Liputan6.com, Jakarta: PT Perusahaan Listrik Negara menargetkan penjualan 20 juta lampu hemat energi di Pulau Jawa, pada tahun ini. Bila target tersebut terpenuhi, PLN akan menghemat beban listrik sebesar 600 megawatt atau setara dengan satu unit pembangkit Tanjung Jati B. Demikian dikemukakan Direktur Pemasaran PLN Tunggono di Jakarta, Senin (10/2).
Menurut Tunggono, dengan menurunnya beban listrik, maka akan melorot pula biaya yang dikeluarkan PLN. Dengan begitu, kenaikan tarif dasar listrik sebesar enam persen per tiga bulan kemungkinan akan ditekan. Mengenai kualitas lampu hemat energi, Tunggono memastikan akan sama dengan lampu pijar yang beredar di pasaran. Dia menambahkan, untuk menghindari penyalahgunaan lampu hemat yang disubsidi PLN, lampu-lampu tersebut akan dicap khusus. Penjualannya pun hanya akan dilakukan di kantor wilayah PLN yang terdekat dengan kediaman para pelanggan.
Penjualan lampu hemat ini dilakukan PLN sebagai tanggapan atas protes sejumlah kalangan mengenai kenaikan TDL. Penjualan tersebut rencananya akan dimulai pada bulan ini untuk kalangan rumah tangga dengan subsidi Rp 3.000. PLN juga akan memberi diskon 2,5 persen untuk kalangan industri [baca: Pemerintah Akhirnya Menurunkan Harga BBM].
Sebenarnya penggunaan lampu hemat ini telah dicanangkan pemerintah Orde Baru dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Namun, akhirnya baru mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994/1995. Saat itu, diharapkan sistem penerangan listrik sudah dapat menjangkau pada daerah-daerah pelosok di Tanah Air yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, kenyataan yang dihadapi saat ini, masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami yang dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE) dan Ballas Elektronik (BE). Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah didapat di pasaran. Tapi kenyataannya tak hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent).
Sejak ditemukan aliran listrik oleh Thomas A. Edison pada 21 Oktober 1879. Selanjutnya pengembangan lampu pijar terus dilakukan hingga era yang terakhir dengan sistem induksi magnet yang mempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain + 60.000 jam. Namun, hal ini masih dalam tahap penelitian. Dan penelitian dan pengembangan (R&D) guna mendapat nilai ekonomi yang lebih baik (benefit/cost rtio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu frluorescen kompak model SL atau PL dan ini yang dikenal lampu hemat energi (LHE).
Seperti telah diuraikan diatas bahwa jenis yang dimaksud jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih dikenal dengan lampu neon. Sekarang ini yang sedang populer dan giat-giatnya dipublikasikan oleh para produsen perlampuan adalah lampu fluorescen model SL & PL. Lampu model SL & PL pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W, hanya keistimewaan mempunyai bentuk yang ringkas, tidak memanjang seperti lampu fluorescen biasa, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas, capasitor dan stater terpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu . Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu fluorescen . Ada juga lampu fluorescen model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27.
Renderasi warna atau colour rendering dapat dipilih berbagai macam, sesuai yang diinginkan oleh konsumen. Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar atau acuan yang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day light, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lampu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. Umur lampu fluorescen adalah 8.000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1.000 jam.(ORS/Dian Wignyo dan Ari Trisna)
Menurut Tunggono, dengan menurunnya beban listrik, maka akan melorot pula biaya yang dikeluarkan PLN. Dengan begitu, kenaikan tarif dasar listrik sebesar enam persen per tiga bulan kemungkinan akan ditekan. Mengenai kualitas lampu hemat energi, Tunggono memastikan akan sama dengan lampu pijar yang beredar di pasaran. Dia menambahkan, untuk menghindari penyalahgunaan lampu hemat yang disubsidi PLN, lampu-lampu tersebut akan dicap khusus. Penjualannya pun hanya akan dilakukan di kantor wilayah PLN yang terdekat dengan kediaman para pelanggan.
Penjualan lampu hemat ini dilakukan PLN sebagai tanggapan atas protes sejumlah kalangan mengenai kenaikan TDL. Penjualan tersebut rencananya akan dimulai pada bulan ini untuk kalangan rumah tangga dengan subsidi Rp 3.000. PLN juga akan memberi diskon 2,5 persen untuk kalangan industri [baca: Pemerintah Akhirnya Menurunkan Harga BBM].
Sebenarnya penggunaan lampu hemat ini telah dicanangkan pemerintah Orde Baru dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II. Namun, akhirnya baru mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994/1995. Saat itu, diharapkan sistem penerangan listrik sudah dapat menjangkau pada daerah-daerah pelosok di Tanah Air yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun, kenyataan yang dihadapi saat ini, masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami yang dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE) dan Ballas Elektronik (BE). Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah didapat di pasaran. Tapi kenyataannya tak hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent).
Sejak ditemukan aliran listrik oleh Thomas A. Edison pada 21 Oktober 1879. Selanjutnya pengembangan lampu pijar terus dilakukan hingga era yang terakhir dengan sistem induksi magnet yang mempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain + 60.000 jam. Namun, hal ini masih dalam tahap penelitian. Dan penelitian dan pengembangan (R&D) guna mendapat nilai ekonomi yang lebih baik (benefit/cost rtio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu frluorescen kompak model SL atau PL dan ini yang dikenal lampu hemat energi (LHE).
Seperti telah diuraikan diatas bahwa jenis yang dimaksud jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih dikenal dengan lampu neon. Sekarang ini yang sedang populer dan giat-giatnya dipublikasikan oleh para produsen perlampuan adalah lampu fluorescen model SL & PL. Lampu model SL & PL pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W, hanya keistimewaan mempunyai bentuk yang ringkas, tidak memanjang seperti lampu fluorescen biasa, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas, capasitor dan stater terpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu . Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu fluorescen . Ada juga lampu fluorescen model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27.
Renderasi warna atau colour rendering dapat dipilih berbagai macam, sesuai yang diinginkan oleh konsumen. Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar atau acuan yang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day light, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lampu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. Umur lampu fluorescen adalah 8.000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1.000 jam.(ORS/Dian Wignyo dan Ari Trisna)