Liputan6.com, Tangerang - Pemkot Tangerang melalui Dinas Kesehatan setempat, sosialisasikan mengenai bahayanya Hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya itu ke tiap rumah sakit dan Puskesmas.
"Sudah sejak seminggu lalu, atau akhir April, kita sudah edarkan atau sosialisasikan ke rumah sakit dan puskesmas," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni, Rabu (4/5/2022).
Meski begitu, dia meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Sebab, selain Kemenkes tengah menginvestigasi penyebabnya di DKI Jakarta, dugaan kasus serupa juga belum ditemukan di Kota Tangerang.
Advertisement
"Sampai saat ini tidak ada laporan. Tapi kami tetap waspada, agar terlokalisir sumber awalnya," kata dr Dini.
Terpenting, lanjutnya, yang harus dilakukan di rumah adalah tetap menjaga protokol kesehatan. Apa yang sudah diterapkan pada saat menghadapi Pandemi Covid-19, jangan kendor diterapkan untuk mencegah virus yang menyerang liver tersebut.
"Pastikan tetap pakai masker, mencuci tangan dengan bersih, masak dan makan makanan yang matang dan dipastikan kebersihannya," katanya.
Serta, mendeteksi secara dini dan membawa ke fasilitas kesehatan segera setelah ditemukan gejala-gejala seperti penurunan kesadaran, demam. Lalu warna urin seperti teh, BAB berwarna pucat, kulit kuning, gatal, mual, muntah, nyeri sendi.
Kewaspadaan Ketat
Penemuan kasus Hepatitis akut misterius yang membuat tiga anak di Indonesia meninggal, membuat Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), melakukan peningkatan pengawasan.
Peningkatan pengawasan dilakukan sejak akhir April 2022 dan terus ditingkatkan terutama pada periode Lebaran 2022. Hal ini lantaran, pada periode tersebut, pergerakan orang untuk berpergian memiliki intensitas cukup tinggi.
"Sejak akhir April, sudah ada peningkatan kewaspadaan di klinik KKP serta di kedatangan Luar Negeri, terutama pada negara yang memiliki riwayat penyakit tersebut (hepatitis akut)," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)Â Bandara Soekarno-Hatta, dr Darmawali Handoko, Rabu (4/5/2022).
Menurutnya, beberapa langkah antisipasi pun juga dilakukan KKPÂ Bandara Soetta. Seperti menelusuri riwayat bepergian, apakah dari negara dengan kasus hepatitis misterius tinggi.
"Kami juga mewaspadai adanya kasus dengan ikterik, menelusuri riwayat bepergian apakah dari negara dengan kasus tersebut, serta melakukan rujukan jika dicurigai kearah kasus itu," ujarnya.
Meski demikian, dia memastikan bila hingga saat ini, belum ditemukan kasus yang menuju ke diagnosa penyakit tersebut.
Sementara itu, pengurus IDAI Banten, dr Didik mengatakan, sebagai langkah pencegahan penyakit misterius tersebut, setiap masyarakat diminta untuk tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Kemudian, mengonsumsi minuman dan makanan yang matang, serta mencuci tangan.
"Masyarakat harus tenang, namun berhati-hati. Sebagai langkah pencegahan, tetap gunakan masker dan jaga jarak, konsumsi minum dan makanan yang matang. Dan untuk mendektesi dini, bila ditemukan gejala-gejala tertentu segera bawa ke fasilitas kesehatan," ungkapnya.
Penyakit misterius ini muncul pada April 2022 di sejumlah negara, seperti Eropa, Asia dan Amerika.
Hingga pada 27 April 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan nomor surat HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).
Kewaspadaan meningkat setelah, tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta meninggal dunia terkait dugaan hepatitis akut. Kejadian ini berlangsung dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua minggu terakhir hingga 30 April 2022.Â
Kejadian Luar Biasa
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyatakan hepatitis akut misterius pada anak yang melanda sejumlah negara di dunia masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB). Terlebih, ada kematian tiga pasien anak yang dirawat di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Sebagai tindak lanjut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia sedang berupaya melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Merespons temuan hepatitis akut misterius, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB IDI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendukung penuh investigasi yang dilakukan Kemenkes.
IDI dan IDAI mendukung penuh upaya Pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini, demikian bunyi pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 3 Mei 2022.
Dalam pernyataan resmi, Juru Bicara Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menekankan, masyarakat diimbau tetap waspada selama pihaknya melakukan penyelidikan kasus hepatitis akut misterius dari ketiga pasien anak yang meninggal.
“Selama masa investigasi (hepatitis akut), kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan, seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih," pesan Nadia, Senin (2/5/2022).
"Kemudian tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit, serta tetap melaksanakan protokol kesehatan."
Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi meminta seluruh organisasi profesi dan tenaga kesehatan mewaspadai gejala hepatitis akut misterius pada anak.
"Kami meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter, dan tenaga Kesehatan yang bertugas di berbagai jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa," ujarnya.
Dari informasi yang dihimpun PB IDI, gejala hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini, antara lain perubahan warna urine (gelap) dan/atau feses (pucat), (sakit) kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal.
Ada juga gejala demam tinggi, mual, muntah atau nyeri perut, lesu, dan/atau hilang nafsu makan, diare, serta kejang. ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST)/SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.
AST atau ALT merupakan enzim yang digunakan sebagai indikator kerusakan hati.
Advertisement