Liputan6.com, Jakarta Setiap individu akan mengalami beragam dinamika sehari-hari. Ada hal-hal yang dapat kita labeli sebagai pencapaian atau mungkin kegagalan. Oleh karena itu, manusia memerlukan kemampuan introspeksi selain mengkritisi penyebab kegagalan dari luar diri.
Hal di atas adalah penjelasan terkait konsep 'faktor pertumbuhan diri' yang dipaparkan President Director and Technology Leader IBM Indonesia Cin Cin Go. Ini dikemukakannya dalam sesi wawancara khusus dalam Women Leaders Forum 2022 yang digagas Katadata Perempuan.
"Perempuan di Indonesia harus memiliki growth mindset untuk memacu perbaikan diri. Ada dua faktor pertumbuhan, yaitu faktor diri atau internal dan faktor eksternal," katanya, Selasa (8/3/2022).
Advertisement
Mengutip laman resmi Alodokter dijelaskan, introspeksi adalah cara seseorang untuk melihat dirinya atau merenungkan pikiran, emosi, dan ingatan. Kemampuan ini hanya contoh. Lebih jauh, bahwa sesuatu yang datang dari dalam diri perlu terus diasah agar semakin banyak individu yang memilikinya terutama perempuan.
Faktor eksternal dalam pertumbuhan diri adalah sesuatu yang berada di luar kendali. Dengan kata lain, Cin Cin hendak mengingatkan supaya sebagai perempuan, kita lebih fokus membangun kapasitas internal, alih-alih hanya memusingkan apa yang ada di luar kontrol.
Cin Cin yang kini menduduki jabatan tinggi di IBM Indonesia terus menegaskan pentingnya memiliki growth mindset. Pola pikir 'bertumbuh' bisa dimaknai sebagai cara berpikir yang memahami bahwa kemampuan diri dapat berkembang berbekal kerja keras dan konsistensi.
"Perempuan Indonesia yang berkiprah di bidang apa pun harus punya growth mindset ini. Karena ini pola pikir yang memacu perbaikan diri kita. Ini membuat perempuan tidak hanya berdiam diri dan menerima melainkan terus belajar tentang banyak hal baru," ucap Cin Cin.
Namun, kenyataan yang ada, tak sedikit kaum puan yang terkungkung dengan pola pikirnya sendiri. Salah satu bentuknya adalah ketidakpercayaan diri. "Hal semacam ini sangat memengaruhi tingginya ketimpangan gender," imbuh dia.
Negeri ini memerlukan lebih banyak perempuan tangguh yang berani berkiprah di medan yang lazim didominasi laki-laki, misalnya STEM, seperti Cin Cin. Katadata dalam salah satu publikasinya sempat memaparkan, berdasarkan studi "Professional Role Confidence and Gendered Persistence in Engineering" yang diterbitkan American Sociological Review menunjukkan, banyak perempuan keluar dari karir di bidang science, technology, engineering, mathematics (STEM) lantaran kurangnya Professional Role Confidence atau kepercayaan diri untuk memenuhi peran, kompetensi, dan sifat identitas profesi.
Penelitian UNESCO di Indonesia mencatat, jumlah peneliti perempuan di bidang STEM hanya 31 persen sementara laki-laki mencapai 69 persen. Lebih lanjut, hasil studi Microsoft Asia pada 2017 menemukan bahwa hanya 20 persen perempuan di dunia yang memilih bekerja di industri STEM. Padahal, dengan meningkatnya peran perempuan dalam industri STEM bisa ikut menekan tingginya kesenjangan gender di dunia kerja yang masih terjadi di Indonesia.
Kredibilitas Harus Dibangun
Dengan mendorong lebih bnyak perempuan untuk bekerja di industri STEM, maka pendapatan dan prospek ekonomi bagi perempuan pun meningkat. Ini membuat posisi tawar perempuan menjadi lebih tinggi. Hal itu bisa menambah kepercayaan diri para perempuan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri.
"Betul, adalah perjalanan panjang untuk mempromosikan women as a leader. Karena tidak ada yang instan untuk menapaki jenjang karier. Tapi yang akan membawa kita (perempuan) ke sana adalah purpose. Perlu menetapkan tujuan agar tahu apa yang ingin dicapai," ucap Cin Cin.
Lebihjauh, bagi Cin Cin, semua ini bukan sekadar sulitnya menjadi pemimpin melainkan menjadi pemimpin yang baik. Kepada dirinya, Cin Cin menerapkan tiga kata kunci, yaitu kompeten, konsisten, dan genuine.
"Sebab, kredibilitas tidak datang instan melainkan harus dibangun," dia menandaskan.
Advertisement