Liputan6.com, Madura: Masyarakat Pulau Madura kini ramai-ramai mengais rezeki dengan cara membuat batu bata putih. Menambang bata putih dinilai lebih menguntungkan, karena permintaan dari masyarakat tak pernah berhenti. Apalagi, kondisi udara di Madura cukup panas sehingga membuat masyarakat lebih suka menggunakan bata putih untuk bahan baku bangunan rumah atau perkantoran.
Para penambang yang membuat bata putih biasanya bekerja secara berkelompok. Mereka terdiri dari penggergaji, pembongkar, dan pengangkut bata dari lokasi tambang menuju jalan besar. Para perajin bisa menjual bata putih ukuran 10x30 cm seharga Rp 120 ribu per seribu bata. Dari hasil penjualan, seorang penggergaji memperoleh upah Rp 30 ribu, pembongkar Rp 25 ribu, dan sisanya menjadi hak pemilik lahan.
Proses menambang bata putih terkadang juga memiliki risiko yang bisa membuat jiwa melayang. Sebab, musibah longsor sering terjadi di lokasi penambangan, seperti yang terjadi di Bangkalan. Dalam peristiwa itu, dua orang tewas tertimpa bongkahan bata. Meski begitu, warga tetap menekuni profesi tersebut karena memang tak ada pekerjaan lain yang dapat dikerjakan.(ULF/Tim Liputan 6 SCTV)
Para penambang yang membuat bata putih biasanya bekerja secara berkelompok. Mereka terdiri dari penggergaji, pembongkar, dan pengangkut bata dari lokasi tambang menuju jalan besar. Para perajin bisa menjual bata putih ukuran 10x30 cm seharga Rp 120 ribu per seribu bata. Dari hasil penjualan, seorang penggergaji memperoleh upah Rp 30 ribu, pembongkar Rp 25 ribu, dan sisanya menjadi hak pemilik lahan.
Proses menambang bata putih terkadang juga memiliki risiko yang bisa membuat jiwa melayang. Sebab, musibah longsor sering terjadi di lokasi penambangan, seperti yang terjadi di Bangkalan. Dalam peristiwa itu, dua orang tewas tertimpa bongkahan bata. Meski begitu, warga tetap menekuni profesi tersebut karena memang tak ada pekerjaan lain yang dapat dikerjakan.(ULF/Tim Liputan 6 SCTV)