Liputan6.com, Jakarta - Penyakit hepatitis akut saat ini tengah menghantui Indonesia. Pemerintah Daerah (Pemda) pun melakukan usaha terbaik cegah penyakit hepatitis akut.
Misalnya di Jawa Barat. Guna mewaspadai kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar) melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
Advertisement
Baca Juga
Pihak-pihak tersebut yakni Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, serta dinas kesehatan dari 27 kabupaten/kota.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana Dewi, ada beberapa langkah awal atau antisipasi yang dilakukan Jawa Barat terkait hepatitis misterius.
"Langkah pertama yakni dengan surveilans pelaporan satu pintu secara daring melalui surat elektronik yang alamatnya telah dikantongi masing-masing stakeholders," ujaar Nina, seperti dikutip dari laman Jabarprov.go.id, Senin 9 Mei 2022.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak panik dengan adanya penyakit hepatitis akut, tetapi sigap melihat gejala yang ditimbulkan.
"Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementerian Kesehatan nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022 lalu," papar Khofifah.
Senada, Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty juga meminta masyarakat tetap waspada, tapi tidak panik dan selalu menerapkan pola hidup bersih.
Berikut melihat penanganan di berbagai daerah cegah penyakit hepatitis akut dihimpun Liputan6.com:
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. DKI Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta bakal melakukan pemantauan intensif terhadap para pasien hepatitis. Langkah ini sebagai tindak lanjut kematian tiga anak yang diduga akibat hepatitis baru.
"Jadi semua orang dengan keluhan ke arah penyakit hepatitis kemudian ada peningkatan enzyme pada fungsi hatinya itu kita waspadai," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia, Kamis 5 Mei 2022.
Sikap waspada tersebut untuk menetapkan tahapan ataupun prosedur yang perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan agar pasien dapat mendapatkan tindakan medis yang tepat.
Terhadap 3 kasus kematian anak di Jakarta diduga akibat hepatitis baru, Dwi menjelaskan bahwa Dinkes bersama Kementerian Kesehatan dan seluruh rumah sakit di Jakarta dan layanan kesehatan masih membutuhkan investigasi lanjutan.
Sebab, untuk memastikan sebuah diagnosis penyakit baru terdapat pemeriksaan lebih dibandingkan diagnosis penyakit yang sudah ada.
"Diperiksa lebih detail untuk kemungkinan mencari penyebab hepatitis apa, termasuk apakah hepatitis yang sedang masuk kewaspadaan atau hepatitis yang memang sudah ada sebelumnya," jelas Dwi.
Tidak lupa, dia mengimbau agar warga selalu mencuci tangan pada setiap kali akan menyantap hidangan. Dinas Kesehatan, kata Dwi, masih terus mengikuti segala perkembangan informasi ataupun temuan kasus terkait dugaan hepatitis misterius ini.
"Kita masih mengikuti perkembangan, ini penularannya jalur apa yang lebih pasti, apakah jalur pencernaan atau jalur lain," tandas Dwi.
Â
Advertisement
2. Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memastikan belum ada kasus hepatitis akut misterius di Jabar. Meski begitu, pria yang akrab disapa Emil itu meminta masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap waspada dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
"Saya laporkan di Jawa Barat belum ada (hepatitis akut), dan mudah-mudahan tidak ada. Masyarakat diimbau yang pertama jangan panik, seperti biasa kita sudah mengalami jatuh bangun dari pandemi Covid-19. Jaga kebersihan dari mulai diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Tenang saja, negara sudah siap untuk mengatasi jika ada (kasus)," kata dia di RSHS Bandung, Senin 9 Mei 2022.
Emil juga mengungkapkan, pihaknya membentuk tim ahli dari kesehatan untuk mempersiapkan skenario terjitu apabila hepatitis akut sudah terbukti yang orisinal.
"Di Jawa Barat tim ahli sudah dibentuk bersama RSHS. Laboratorium disiapkan untuk mengecek apakah ini kategori hepatitis akut dan lain sebagainya. Saya cek sudah siap, bahkan teknologi molekuler terbaru sudah dimiliki," ujar eks Wali Kota Bandung itu.
Pemprov Jabar pun telah menyiapkan ruangan-ruangan di RSHS apabila ada yang suspek hepatitis akut. Penyakit ini menyasar bayi hingga remaja umur 16 tahun.
"Ruangan sudah disiapkan, jaga-jaga kalau ada di Jawa Barat. Dari catatan memang (hepatitis akut) terjadinya di usia bayi sampai 16 tahun. Namun kita belum mengetahui alasan sasaran di usia tersebut, tapi statistik menunjukkan itu," cetusnya.
Emil menambahkan, untuk pencegahan hepatitis yang menular, kuncinya adalah hidup sehat. “Kalau penularan lewat pernapasan pakai masker, jaga jarak, kurangi kerumunan, dan jangan saling tukar alat makan. Kalau ada keluarga yang sakit jangan terlalu banyak berinteraksi," tuturnya.
Emil juga memastikan pula bahwa penanganan Covid-19 di Jabar terkendali. Tingkat keterisian rumah sakit 0,8 persen.
"Saya datang ke RSHS juga memastikan kondisi Covid-19. Keterisian rumah sakit di Jabar untuk Covid-19 hanya 0,8 persen. Kasus aktif tersisa 1.500 dari puncaknya ratusan ribu, dan rata-rata sudah banyak yang sembuh. Terbukti seperti di RSHS hanya tiga anak yang dirawat akibat Covid-19, dan empat orang dewasa," ungkapnya.
Sementara itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana Dewi, ada beberapa langkah awal atau antisipasi yang dilakukan Jawa Barat terkait hepatitis misterius.
Langkah pertama yakni dengan surveilans pelaporan satu pintu secara daring melalui surat elektronik yang alamatnya telah dikantongi masing-masing stakeholders, seperti dikutip dari laman Jabarprov.go.id.
Langkah antisipasi kedua yaitu menginvetarisasi kemampuan Labkesda atau rumah sakit di kabupaten/kota untuk pemeriksaan diagnosis hepatitis.
"Ketiga, kami meningkatkan sosialisasi, komunikasi-informasi-edukasi (KIE), serta menggencarkan gerakan masyarakat hidup sehat," ujar Nina dalam rapat koordinasi daring.
Penguatan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi mulai dari puskesmas hingga rumah sakit jadi langkah keempat antisipasi hepatitis akut.
"Kelima, rumah sakit melakukan setting untuk penanganan kasus hepatitis akut ini," ujar Nina.
Dia berharap, melalui gerak cepat yang dilakukan, fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengantisipasi dan melakukan tindakan preventif melalui sosialisasi dengan menggiatkan germas.
Â
3. Jawa Timur
Pemerintah Provinsi Jawa Timur kini tengah mewaspadai kasus hepatitis akut yang belum diketahui Etiologinya atau penyebabnya.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak panik tetapi sigap melihat gejala yang ditimbulkan.
Hal tersebut, kata Khofifah, merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementerian Kesehatan nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang belum diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) tertanggal 27 April 2022 lalu.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mempublikasikan tentang KLB Hepatitis Akut pada 15 April 2022. Publikasi dimuat setelah Inggris Raya melaporkan adanya peningkatan kasus signifikan pada pasien hepatitis di mana tak ditemukannya virus A-E dalam penelitian laboratorium.
Barulah kemudian pada akhir April, kasus Hepatitis Akut yang tidak diketahui penyebabnya ini menyerang Indonesia. Tercatat, ada tiga pasien anak yang meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Menurut Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) per 4 Mei 2022, di Jatim sendiri saat ini sudah terdeteksi 114 kasus terduga Hepatitis akut yang tersebar di beberapa kab/kota.
Berdasarkan data yang ada, penyakit ini tidak menyerang kelompok umur spesifik meski cenderung mengalami kenaikan jumlah pada minggu ke-14 hingga ke-17.
"Maka semua orang, baik anak kecil maupun dewasa, harus punya awareness akan bahaya penyakit ini. Kita juga wajib gercep melihat gejalanya. Karena semakin cepat ditangani, peluang untuk menghindari hal yang tidak diinginkan semakin besar," ujar Khofifah.
Khofifah menyebut, gejala klinis dari Hepatitis akut ini antara lain nyeri perut bagian bawah, diare, muntah-muntah, serta peningkatan enzim hati. Hingga saat ini, tidak ditemukan gejala demam dalam sebagian besar kasus.
Meski begitu, ia mengingatkan agar tidak lengah jika ada warga masyarakat yang mengalami demam.
"Jangan anggap sepele gejala yang ada. Walaupun jarang ada pasien hepatitis akut ini yang menderita demam, tapi alangkah baiknya kalau masyarakat langsung memeriksakan diri ke faskes terdekat kalau sudah merasa tidak enak badan," ujarnya.
Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya tindakan preventif dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta protokol kesehatan.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat menjaga satu sama lain dengan saling mengawasi.
"Tetap cuci tangan dengan sabun, memakan makanan bersih dan sehat, menjaga jarak, serta hindari menggunakan fasilitas atau barang yang sudah digunakan orang lain. Kira-kira hampir sama seperti saat kita prokes untuk menjaga diri dari covid-19," kata Khofifah.
"Kita juga harus saling jaga dan melihat satu sama lain. Yang dewasa mengawasi anak-anak dan yang muda juga menjaga yang tua. Pokoknya harus bersinergi karena sebelumnya sudah kita buktikan kalau akan lebih mudah melewati masa krisis jika kita saling menjaga bersama-sama," imbuhnya.
Lebih jauh, Khofifah menegaskan bahwa pemerintah akan terus berusaha menangani situasi yang ada. Semua pihak, jelasnya, akan mengambil peran menyelesaikan masalah ini.
"Insya Allah, pemerintah akan meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan yang bisa diakses semua orang. Tapi ini bukan hanya beban yang ada di Dinas Kesehatan ataupun turunannya, melainkan juga tanggungjawab Gubernur serta Bupati/Walikota di Jatim serta seluruh elemen masyarakat untuk mencegah Hepatitis akut jenis ini mewabah di Jatim," pesannya.
Khofifah mengajak masyarakat agar tetap tenang dalam menghadapi potensi kritis yang disebabkan Hepatitis akut tersebut.
"Untuk mencegah dan mengendalikan penularan hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya di Jawa Timur, saya menghimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati namun tetap tenang," tegasnya.
"Selain menjaga prokes dan menerapkan gaya hidup sehat, untuk sementara jangan dulu berenang di kolam renang umum, tidak bermain di playground, serta hindari menyentuh hand railing, knop pintu, dinding, dan benda lain yang sering dipegang orang," imbaunya.
Selanjutnya kepala dinas kesehatan Provinsi Jawa Timur Erwin Astha Triyono juga menerangkan, bahwa untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, Dinkes Jatim telah melakukan koordinasi dengan kab/kota dan jejaring Dinas Kesehatan, rumah sakit, serta Puskesmas.
"Kami juga membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor. Selain itu, Dinkes Jatim juga terus melakukan promosi kesehatan melalui media KIE agar masyarakat dapat memahami gejala Hepatitis akut tersebut," tutup Khofifah.
Â
Advertisement
4. Jawa Tengah
Munculnya penyakit hepatitis akut misterus yang menyerang anak-anak sudah masuk di Indonesia. Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo menyebutkan belum menemukan penyakit tersebut di wilayahnya.
Namun, Ganjar meminta masyarakat untuk tetap waspada dan tetap menjaga kebersihan, termasuk selalu memperketat protokol kesehatan.
Orang nomor satu di Jateng itu menyampaikan, untuk saat ini sedang muncul hepatitis akut misterus yang patut diwaspadai. Dengan munculnya penyakit tersebut, Ganjar juga meminta setiap rumah sakit untuk juga tetap bersiaga menanggapi penyakit hepatitis yang sudah memakan korban tersebut.
"Kepada orang tua, hati-hati anak kita karena hepatisis yang hari ini termasuk di Indonesia sudah ada. Di beberapa negara dan di Indonesia menyerang anak-anak. Dinas saya sudah perintahkan untuk komunikasi, pengelola RS kita minta komunikasi," kata Ganjar.
Meskipun belum ada penyakit tersebut di Jateng, Ganjar berpesan kepada masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Dia menilai dengan menggunakan masker bisa mencegah dua penyakit yaitu Covid-19 dan hepatitis akut. Di sisi lain, Ganjar juga mengimbau masyarakat untuk tetap memperhatikan cara hidup dengan bersih dan sehat.
"Kita minta siaga juga. Hepatitis di Jateng belum ada, tapi kita pantau. Antisipasi semua menjaga protokol kesehatan. Termasuk masker, ini penting untuk dua hal, menanggulangi dua hal, satu Covid-19 dan satu penularan (hepatitis akut) ke balita, maka kita minta minta orang tua untuk memperhatikan cara hidup bersih," pesannya.
Dengan tegas, Ganjar menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan khususnya kepada anak-anak. Dia pun menyampaikan tak kalah pentingnya memberikan secera cepat imunisasi kepada para balita.
"Intinya jaga kesehatan anak, cuci tangan, tidak di tempat anak-anak berkerumun di keramaian. Yang balita-balita sedang melakukan imunisasi, saya minta dilakukan secepat mungkin. Percepatan imunisasi ini penting," pungkasnya.