Sukses

KSP Pastikan Kawal Pengajuan Reog Ponorogo ke UNESCO

Pemerintah sudah mengajukan kesenian Reog Ponorogo sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia ke UNESCO pada 18 Februari 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Staf Presiden (KSP) akan mengawal proses pengajuan kesenian Reog Ponorogo ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Indonesia.

Deputi II KSP, Abetnego Tarigan memastikan, pengajuan kesenian Reog Ponorogo sebagai WBTB yang lahir dan berkembang di Indonesia merupakan langkah prioritas pemerintah. Untuk itu, KSP segera berkomunikasi dengan kementerian/lembaga terkait pemenuhan persyaratan administrasi pengajuan ke UNESCO.

"Kami (KSP) akan berkoordinasi dengan Kemenko PMK untuk memastikan persyaratan administrasi ke UNESCO sudah terpenuhi semua," kata Abet, di Jakarta, Sabtu (9/4/2022).

Untuk memperjuangkan dan memastikan Reog Ponorogo menjadi WBTB yang diakui UNESCO merupakan manifestasi dalam memperteguh jati diri bangsa dan bentuk pelestarian budaya. Hal itu dilindungi oleh Undang-Undang No 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

"Atas dasar itu, KSP juga mendorong percepatan diplomasi kebudayaan di level dunia, agar reog bisa segera dinobatkan oleh UNESCO sebagai milik kita," jelas Abet.

Sebagai informasi, pemerintah sudah mengajukan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia pada 18 Februari 2022. Kepastian ini disampaikan Menko PMK Mihasjir Effendy, pada Kamis (7/4/2022) lalu.

Sebelumnya, Muhadjir juga mengungkapkan, pemerintah Malaysia berencana mengajukan kesenian Reog sebagai kebudayaan negaranya ke UNESCO. Hal ini membuat seniman Reog di Ponorogo turun ke jalan. Mereka menuntut pemerintah segera mendaftarkan Reog ke UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia.

Kesenian Reog Ponorogo sendiri sudah mengakar di Indonesia dan diakui sebagai warisan budaya tak benda sejak tahun 2013. Selama kurun waktu 4 tahun berjalan, pemerintah sudah melengkapi dan menyempurnakan persyaratan untuk diusulkan ke UNESCO.

2 dari 4 halaman

Alasan Reog Ponorogo Belum Diakui UNESCO

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan bahwa reog memang terlahir dari Ponorogo, sehingga layak diajukan menjadi "warisan budaya tak benda" ke Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESCO).

"Ini waktunya memang sangat pendek, maksimalisasi untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang terkait dari keabsahan bahwa Reog Ponorogo itu memang terlahir dari Ponorogo, Jatim, menjadi penting," ujarnya di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (8/4/2022), dilansir dari Antara.

Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut juga mengajak semua pihak memberikan perhatian terhadap kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

Adanya momentum ini, kata dia, menjadi pengingat bagi pemerintah Indonesia dan Jawa Timur, khususnya Bupati Ponorogo, untuk menyiapkan dokumen-dokumen penguatan kepada UNESCO bahwa reog memang warisan budaya tak benda dari Ponorogo, Indonesia.

Mantan Menteri Sosial tersebut juga menegaskan tentang pentingnya pendokumentasian dan penelusuran sejarah untuk setiap warisan budaya yang dimiliki.

"Karena untuk mengakui hal tersebut sebagai bagian dari kekayaan kita diperlukan hal-hal administratif sebagai bukti autentik," ucap gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan persoalan pendokumentasian sejarah masih menjadi kelemahan.

Sesuai arahan Gubernur Khofifah, pihaknya secara intensif melakukan koordinasi dengan Bupati Ponorogo Giri Sancoko untuk mencoba menerjemahkan beberapa persyaratan yang oleh Kemendikbud dipersyaratkan dalam rangka pemenuhan pengajuan ke UNESCO.

"Seperti yang disampaikan oleh gubernur, bahwa soal sejarah memang kita punya kelemahan, kadang-kadang telat menulis daripada perjalanan kebudayaan. Nah, inilah yang harus diperhatikan dan menjadi lebih serius," kata dia.

Reog Ponorogo adalah seni pertunjukan tradisional rakyat Ponorogo yang di dalamnya terdapat unsur-unsur penari warok, jatil, bujangganong, kelana sewandana dan barongan.

Tarian tersebut diiringi dengan seperangkat instrumen pengiring reog khas ponoragan yang terdiri atas kendang, kempul (gong), kethuk-kenong, slompret, tipung dan angklung. 

3 dari 4 halaman

Sejarah Reog Ponorogo

Dilansir dari bebagai sumber, Reog Ponorogo menyajikan tarian berupa tokoh lakon dengan struktur cerita ikut mengiringi proses tari. Masyarakat Ponorogo dan sekitarnya akan mementaskan tarian tersebut setiap malam satu suro dan malam bulan purnama.

Seiring perkembangan zaman, tari ini juga digunakan sebagai seremoni sambutan atau bentuk penghormatan kepada tamu besar, sehingga tidak hanya untuk ritual-ritual saja. Tari Reog punya kisah tersendiri dalam proses kemunculannya.

Sejarahnya berasal dari cerita rakyat. Ada lima versi cerita yang berkembang, namun yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu. Dikisahkan bahwa Ki Ageng Kutu merupakan seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabumi pada abad ke-15.

Dia melakukan pemberontakan karena murka pada pemerintahan raja yang penuh kezaliman dan terpengaruh kuat dari istri raja Majapahit. Kemudian dia meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan bela diri. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan, maka dia membuat pertunjukan seni Reog yang merupakan sindiran kepada Raja Kertabumi dan kerajaannya.

Selain kisah tentang penaklukkan, kata Reog juga melahirkan cerita lainnya. Semula, Ki Ageng Kutu menciptakan barongan untuk para warok.

 

4 dari 4 halaman

Media Dakwah

Setelah Ki Ageng Kutu dikalahkan, Raden Katong melestarikan barongan sebagai media dakwah Islam, mengungat Raden merupakan penyebar Islam pertama kali di Ponorogo. Barongan yang dimiliki warok sekarang menjadi milik masyarakat Ponorogo dan berganti nama menjadi Reog.

Kata reog berasal dari kata "riyokun" artinya "khusnul khatimah". Komposisi seni Reog Ponorogo terdiri dari lima unsur. Yang pertama Warok yang berasal dari kata wewarah yang berarti orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih.

Yang kedua Jathil atau prajurit berkuda yang merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dilakukan berpasangan antara penari satu dengan lainnya.

Ketiga adalah Bujang Ganong atau Patih Pujangga Anom yang merupakan adalah salah satu tokoh yang lincah, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela dir. Di setiap penampilannya senantiasa diperagakan oleh sepasang penari yang pada umumnya selalu ditunggu-tunggu oleh penonton khususnya anak-anak.

Yang keempat, Klono Sewandono atau Raja Klono merupakan seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa cemeti. Pusaka tersebut sangat ampuh dan dikenal dengan Pecut Samandiman.

Sang Raja tampan dan muda tersebut selalu membawa pusaka itu ke mana saja. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya.

Terakhir adalah Singo Barong yaitu tokoh dan penari berkepala macan dengan hiasan merak dan tampil paling dominan pada kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagian topengnya terdiri dari kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan yang ditutup dengan kulit macan gembong/harimau Jawa.

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Merdeka.com