Sukses

Kasus Hepatitis Akut, Dinkes Jakarta Ingatkan Warga Konsumsi Makanan Bersih

Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus melakukan penelitian terkait kasus kematian tiga anak di Jakarta yang menderita hepatitis akut misterius.

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus melakukan penelitian terkait kasus kematian tiga anak di Jakarta yang menderita hepatitis akut misterius. Selama belum ada hasil valid atas kasus tersebut, Dinas Kesehatan mengingatkan warga agar mengonsumsi makanan bersih dan sehat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia menyampaikan, dugaan awal infeksi hepatitis menyebar secara oral melalui jalur pencernaan.

"Kemungkinan penularannya jalurnya pakal oral. Berarti dari rute jalur saluran cerna seperti pola penularan kayak diare, tifus. Itu sementara diduga," kata Dwi, Kamis (5/5/2022).

Dia juga mengingatkan agar warga Jakarta tidak mengonsumsi makanan yang berpotensi telah tercemar bakteri. Misalnya, makanan atau hidangan yang dikonsumsi dihinggapi lalat.

Tidak lupa, dia mengimbau agar warga selalu mencuci tangan pada setiap kali akan menyantap hidangan. Dinas Kesehatan, kata Dwi, masih terus mengikuti segala perkembangan informasi ataupun temuan kasus terkait dugaan hepatitis misterius ini.

"Kita masih mengikuti perkembangan, ini penularannya jalur apa yang lebih pasti, apakah jalur pencernaan atau jalur lain," tandas Dwi.

2 dari 4 halaman

Kasus Hepatitis Akut

Untuk diketahui WHO pertama kali menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.

Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas anak di antaranya (10 persen) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal.

Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus dil luar negeri yang setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2 ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.

Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 Tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022.

3 dari 4 halaman

KKP Bandara Soetta Tingkatkan Pengawasan

Penemuan kasus Hepatitis akut misterius yang membuat tiga anak di Indonesia meninggal, membuat Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), melakukan peningkatan pengawasan.

Peningkatan pengawasan dilakukan sejak akhir April 2022 dan terus ditingkatkan terutama pada periode Lebaran 2022. Hal ini lantaran, pada periode tersebut, pergerakan orang untuk berpergian memiliki intensitas cukup tinggi.

"Sejak akhir April, sudah ada peningkatan kewaspadaan di klinik KKP serta di kedatangan Luar Negeri, terutama pada negara yang memiliki riwayat penyakit tersebut (hepatitis akut)," kata Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, dr Darmawali Handoko, Rabu (4/5/2022).

Menurutnya, beberapa langkah antisipasi pun juga dilakukan KKP Bandara Soetta. Seperti menelusuri riwayat bepergian, apakah dari negara dengan kasus hepatitis misterius tinggi.

"Kami juga mewaspadai adanya kasus dengan ikterik, menelusuri riwayat bepergian apakah dari negara dengan kasus tersebut, serta melakukan rujukan jika dicurigai kearah kasus itu," ujarnya.

Meski demikian, dia memastikan bila hingga saat ini, belum ditemukan kasus yang menuju ke diagnosa penyakit tersebut.

Sementara itu, pengurus IDAI Banten, dr Didik mengatakan, sebagai langkah pencegahan penyakit misterius tersebut, setiap masyarakat diminta untuk tetap menjaga jarak dan menggunakan masker. Kemudian, mengonsumsi minuman dan makanan yang matang, serta mencuci tangan.

"Masyarakat harus tenang, namun berhati-hati. Sebagai langkah pencegahan, tetap gunakan masker dan jaga jarak, konsumsi minum dan makanan yang matang. Dan untuk mendektesi dini, bila ditemukan gejala-gejala tertentu segera bawa ke fasilitas kesehatan," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

IDI dan IDAI Imbau Nakes dan Masyarakat Waspada Hepatitis Akut

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau seluruh tenaga kesehatan dan lapisan masyarakat, terutama para orangtua dan anak, agar tetap ketat melakukan protokol kesehatan, terlebih di masa mudik Lebaran.

Imbauan tersebut sebagai tindak lanjut atas Surat Edaran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya pada 27 April 2022.

Saat ini, Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya itu telah resmi dipublikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh WHO. Jumlah laporan kasus tersebut pun terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

Ketua umum PB IDI, dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT meminta seluruh Organisasi Profesi Medis di bawah IDI, seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di berbagai jenis fasilitas kesehatan tingkat pertama yakni Puskesmas, Posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan untuk mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa. Hal tersebut disampaikan Adib melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (3/5). 

Adapun gejala hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini antara lain:

- Perubahan warna urine (gelap) dan/atau feses pucat

- Kuning (jaundis)GatalNyeri sendi atau pegal-pegal

- Demam tinggi

- Mual

- Muntah atau nyeri perut

- Lesu atau hilang nafsu makan

- Diare

- Kejang ditandai dengan Serum Aspartate Tansaminase (AST)/SGOT atau Alanine Tansaminase (ALT) SGPT lebih dari 500 U/L.

Sementara dari pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan virus hepatitis A, B, C, D, dan E Namun, pada beberapa kasus ditemukan SARS-CoV-2 dan atau Adenovirus. Oleh karena itu pemeriksaan patogen (biologis maupun kimiawi) perlu dilakukan lebih lanjut. 

 

 

Reporter: Yunita Amalia

Sumber: Merdeka.com