Liputan6.com, Bandung Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Jawa Barat Epi Kustiawan menyampaikan pendapatan petani jamur kayu yang tergabung dalam program Petani Milenial mencapai Rp4,5 juta per bulan.
“Rata-rata Rp4,5 juta sebulan. Rp18 juta dalam 4 bulan atau sekali panen. (Sedangkan petani) lebah madu belum ada laporan,” kata Epi.
Baca Juga
Epi menuturkan, Dishut Jabar berkomitmen untuk mendorong peserta Program Petani Milenial budidaya jamur kayu dan lebih madu bisa mendapatkan penghasilan di atas upah rata-rata. Pasar yang luas dan offtaker yang sudah ada dapat mewujudkan target tersebut. Asalkan, katanya, para peserta konsisten.
Advertisement
Selama proses budidaya jamur kayu, lapor Epi, para peserta tidak menghadapi kendala yang signifikan. Itu karena sejumlah aspek bisnis sudah tertangani, mulai dari dukungan offtaker sampai dukungan affalis untuk permodalan dari BRI Agro.
“Alhamdulilah program ini berjalan,” ucapnya.
Menurut Epi, para peserta Petani Milenial yang dibimbing Dishut Jabar sangat antusias mengikuti setiap kegiatan. Antusiasme itu, kata Epi, membuat penghasilan dari budidaya jamur kayu tinggi.
“Karena pemasaran jamur kayu masih terbuka luas di Sukabumi, sehari satu ton [kebutuhan] diperlukan. Jadi proses produksi sangat terbuka, offtaker juga lancar pemasarannya,” katanya.
Kelebihan Budidaya Jamur Kayu
Dishut Jabar juga rutin memberikan sosialisasi kepada para peserta Petani Milenial dan pelatihan-pelatihan teknis. Itu dilakukan agar budidaya yang dilakukan memberikan pendapatan lebih. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah media tanam kayu jamur menjadi wood pallet.
“Kan jamur kayu media tumbuhnya limbah serbuk gergaji. Setelah empat bulan media itu jadi limbah lagi, tapi kami proses limbah tadi jadi wood pellet, jadi bahan bakar. Petani tidak usah beli gas untuk bahan bakar log-nya,” tuturnya.
Dengan begitu, kata Epi, budidaya jamur kayu tidak menghasilkan limbah. Terlebih, sisa pembakaran limbah abunya akan dijadikan pupuk.
“Itulah kelebihan jamur kayu, tidak menghasilkan limbah, zero waste. Itu diterapkan di Petani Milenial Sukabumi, gubernur pernah mengunjungi juga,” ucapnya.
(*)
Advertisement