Sukses

Melihat Prediksi 3 Poros Pilpres 2024: Prabowo-Puan, Airlangga-Ganjar, Anies-AHY

Hasil simulasi Pilpres 2024 untuk tiga pasangan ini, Anies-AHY lebih unggul, disusul Ganjar-Airlangga, dan Prabowo-Puan.

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai survei semakin gencar mengeluarkan temuannya terkait elektabilitas tokoh dan prediksi poros yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Temuan survei opini publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru, bertajuk “Prospek Capres 2024" menyebutkan, akan ada tiga poros pada Pemilu mendatang.

Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas menyebut kemungkinan poros adalah Gerindra-PDIP, Golkar, dan Nasdem-Demokrat.

“PAN dan PPP bisa menggenapi Golkar. PKS berpeluang menggenapi Nasdem-Demokrat,” kata Abbas dalam paparannya, Kamis 7 April 2022.

Abbas menjelaskan, prediksi pada poros pertama yakni Gerindra-PDIP. “Karena Prabowo harus nomor 1, dan Puan Maharani memiliki elektabilitas yang terlalu di bawah, maka Puan mungkin akan menerima menjadi nomor 2,” katanya.

Sementara itu, untuk poros dua yakni Golkar, karena elektabilitas Airlangga terlalu lemah, maka kemungkinan akan mencari calon yang paling kompetitif. Menurut Abbas, Ganjar Pranowo adalah alternatifnya.

“Terbuka juga kemungkinan Airlangga menjadi nomor 1 dan Ganjar nomor 2,” kata dia.

Untuk Poros ketiga, Nasdem-Demokrat-PKS, menurut Abas bisa mencalonkan Anies Baswedan karena elektabilitasnya cukup baik. Hal ini lantaran Nasdem dan PKS tidak punya kader yang kompetitif.

“Abbas memprediksi bahwa AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) bisa diterima sebagai pendamping Anies karena cukup kompetitif dibanding nama-nama tokoh partai yang lain,” ucapnya.

Abbas menunjukkan simulasi pilihan pada tiga pasangan. “Hasilnya, pasangan Anies-AHY mendapatkan 29,8 persen suara. Ganjar-Airlangga 28,5 persen. Prabowo-Puan 27,5 persen. Masih ada 14,3 persen yang belum menentukan pilihan,” papar Abbas.

2 dari 2 halaman

PDIP Tak Mungkin Koalisi dengan PKS dan Demokrat

Menurut Abbas, pembentukan pasangan calon presiden – wakil presiden dapat ditentukan oleh pola hubungan antarpartai untuk berkoalisi.

Pertama, jika ideologi penting, maka partai paling kebangsaan dan partai paling Islam mungkin tak mudah berkoalisi. PDIP dan PKS mungkin tak berkoalisi di tingkat nasional.

“Partai-partai lain di antara dua partai tersebut dapat saling berkoalisi baik dengan PDIP maupun PKS,” terang Abbas.

Faktor kedua, kata Abbas, adalah komunikasi antara elite partai. Ada beberapa partai, menurutnya, yang tak mudah berkomunikasi bukan karena ideologi tapi suasana kebatinan di antara pemimpin partai: PDIP vs Demokrat dan vs NasDem. Juga NasDem vs Gerindra.

“Karena itu kemungkinan PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat maupun NasDem. Sementara NasDem mungkin tak bisa berkoalisi dengan Gerindra,” kata Abbas.

Faktor ketiga adalah adanya partai tiga besar, yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. Abbas memperkirakan kemungkinan masing-masing partai ini menuntut kadernya jadi nomor 1 atau miminal nomor 2.

“Maka Prabowo, Puan, dan Airlangga mungkin akan maju untuk nomor 1 atau nomor 2,” kata dia.

Faktor keempat adalah intensitas untuk menjadi calon nomor satu. Hal ini ditemukan pada sosok Prabowo yang secara intens didorong oleh partainya, Gerindra, untuk menjadi calon presiden. Faktor kelima adalah pertimbangan elektabilitas calon.

Adapun survei dilakukan pada 1220 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,12% pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara wawancara tatap muka dilakukan pada 13 - 20 Maret 2022