Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago menyebut keputusan politik Presiden Joko Widodo atau Jokowi sangat sulit diprediksi, salah satunya soal reshuffle atau perombakan kabinet. Dia mengatakan menteri yang disentil Jokowi, belum tentu akan direshuffle.
"Presiden Jokowi relatif sulit diprediksi keputusan politiknya. Kadang seringkali beda antara yang beliau sentil dengan makna sesunguhnya," jelas Pangi kepada Liputan6.com, Sabtu (26/3/2022).
Baca Juga
Bahkan, kata dia, beberapa tokoh politik dan pengamat pun sulit memprediksi kapan Jokowi akan melakukan reshuffle. Termasuk, siapa menteri yang diganti dan partai mana yang masuk ke kabinet.
Advertisement
"Kita juga sulit memprediksi kapan reshuffle beliau lakukan dan menteri mana saja yang bakal di reshuffle, termasuk partai mana yang bakal di tambah, menteri dari kalangan non parpol yang bakal di reshuffle," katanya.
"Kita sulit membacanya karena memang biasanya Jokowi berbasiskan daya kejut, tidak ada ukuran yang jelas," sambung Pangi.
Sebelumnya, Jokowi menyinggung soal reshuffle atau perombakan kabinet di depan sejumlah menteri. Hal itu disampaikan Jokowi saat memberikan pengarahan aksi afirmasi buatan Indonesia di Bali, Jumat (25/3/2022).
Awalnya, Jokowi mengungkapkan kekesalannya terkait Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang banyak memakai produk impor. Dia pun meminta Menteri BUMN Erick Thohir agar direktur utama di perusahaan pelat merah itu diganti.
"BUMN, saya sampaikan ke menteri BUMN, dah ganti dirutnya. Ganti, ngapain kita?" ucap Jokowi sebagaimana disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Jumat.
Gara-Gara Barang Impor
Selain BUMN, dia menyebut kementerian/lembaga juga masih banyak memakai barang impor. Jokowi pun lalu menyinggung kata reshuffle. Dia menegaskan reshuffle merupakan kewenangan sebagai presiden.
"Kementerian, sama saja. Tapi, itu bagian saya itu. Reshuffle, udah hhhh saya itu, kayak gini gak bisa jalan," tutur Jokowi.
Dia pun menyampaikan barang-barang yang diimpor seperti, CCTV, seragam TNI-Polri, alat kesehatan (alkes), tempat tidur rumah sakit, pulpen, pensil, buku tulis, hingga kursi dan bangku. Padahal, Jokowi menyebut barang-barang tersebut bisa diproduksi di dalam negeri.
"Urusan masa beli bangku, beli kursi mau impor kita, laptop mau impor kita? Kita sudah bisa bikin semuanya itu, sudah bisa bikin semuanya. Sudahlah jangan diterus-terusin," ujarnya.
Advertisement