Sukses

Hari Raya Idul Fitri, KSP: Jangan Euforia Berlebihan, Kita Masih dalam Suasana Pandemi

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Akhmad mengingatkan umat Islam untuk tidak berlebihan dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah.

Liputan6.com, Jakarta Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Akhmad mengingatkan umat Islam untuk tidak berlebihan dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah. Hal ini mengingat Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19.

"Tidak euforia berlebihan, dan tetap memperhatikan protokol kesehatan saat merayakan Idul Fitri 1443 hijriah," kata Rumadi dikutip dari siaran persnya, Selasa (3/5/2022).

"Sebab kita masih dalam suasana pandemi Covid-19," sambungnya.

Dia meminta masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan saat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Terlebih, pemerintah telah memberikan sejumlah pelonggaran aktivitas masyarakat pada Lebaran 2022, salah satunya diizinkannya mudik.

"Kami himbau masyarakat tetap perhatikan prokes saat merayakan Idul Fitri. Jangan lengah dan abai meski banyak pelonggaran yang diberikan pemerintah," ujarnya.

Disisi lain, Rumadi mengatakan Hari raya Idul Fitri bukan hanya sebuah perayaan keagamaan, tapi juga perayaan sosial. Menurut dia, Idul Fitri merupakan momentum spiritual bagi umat Islam setelah puasa ramadan, dan menjadi simbol kembalinya kesucian ruhani.

Sementara secara sosial, kata dia, Idul Fitri telah menjadi perayaan kebudayaan seluruh masyarakat dan momentum perekat sosial.

"Dengan adanya kebijakan pelonggaran pada Idul Fitri tahun ini, masyarakat bisa mudik dan bersilaturrahmi dengan keluarga. Ini momentum untuk memperkuat kembali kerekatan relasi sosial, yang sebelumnya sempat terputus karena pandemi," jelasnya.

 

2 dari 2 halaman

Kerekatan Sosial

Dia menilai terbangunnya kembali kerekatan relasi sosial melalui perayaan Idul Fitri, akan menjadikan masyarakat Indonesia semakin tangguh. Terutama, menghadapi krisis ekonomi global yang saat ini terjadi.

Rumadi meyakini semakin banyak keterlibatan sosial warga, maka mereka akan semakin bahagia serta tidak terpengaruh krisis ekonomi yang menghantam.

"Secara finansial, krisis ini memang merugikan, tapi dengan kerekatan sosial yang ada, efek psikologisnya bisa diredam," ucap Rumadi.