Liputan6.com, Jakarta Dalam rangka mendukung rantai ekosistem halal value chain berbasis koperasi pesantren, Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung resmi dijadikan percontohan nasional dalam pengelolaan digitalisasi pertanian. Peresmian dipimpin langsung oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Selasa (22/3).
"Kami ingin jadikan permodelan ini pilot project bagi seluruh pesantren-pesantren di Indonesia," ujar Ma'ruf.
Baca Juga
Pilot project pengembangan ekosistem rantai nilai halal di Ponpes Al-Ittifaq ini antara lain dilakukan melalui Integrated Farming with Technology and Information (Infratani), packing house, dan platform virtual market Alifmart yang merupakan upaya mendorong ketahanan pangan berbasis kemandirian ekonomi pondok pesantren.
Advertisement
Ma'ruf menuturkan, dalam penerapan digitalisasinya Ponpes Al-Ittifaq sudah mengadopsi teknologi di berbagai negara sehingga produknya berstandard internasional.
"Di antaranya teknologi negara Belanda dan Jepang sehingga produknya pun berstandar internasional," katanya.
Al-Ittifaq juga akan dijadikan pusat pelatihan digitalisasi pertanian bagi pesantren lainnya. Menurut Wapres, saat ini pesantren tak hanya jadi pusat pendidikan agama namun juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat.
"Saya bersyukur Kopontren Al-Ittifaq saat ini mampu memberdayakan 270 orang petani, saya harap jumlah petani yang tergabung dalam korporasi ini semakin bertambah," harap Wapres.
Sebelumnya, Ponpes Al-Ittifaq juga menjadi pionir dalam program kemandirian ekonomi pesantren yang digagas Gubernur Jabar Ridwan Kamil yaitu One Pesantren One Product (OPOP). Gubernur mengatakan, selama tiga tahun program OPOP ini berjalan sudah ada 3.000 pesantren di Jabar yang kini memiliki bisnis sendiri. Bahkan 17% sudah berbasis digital.
"Selama tiga tahun arahan Pak Wapres sudah kami laksanakan sehingga pesantren-pesantren yang punya bisnis sudah lebih dari tiga ribu, 17% nya sudah digital dengan Internet of Things (IoT) termasuk yang terbesar di Al-Ittifaq," ujar Ridwan Kamil.
Ia mengatakan, pemberdayaan ekonomi pesantren tak bisa dipandang sebelah mata. Al-Ittifaq yang notabene bukan korporasi besar mampu membuktikannya hingga sukses bertaraf internasional.
"Jangan anggap remeh ekonomi pesantren, Al-Ittifaq ini sudah kelas dunia kerjas samanya sudah dengan Jepang, Belanda, dan ini bukanlah korporasi besar," katanya.
Untuk Ponpes lainnya di Jabar Kang Emil berharap bisa bekerja sama dengan Al-Ittifaq dalam memasarkan produk-produk pesantren dengan pola satu pintu. Selanjutnya, Al-Ittifaq yang sudah punya pengalaman akan bernegosiasi dengan pasar.
"Untuk Ponpes yang kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via Al-Ittifaq karena kalau dari pesantren langsung ke pasar banyak dinamika yang akhirnya merugikan, jadi mending satu pintu Al-Ittifaq yang nanti akan bernegosiasi dengan pasar," tuturnya.
"Ke depannya seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis seperti Al-Ittifaq," kata Kang Emil.Â
Â
(*)