebagai informasi, alih teknologi kepada masyarakat ini diikuti 30 peserta yang terdiri dari berbagai kelompok seperti akademisi, kelompok pengolah, nelayan, PKK, Kelompok Wanita Tani (KWT), dan instansi pemerintah telah dilaksanakan beberapa waktu lalu. Evi Nurul Ihsan selaku Coremap CTI-ADB Project Coordinator menyampaikan bahwa melalui proyek COREMAP-CTI juga dilakukan pengembangan usaha ekonomi termasuk melakukan kegiatan pelatihan keterampilan, penyediaan sarana dan prasarana, penyiapan rencana bisnis (business plan) dan jejaring bisnis.

“Semoga kerja sama ini tetap berlanjut dan masyarakat juga dapat mengembangkan produk ramah lingkungan ini,” tutupnya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan bahwa laut bukanlah keranjang sampah. Menurutnya, laut yang rusak akibat sampah akan berpengaruh terhadap kualitas biota di dalamnya.

 

(*)