Liputan6.com, Jakarta - Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali melaporkan masih adanya penambahan kasus positif, sembuh, dan meninggal dunia di Indonesia akibat virus Corona.
Per data hari ini, Jumat (8/4/2022), terdapat penambahan 1.755 orang positif Covid-19.
Sehingga sampai saat ini di Indonesia total akumulatif ada 6.030.168 orang terkonfirmasi positif terinfeksi virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Advertisement
Baca Juga
Untuk kasus sembuh pada hari ini bertambah 3.442 orang pada hari ini. Dengan begitu, total akumulatifnya menjadi 5.798.044 pasien berhasil sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19 hingga kini di Indonesia.
Sementara itu, kasus meninggal dunia ada penambahan 47 orang pada hari ini. Jadi total akumulatif hingga saat ini di Indonesia ada 155.556 orang meninggal dunia akibat virus Corona yang menyebabkan Covid-19.
Data update pasien Covid-19 tersebut tercatat sejak Kamis 7 April 2022 pukul 12.00 WIB, hingga hari ini, Jumat (8/4/2022) pada jam yang sama.
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menargetkan 208.265.720 orang di Indonesia divaksinasi Covid-19. Hingga hari ini, Rabu 6 April 2022, penerima vaksin dosis pertama tercatat sebanyak 197.153.141 orang atau sekitar 94,66 persen.
Jumlah penerima vaksin dosis pertama bertambah 239.884 dari data kemarin hanya 196.913.257 orang.
Sementara vaksinasi dosis kedua bertambah 632.312 dari data kemarin masih 160.182.529 orang. Total penerima vaksinasi dosis kedua mencapai 160.814.841 orang atau 77,22 persen.
Sedangkan vaksinasi dosis lanjutan tercatat ada 25.454.640 orang atau setara 12,22 persen. Meningkat 1.192.677 dari data kemarin hanya 24.261.963 orang. Data ini disampaikan Kementerian Kesehatan melalui kemkes.go.id Rabu 6 April 2022, pukul 18.00 WIB.
WHO Sebut Perdamaian Jadi Kunci Penanganan Covid-19, Konflik, dan Perubahan Iklim
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pandemi Covid-19, konflik yang meningkat, dan iklim yang memburuk semakin mendekatkan dunia pada kiamat yang berujung pada akhir peradaban.
Di situasi seperti ini, sangat mudah bagi siapapun untuk merasa putus asa. Namun, ada hal-hal yang dapat dilakukan di tingkat mikro dan makro untuk membuat perubahan.
"Untuk mencegah krisis multidimensi berubah menjadi spiral kematian umat manusia, perlu ada upaya bersama dan kreatif untuk membengkokkan busur sejarah menuju dunia yang berorientasi pada solusi, lebih sehat dan berkelanjutan," kata Tedros mengutip keterangan WHO Jumat (8/4/2022).
Sebagian besar warga dunia ingin hidup di dunia yang bebas dari perang, lanjutnya. Di mana masyarakat dapat mengakses pekerjaan yang baik, menyediakan makanan di atas meja dan memiliki akses pada layanan kesehatan penting dan sekolah berkualitas.
Meskipun relatif mudah untuk memulai konflik, upaya pencarian perdamaian seringkali agak sulit dipahami karena perang memiliki kebiasaan berputar dan mengarah pada eskalasi yang tidak terduga dan konsekuensi negatif.
"Perdamaian menopang semua yang baik dalam masyarakat kita. Kita membutuhkan kedamaian untuk kesehatan dan juga kesehatan untuk kedamaian. Perang membuat segalanya menjadi lebih sulit secara eksponensial," terang Tedros.
Menyadari bahwa perdamaian adalah dasar dari semua pekerjaan di bidang kesehatan, pembangunan, dan mengatasi tantangan konflik, krisis iklim, dan Covid-19, Tedros mengumumkan prakarsa global baru.
"Hari ini 7 April 2022 saya mengumumkan prakarsa global baru 'Perdamaian untuk Kesehatan dan Kesehatan untuk Perdamaian' (Peace for Health and Health for Peace)," ucap Tedros.
Advertisement
Tujuan Prakarsa Global Baru
Prakarsa global baru “Perdamaian untuk Kesehatan dan Kesehatan untuk Perdamaian” memiliki tujuan utama mendorong dialog baru seputar kesehatan dan perdamaian.
Misalnya, pembuatan koridor kemanusiaan sehingga orang dapat mengakses kebutuhan dasar, termasuk makanan bergizi, bahan bakar dan layanan kesehatan, dan tidak ada fasilitas kesehatan yang menjadi sasaran militer.
Sejauh ini penyerangan fasilitas kesehatan menjadi tren baru yang mengganggu dan terlihat dalam konflik.
"Saya akan meminta badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat sipil, organisasi olahraga, akademisi dan bisnis, untuk mendukung inisiatif ini, yang pada akhirnya saya bayangkan akan menjadi bagian dari upaya pembangunan perdamaian secara keseluruhan," ujar Tedros.
"Ini diharapkan dapat membantu orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit dan kematian," sambung dia.
Sebelumnya, Deklarasi Milenium yang sangat progresif yang dikembangkan pada pergantian abad menguraikan mengenai hubungan antara perdamaian, keamanan, pembangunan dan kesehatan.
Pada kenyataannya, perang telah memperberat perjuangan melawan perubahan iklim dunia dan pandemi Covid-19. Dibutuhkan kerja sama internasional untuk bergerak maju.
Walau dunia sedang dilanda berbagai masalah, tapi Tedros yakin bahwa masih ada harapan untuk mengubahnya ke arah lebih baik.
"Dan bahkan di dunia yang sangat terpecah, kemajuan adalah sesuatu yang mungkin terjadi," jelas dia.
Perjalanan Kasus Corona di Indonesia
Kasus infeksi virus Corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Desember 2009. Dari kasus tersebut, virus bergerak cepat dan menjangkiti ribuan orang, tidak hanya di China tapi juga di luar negara tirai bambu tersebut.
2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Pengumuman dilakukan di Veranda Istana Merdeka.
Ada dua suspect yang terinfeksi Corona, keduanya adalah seorang ibu dan anak perempuannya. Mereka dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi atau RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Kontak tracing dengan pasien Corona pun dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan lebih luas. Dari hasil penelurusan, pasien positif Covid-19 terus meningkat.
Sepekan kemudian, kasus kematian akibat Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 11 Maret 2020. Pasien merupakan seorang warga negara asing (WNA) yang termasuk pada kategori imported case virus Corona. Pengumuman disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Urusan Virus Corona, Achmad Yurianto, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat
Yurianto mengatakan, pasien positif Covid-19 tersebut adalah perempuan berusia 53 tahun. Pasien tersebut masuk rumah sakit dalam keadaan sakit berat dan ada faktor penyakit mendahului di antaranya diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan penyakit paru obstruksi menahun yang sudah cukup lama diderita.
Jumat 13 Maret 2020, Yurianto menyatakan pasien nomor 01 dan 03 sembuh dari Covid-19. Mereka sudah dibolehkan pulang dan meninggalkan ruang isolasi.
Pemerintah kemudian melakukan upaya-upaya penanganan Covid-19 yang penyebarannya kian meluas. Di antaranya dengan mengeluarkan sejumlah aturan guna menekan angka penyebaran virus Corona atau Covid-19. Aturan-aturan itu dikeluarkan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres)
Salah satunya Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Keppres ini diteken Jokowi pada Jumat, 13 Maret 2020. Gugus Tugas yang saat ini diketuai oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo ini dibentuk dalam rangka menangani penyebaran virus Corona.
Gugus Tugas memiliki sejumlah tugas antara lain, melaksanakan rencana operasional percepatan penanangan virus Corona, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan percepatan penanganan virus Corona.
Sementara itu, status keadaan tertentu darurat penanganan virus Corona di Tanah Air ternyata telah diberlakukan sejak 28 Januari sampai 28 Februari 2020. Status ditetapkan pada saat rapat koordinasi di Kementerian Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) saat membahas kepulangan WNI di Wuhan, China.
Kapusdatinkom BNPB Agus Wibowo menjelaskan, karena skala makin besar dan Presiden memerintahkan percepatan, maka diperpanjang dari 29 Februari sampai 29 Mei 2020. Sebab, daerah-daerah di tanah air belum ada yang menetapkan status darurat Covid-9 di wilayah masing-masing.
Agus Wibowo menjelaskan jika daerah sudah menetapkan status keadaan darurat, maka status keadaan tertentu darurat yang dikeluarkan BNPB tidak berlaku lagi.
Penanganan kasus virus corona (Covid 19) pun semakin intens dilakukan. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi sekaligus memberikan pengobatan terhadap mereka yang terpapar Covid-19.
Berdasarkan situs covid19.go.id, sebanyak 140 rumah sakit di Tanah Air dijadikan rujukan untuk penanganan pasien Covid-19. Ada pula sejumlah tempat yang dijadikan rumah sakit darurat.
Salah satunya, pemerintah resmi menjadikan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, sebagai rumah sakit darurat untuk pasien Covid 19. Peresmian dilakukan langsung oleh Presiden Jokowi, Senin 23 Maret 2020. Begitu dibuka, Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran langsung menerima pasien.
Ada pula Rumah Sakit Darurat di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Pulau tersebut dulunya merupakan tempat penampungan warga Vietnam. Tempat tersebut telah dirapikan dan bisa menampung 460 pasien. Sejumlah tempat milik pemerintah lainnya juga dijadikan tempat isolasi pasien yang terpapar Covid-19.
Advertisement