Sukses

4 Hasil Survei Terkini SMRC Prospek Capres 2024, Bagaimana Peluang Anies Baswedan?

Salah satu hasil survei menyebut, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden (capres) cenderung menguat.

Liputan6.com, Jakarta - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali merilis hasil survei terkininya. Survei kali ini bertajuk Prospek Capres 2024.

Salah satu hasil survei menyebutkan, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden cenderung menguat.

"Dalam pertanyaan semi terbuka dengan daftar 43 nama, Ganjar Pranowo mendapatkan 18,1 persen suara, Prabowo Subianto 17,6 persen, Anies Baswedan 14,4 persen, nama-nama lain di bawah 4 persen. Masih ada 13,7 persen yang belum menentukan pilihan," papar Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, Kamis 7 April 2022.

Kemudian menurut Abbas, dalam satu tahun terakhir, dukungan pada Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan mengalami penguatan.

"Suara untuk Ganjar naik dari 8,8 persen pada survei Maret 2021 menjadi 18,1 persen pada Maret 2022. Demikian pula dengan Anies Baswedan, suaranya naik dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen. Sementara dukungan pada Prabowo mengalami pelemahan dari 20 persen menjadi 17,6 persen," kata Abbas.

Adapun survei ini dilakukan pada 1220 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling.

Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,12% pada tingkat kepercayaan 95%. Sementara wawancara tatap muka dilakukan pada 13 - 20 Maret 2022.

Berikut sederet hasil survei terkini yang dirilis SMRC bertajuk Prospek Capres 2024 dihimpun Liputan6.com:

 

2 dari 5 halaman

1. Elektabilitas Ganjar dan Anies Cenderung Menguat di Pilpres 2024

Temuan survei opini publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru, bertajuk Prospek Capres 2024 menyebutkan elektabilitas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden cenderung menguat.

Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas dalam paparannya menunjukkan dalam pertanyaan semi terbuka dengan daftar 43 nama, Ganjar Pranowo mendapatkan 18,1 persen suara, Prabowo Subianto 17,6 persen, Anies Baswedan 14,4 persen, nama-nama lain di bawah 4 persen.

Namun, lanjut dia, masih ada 13,7 persen yang belum menentukan pilihan.

Abbas melanjutkan bahwa dalam satu tahun terakhir, dukungan pada Ganjar dan Anies mengalami penguatan.

"Suara untuk Ganjar naik dari 8,8 persen pada survei Maret 2021 menjadi 18,1 persen pada Maret 2022. Demikian pula dengan Anies Baswedan, suaranya naik dari 11,2 persen menjadi 14,4 persen. Sementara dukungan pada Prabowo mengalami pelemahan dari 20 persen menjadi 17,6 persen," kata Abbas, Kamis 7 April 2022.

Meski demikian, Abbas memberikan catatan terhadap dukungan pada Ganjar yang peningkatannya tidak tinggi dalam tiga bulan terakhir.

"Walaupun suara Ganjar mengalami peningkatan signifikan dalam setahun terakhir, namun cenderung datar dalam tiga bulan terakhir. Dari 19,2 persen pada Desember 2021 menjadi 18,1 persen pada Maret 2022,” papar Abbas.

 

3 dari 5 halaman

2. Beberkan Faktor Penentuan Capres dan Cawapres

Temuan survei opini publik SMRC terbaru bertajuk Prospek Capres 2024 menyebutkan Pasangan Anies Baswedan–Agus Harimurti Yudhoyono memiliki peluang untuk menang pemilihan presiden dan wakil presiden.

Abbas dalam paparannya menyebut kemungkinan pemilihan presiden mendatang maksimal hanya diikuti oleh tiga pasangan mengingat presidential threshold yang cukup tinggi, 20 persen.

Menurut Abbas, pembentukan pasangan calon presiden–wakil presiden dapat ditentukan oleh pola hubungan antar partai untuk berkoalisi.

Pertama, jika ideologi penting, maka partai paling kebangsaan dan partai paling Islam mungkin tak mudah berkoalisi. PDIP dan PKS mungkin tak berkoalisi di tingkat nasional.

"Partai-partai lain di antara dua partai tersebut dapat saling berkoalisi baik dengan PDIP maupun PKS," terang Abbas.

Faktor kedua, kata Abbas, adalah komunikasi antara elite partai. Ada beberapa partai, menurutnya, yang tak mudah berkomunikasi bukan karena ideologi tapi suasana kebatinan di antara pemimpin partai: PDIP vs Demokrat dan vs NasDem. Juga NasDem vs Gerindra.

"Karena itu kemungkinan PDIP tidak berkoalisi dengan Demokrat maupun NasDem. Sementara NasDem mungkin tak bisa berkoalisi dengan Gerindra," kata Abbas.

Faktor ketiga adalah adanya partai tiga besar, yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. Abbas memperkirakan kemungkinan masing-masing partai ini menuntut kadernya jadi nomor 1 atau miminal nomor 2.

"Maka Prabowo, Puan, dan Airlangga mungkin akan maju untuk nomor 1 atau nomor 2," kata dia.

Faktor keempat adalah intensitas untuk menjadi calon nomor satu. Hal ini ditemukan pada sosok Prabowo yang secara intens didorong oleh partainya, Gerindra, untuk menjadi calon presiden. Faktor kelima adalah pertimbangan elektabilitas calon.

"Tiga nama dengan elektabilitas teratas adalah Prabowo, Ganjar, dan Anies," ucap Abbas.

 

4 dari 5 halaman

3. Sebut Bakal Ada 3 Poros Calon, Anies-AHY Berpeluang Menang

Menurut Abbas, kombinasi antara kelimanya mungkin bisa melahirkan 3 poros calon.

"Salah satu kemungkinannya adalah poros Gerindra-PDIP, Golkar, dan Nasdem-Demokrat. PAN dan PPP bisa menggenapi Golkar. PKS berpeluang menggenapi Nasdem-Demokrat," ucapnya.

Pada poros Gerindra-PDIP, karena Prabowo harus nomor 1, dan Puan Maharani memiliki elektabilitas yang terlalu di bawah, maka Puan mungkin akan menerima menjadi nomor 2.

Sementara itu, lanjut Abbas, karena elektabilitas Airlangga terlalu lemah, maka kemungkinan akan mencari calon yang paling kompetitif. Menurut Abbas, Ganjar Pranowo adalah alternatifnya. Terbuka juga kemungkinan Airlangga menjadi nomor 1 dan Ganjar nomor 2.

Poros Nasdem-Demokrat-PKS dapat mencalonkan Anies Baswedan karena elektabilitasnya cukup baik, sementara Nasdem dan PKS tidak punya kader yang kompetitif.

Abbas memprediksi bahwa AHY bisa diterima sebagai pendamping Anies karena cukup kompetitif dibanding nama-nama tokoh partai yang lain. Abbas menunjukkan simulasi pilihan pada tiga pasangan.

"Hasilnya, pasangan Anies-AHY mendapatkan 29,8 persen suara. Ganjar-Airlangga 28,5 persen. Prabowo-Puan 27,5 persen. Masih ada 14,3 persen yang belum menentukan pilihan," papar Abbas.

Abbas melanjutkan bahwa Jika Airlangga menjadi Capres dan berpasangan dengan Ganjar Pranowo sebagai cawapresnya, dalam simulasi pilihan terhadap 3 pasangan (Airlangga-Ganjar vs Anies-AHY vs Prabowo-Puan), pasangan pasangan Anies-AHY mengalami penguatan dukungan menjadi 32,3 persen, disusul Prabowo-Puan 29 persen. Sementara suara Airlangga-Ganjar ada di bawah keduanya secara signifikan, 22,6 persen. Masih ada 16,1 persen yang belum menentukan pilihan.

 

5 dari 5 halaman

4. Pemilih PDIP Cenderung Memilih Ganjar Pranowo Jadi Presiden

Kemudian Abbas menyebutkan, pemilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) cenderung memilih Ganjar Pranowo.

Dia menjelaskan, PDIP merupakan partai pemenang pemilu 2019 dan berbagai survei terkini menunjukkan bahwa elektabilitas PDIP masih paling tinggi dibanding partai-partai lain. Karena itu, menurutnya, arah dukungan massa partai ini kepada calon-calon presiden penting diamati.

Dalam survei SMRC terbaru ini, ditemukan bahwa Ganjar Pranowo adalah tokoh yang paling banyak didukung oleh massa pemilih PDIP untuk menjadi presiden dengan 34,2 persen. Disusul Prabowo Subianto 11,1 persen, Anies Baswedan 7,2 persen, dan Puan Maharani 1,9 persen.

"Dalam setahun terakhir dukungan massa PDIP kepada Ganjar naik dari 20,1 persen pada Maret 2021 menjadi 34,2 persen pada Maret 2022," papar Abbas.

"Namun, dalam 3 bulan terakhir, dukungan massa PDIP kepada Ganjar cenderung stagnan dari 36,7 persen pada Desember 2021 menjadi 34,2 persen Maret 2022," imbuh dia.

Sementara itu, kecenderungan dukungan massa pemilih PDIP pada Puan Maharani dalam satu tahun terakhir tidak banyak berubah, tetap sangat sedikit.

"Yaitu, 1,3 persen pada Maret 2021 dan 1,9 persen pada Maret 2022," jelas Abbas.