Sukses

Mengenal Prajogo Pangestu, Miliarder Indonesia yang Akuisisi Star Energy

Prajogo Pangestu, miliarder Indonesia yang mengendalikan Green Era Pte Ltd menjadi perhatian publik belakangan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Prajogo Pangestu, miliarder Indonesia yang mengendalikan Green Era Pte Ltd menjadi perhatian publik belakangan ini.

Hal itu lantaran Prajogo telah membeli 33,33 persen saham Star Energy Group Holding Pte Ltd dari BCPG Thailand. Pembelian saham tersebut, menjadikan total nilai akuisisinya sebesar USD 440 juta atau setara Rp 6,2 triliun (kurs Rp 14.300).

Sebelumnya melansir Forbes, Kamis (10/3/2022), PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang juga dimiliki Prajogo Pangestu telah memiliki 66,6 persen saham Star Energy. Akuisisi terbaru oleh Green Era ini membuat Grup Barito mengendalikan seluruh saham Star Energy.

"Akuisisi ini merupakan tonggak utama untuk secara efektif meluncurkan rencana pertumbuhan dan investasi Green Era ke depannya," kata Managing Director Green Era Nancy Pangestu, mengutip Forbes, Kamis (10/3/2022).

Lantas, siapakah sebenarnya sosok Prajogo Pangestu? Rupanya, Prajogo memiliki nama asli Phang Djoen Phen, lahir pada 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat.

Dia merupakan putra seorang pedagang karet dan memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an.

Berikut mengenal secara singkat Prajogo Pangestu, miliarder Indonesia yang belakangan ini menyita perhatian publik dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber:

 

2 dari 3 halaman

Profil Singkat

Melansir Forbes, Kamis (10/3/2022), Prajogo Pangestu merupakan putra seorang pedagang karet dan memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an.

Ia meiliki nama asli Phang Djoen Phen dan lahir pada 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat. Sebelum meulai bisnis kayu, Prajogo yang berasal dari keluarga miskin itu hanya menamatkan sekolah di tingkat SMP. Tempat bersekolah Prajogo adalah SMP berbahasa Mandarin di Kota Singkawang dengan nama SMP Na Hua.

Untuk mengubah nasibnya, Prajogo pun memilih untuk merantau ke Jakarta. Namun, dia tidak terlalu beruntung karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Oleh karena itu, Prajogo memutuskan kembali ke Kalimantan dan bekerja menjadi sopir angkutan umum.

Prajogo menikah dengan Herlina Tjandinegara dan memiliki 3 orang anak yaitu Agus Salim Pangestu, Baritono Pangestu, dan Nancy Pangestu.

Saat menjadi pengemudi pada 1960-an, Prajogo mengenal pengusaha kayu asal Malaysia yang bernama Bong Sun On alias Burhan Uray. Kemudian pada 1969, dia bergabung dengan Burhan Uray di PT Djajanti Group.

 

3 dari 3 halaman

Perjalanan Bisnis

Berkat kerja kerasnya, tujuh tahun kemudian Burhan Uray memberikan jabatan General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur kepada Prajogo.

Namun tak lama hanya setahun menjabat GM Pabrik Plywood Nusantara, Prajogo memutuskan keluar dan memulai bisnis sendiri dengan membeli CV Pacific Lumber Coy, yang ketika itu sedang mengalami kesulitan keuangan.

Prajogo kala itu membayarnya dengan uang pinjaman Bank BRI dan dia mampu melunasi hanya dalam waktu satu tahun. Kemudian, dia mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific.

Perusahaannya, Barito Pacific Timber mulai go public pada 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.

Tahun lalu, Prajogo Pangestu menduduki urutan kelima dalam daftar Indonesia's 50 Richest 2021 versi Forbes dan urutan 404 deretan miliarder terkaya.

Pada era Presiden Soeharto, Prajogo termasuk salah satu konglomerat ternama yang dimiliki Indonesia. Bisnisnnya dengan bendera Barito Group berkembang luas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti, dan perkayuan. Kini Barito Group dipegang sang anak, Agus Salim Pangestu.