Sukses

Beda Hasil Survei Soal Kepuasan Kinerja Jokowi, Apa Penyebabnya?

Dua lembaga mengeluarkan hasil survei yang berbeda tentang kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Satu lembaga menyatakan kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi terus menurun, namun lembaga lainnya justru menyatakan naik.

Liputan6.com, Jakarta - Dua lembaga survei mengeluarkan hasil surveinya terkait kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Namun, terdapat perbedaan dari hasil survei kedua lembaga tersebut. Satu lembaga survei menyatakan bahwa kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi naik, sedangkan lembaga lainnya mengatakan menurun.

Padahal survei ini diambil dalam waktu yang nyaris bersamaan yakni pada bulan Mei 2022. Hanya saja, memang sampel yang diambil dalam rentang waktu yang berbeda.

Pertama, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei tentang 'Kepuasan Publik terhadap Pengelolaan Mudik dan Kinerja Presiden Jokowi'. Survei ini dilakukan pada tanggal 10 sampai 12 Mei 2022.

Berdasarkan hasil survei SMRC, kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi mengalami peningkatan dalam sebulan terakhir. Kepuasan atas kinerja Jokowi naik dari 65,5 persen pada survei 12-15 April 2022 menjadi 76,7 persen dalam survei terakhir 10-12 Mei 2022.

"Sebanyak 76,7 persen warga mengaku sangat atau cukup puas dengan kinerja presiden. Sementara yang menyatakan kurang atau tidak puas sama sekali sebanyak 20,9 persen. Ada 2,4 persen yang tidak menjawab," kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas dalam keterangannya, Rabu 18 Mei 2022.

Menurut dia, kepuasan pada kinerja presiden tampak berhubungan dengan penilaian warga atas kinerja pemerintah menangani wabah Covid-19 dan penyelenggaraan mudik. Total ada 76 persen warga merasa sangat atau cukup puas dengan kerja pemerintah dalam penyelenggaraan mudik tahun ini.

Sementara itu, sekitar 75 persen warga merasa puas dengan kerja pemerintah pusat menangani Covid-19. Angka ini naik dibanding hasil survei sebelumnya dalam setahun terakhir yang rata-rata di bawah 70 persen.

"Warga yang merasa puas dengan kinerja pemerintah dalam menangani wabah COVID-19 dan penyelengaraan mudik cenderung merasa puas dengan kinerja Presiden Jokowi. Begitupun sebaliknya," jelas Abbas.

2 dari 3 halaman

Kepuasan Publik Terhadap Jokowi Turun Akibat Minyak Goreng Mahal

Di sisi lain, lembaga survei Indikator Politik Indonesia telah lebih dulu mengeluarkan hasil surveinya terkait kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Jokowi. Hasilnya, kepuasan terhadap Presiden Jokowi merosot menjadi 58,1 persen.

Adapun Indikator melakukan survei ini pada tanggal 5-20 Mei 2022 dengan 1.228 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara acak.

"Kepuasan terhadap Presiden Jokowi kembali menurun menjadi 58,1 persen, terendah dalam enam tahun terakhir. Dengan demikian, sejak Januari 2022, approval rating Presiden sudah turun lima kali, meski sempat mengalami rebound pada 20-25 April 2022," jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam keteranganya, Minggu 15 Mei 2022.

Dia menjelaskan ada beberapa alasan yang membuat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi menjadi turun. Hal itu disebabkan karena harga kebutuhan pokok yang melonjak, terutama minyak goreng.

"Secara umum, penurunan approval Presiden Jokowi kali ini disebabkan oleh kesenjangan (gap) antara ekspektasi kebijakan dengan realitas di lapangan terkait penanganan minyak goreng," tutur dia.

Angka kepuasan tersebut lebih rendah dibandingkan survei yang dilakukan Indikator pada 20-25 April 2022. Saat itu, kepuasan warga terhadap kinerja Jokowi di angka 59 persen, dimana sudah menurun tajam dalam dua bulan terakhir.

"Yang mengatakan tidak puas terhadap kinerja Pak Jokowi. Apa alasan utamanya clear, masalah harga-harga kebutuhan pokok meningkat," pungkas Burhanuddin.

 

3 dari 3 halaman

Hasil Survei Bisa Beda Tergantung Isu

Anggota Dewan Etik Persatuan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi), Profesor Hamdi Muluk menilai perbedaan hasil survei kedua lembaga tersebut adalah hal yang wajar. Perbedaan hasil survei ini salah satunya bisa dikarenakan perbedaan waktu pengambilan sampel.

"Ya rentang waktu satu dua minggu bisa beda hasilnya," ujar Hamdi Muluk kepada Liputan6.com, Kamis (19/5/2022).

Dia menyebut perbedaan hasil survei ini juga tergantung isu politik yang terjadi pada saat pengambilan sampel. Hamdi menyampaikan, bahwa isu politik yang sedang hangat dapat mempengaruhi sentimen publik.

"Tergantung satu dua minggu itu isu politik apa yang menonjol yang mempengaruhi sentimen publik," ucap Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) ini.

"Jadi wajar ada (hasil) turun (dan) naik," kata Hamdi memungkasi.