Sukses

6 Presiden Indonesia Punya Julukan, Ini Daftarnya

Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) mengunggah julukan untuk enam Presiden Republik Indonesia yang telah habis masa jabatannya.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) mengunggah julukan untuk enam Presiden Republik Indonesia yang telah habis masa jabatannya. Masing-masing Presiden memiliki pencapaian berbeda-beda semasa menjabat.

"Tahu kah #SobatSetneg bahwa tak hanya Indonesia yang memiliki julukan, tetapi Presiden Indonesia juga memiliki julukan, lho!," demikian tulis akun IG @kemensetneg.ri seperti dilihat pada Minggu (17/4/2022).

Dalam unggahannya, ada Presiden pertama RI Soekarno, Presiden kedua RI Soeharto, Presiden ketiga RI BJ Habibie, Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, dan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Simak julukan untuk enam Presiden RI yang diunggah di akun IG @kemensetneg.ri berikut ini:

1. Soekarno (Bapak Proklamator)

Soekarno atau lebih dikenal dengan sebutan Bung Karno, adalah Presiden pertama Republik Indonesia. Lahir di Blitar, Jawa Timur, pada 6 Juni 1901.

Bung Karno memiliki peranan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan sosok yang membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

2. Soeharto (Bapak Pembangunan)

Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia ke-2. Lahir di Kemusuk, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921.

Julukan Bapak Pembangunan yang tersemat pada Presiden Soeharto karena memfokuskan program kerjanya terhadap pembangunan ekonomi dan menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).

3. B.J Habibie (Bapak Teknologi)

Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3. Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. BJ Habibie, yang di masa kecilnya biasa disapa Rudy, dikenal memiliki kecerdasan luar biasa di bidang teknologi dan industri pesawat terbang.

Itulah alasan BJ Habibie disebut sebagai Bapak Teknologi. Pesawat N250 Gatotokaca merupakan pesawat buatan Indonesia pertama yang digagas BJ Habibie.

2 dari 3 halaman

Gus Dur dan Megawati

4. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Bapak Pluralisme)

Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur adalah tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik Indonesia yang menjadi Presiden Republik Indonesia ke-4. Lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940.

Gus Dur mendapatkan julukan Bapak Pluralisme karena beliau memberikan gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya menghormati perbedaan sebagai bangsa yang beragam dan lantang dalam membela minoritas.

Salah satu buktinya adalah pencabutan peraturan yang melarang kegiatan adat warga Tionghoa secara terbuka seperti perayaan Imlek.

5. Megawati Soekarnoputri (Ibu Penegak Konstitusi)

Setelah Gus Dur, tongkat estafet pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Megawati Soekarnoputri yang menjadi Presiden Republik Indonesia ke-5. Dia lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947.

Dalam sejarah pemerintahan Indonesia, Megawati tercatat sebagai Presiden wanita pertama di Indonesia. Beliau juga sebagai pencetus berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan menyiapkan sistem pemilihan umum (pemilu) pertama kali, ketika masyarakat Indonesia dapat memilih langsung presiden dan wakil presiden, di samping memilih calon anggota legislatif. Itulah alasan Megawati Soekarnoputri diberi julukan Ibu Penegak Konstitusi.

3 dari 3 halaman

Susilo Bambang Yudhoyono

6. Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY (Bapak Perdamaian)

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah Presiden Republik Indonesia ke-6 kelahiran 9 September 1949 di Pacitan, Jawa Timur. SBY sendiri mempunyai latar belakang militer, namun ia mengundurkan diri dari karier militernya setelah diangkat menjadi Menteri Pertambangan dan Energi tahun 1999 oleh Gus Dur.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijuluki sebagai 'Bapak Perdamaian' karena pada masa jabatan beliau sebagai Presiden, Indonesia banyak berpartisipasi dalam misi perdamaian dunia, baik di tingkat nasional maupun internasional. Seperti Perjanjian Perdamaian Aceh melalui Nota Kesepahaman Helsinki, membangun Pusat Perdamaian dan Keamanan atau Indonesia Peace and Security Center (IPSC).

 

Reporter: Muhammad Genantan Saputra

Sumber: Merdeka.com