Korban banjir di Teluk Intan, Jakarta Utara mengalami kesulitan pasokan air bersih. Air yang digunakan untuk kebutuhan cuci, mandi, dan masak mereka saat ini dirasa kurang layak, karena warnanya keruh. Selain itu, harganya meningkat 3 kali lipat.
"Saya butuh 5 pikul sehari, buat cuci, mandi, dan masak. Satu pikulnya 2 jeriken. Sekarang harganya Rp 6 ribu, biasanya Rp 2 ribu. Mana airnya masih coklat," kata Titin warga bawah kolong jalan tol Teluk Intan, Jakarta Utara.
Selain air, wanita yang sehari-harinya berjualan kayu bakar ini juga mengeluhkan harga barang-barang pokok yang naik sekitar 20 persen hingga 30 persen ini.
"Telur sekarang juga naik, sebelumnya Rp 15 ribu, sekarang sudah Rp 23 ribu. Ayam, waktu awal banjir itu Rp 40 ribu seekor, sekarang di hari ke-tiga banjir ini Rp 60 ribu harganya. Mahal-mahal banget, serba salah," keluh dia.
Meski sudah sejak 9 tahun menetap dan akrab dengan banjir di Jakarta, Titin enggan meninggalkan Ibukota. "Yah gimana, orangtua sudah di sini, kakak, adek semua di sini. Kadang, ya pulang ke Solo kalau Lebaran, tapi ya balik lagi," cetus dia.(Ndy)
"Saya butuh 5 pikul sehari, buat cuci, mandi, dan masak. Satu pikulnya 2 jeriken. Sekarang harganya Rp 6 ribu, biasanya Rp 2 ribu. Mana airnya masih coklat," kata Titin warga bawah kolong jalan tol Teluk Intan, Jakarta Utara.
Selain air, wanita yang sehari-harinya berjualan kayu bakar ini juga mengeluhkan harga barang-barang pokok yang naik sekitar 20 persen hingga 30 persen ini.
"Telur sekarang juga naik, sebelumnya Rp 15 ribu, sekarang sudah Rp 23 ribu. Ayam, waktu awal banjir itu Rp 40 ribu seekor, sekarang di hari ke-tiga banjir ini Rp 60 ribu harganya. Mahal-mahal banget, serba salah," keluh dia.
Meski sudah sejak 9 tahun menetap dan akrab dengan banjir di Jakarta, Titin enggan meninggalkan Ibukota. "Yah gimana, orangtua sudah di sini, kakak, adek semua di sini. Kadang, ya pulang ke Solo kalau Lebaran, tapi ya balik lagi," cetus dia.(Ndy)