Liputan6.com, Jakarta Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak merebak di sejumlah daerah. Terkait hal tersebut, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengingatkan agar semua pihak cepat menanganinya.
Dia mengingatkan, wabah ini bukanlah hal yang baru. Di mana pernah terjadi di Indonesia. Karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus bagi masalah ini.
Advertisement
Baca Juga
"Penyakit mulut dan kuku ini sudah pernah terjadi di Indonesia dan kita telah berhasil menangani persoalan wabah PMK ini. Mestinya kita sudah paham bagaimana penanganannya, pemeliharannya, termasuk soal vaksin," kata Muzani dalam keterangan resminya, Jumat (20/5/2022).
Dia mengatakan, para peternak sapi saat ini sedang dalam keresahan karena ancaman wabah PMK ini. Sebab, wabah ini datang di saat publik ingin merayakan Idul Adha dan sapi menjadi hewan kurban yang digemari masyarakat.
Tentu ini akan berakibat pada harga jual dan kekhawatiran akan mengkonsumsi daging sapi tersebut.
"Kemunculan penyakit ini juga perlu ditelusuri agar kita bisa tahu apakah ini karena keteledoran dan ketidakwaspadaan kita karena tidak selektif mendatangkan hewan ternak sapi dari luar negeri, sehingga hewan itu menjangkit ternak kita di dalam negeri. Atau ada kemungkinan faktor-faktor lainnya," ungkap Muzani.
"Saya kira penting untuk kita mengetahui itu karena masalah ini akan berpengaruh terhadap harga jual sapi menjelang Idul Adha, munculnya kekhawatiran mengkonsumsi daging sapi, serta penurunan ekspor daging dan produk-produk turunannya seperti susu, abon, dan frozen food lainnya karena ada kemungkinan produk kita di banned negara lain akibat persoalan wabah PMK ini," sambungnya.
Menurut Muzani, pemerintah harus segera mencari solusi dari persoalan ini. Pasalnya, Idul Adha adalah sumber pendapatan utama daripada peternak sapi.
Jangan sampai wabah ini mengakibatkan pendapatan mereka berkurang atau justru merugi. Misalnya dengan menyalurkan vaksin kepada para petani di berbagai derah, hingga kemungkinan adanya bantuan kepada para peternak sapi.
"Tentu dari wabah PMK ini yang paling dirugikan adalah peternak petani sapi. Banyak dari hewan ternak mereka yang mati akibat wabah PMK ini. Untuk itu Gerindra usul agar pemerintah memberikan bantuan agar mereka yang mengalami kerugian tidak terlalu terbebani. Kemudian penyaluran vaksin juga harus disegerakan dan masif, agar upaya pemulihan ekonomi nasional pasca Covid-19 ini tidak terganggu," kata Muzani.
Â
DKI Jakarta Melakukan Antisipasi
Jelang Idul Adha, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantisipasi penyakit tersebut agar tidak merugikan baik pedagang maupun pembeli hewan kurban.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, mengatakan penyakit hewan ternak ini menjadi perhatian khusus pemprov jelang Hari Raya Kurban.
"Itu jadi perhatian kita. kita tahu, penyakit menular mulut dan kuku semakin meluas, semakin marak, dan ini akan berdampak pada harga jual sapi khususnya menjelang Idul Adha ya," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Oleh karena itu, dia berkoodinasi dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Dharma Jaya untuk mengantisipasi penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak.
Langkah antisipasi ini dilakukan, salah satunya, untuk memastikan hewan kurban yang dijual untuk kebutuhan Idul Adha, berkualitas dan tidak terjangkit penyakit mulut dan kuku.
"Agar dapat sapi ya dengan kualitas yang baik jauh dari penyakit PMK, dan juga dengan harga yang masih terjangkau daya beli masyarakat," ujar Riza.
Â
Advertisement
Terdeteksi di 6 Daerah
Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan 6 kabupaten di 2 provinsi Indonesia terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.
"Dua daerah itu adalah Provinsi Aceh dua kabupaten, dan empat kabupaten di Jawa Timur," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melansir Antara di Jakarta, Rabu (11/5/2022).
Dua kabupaten yang dilanda wabah PMK pada hewan ternak yakni di Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur. Sementara empat kabupaten di Jawa Timur yaitu Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan jumlah kasus hewan ternak yang terinfeksi PMK di Jawa Timur sebanyak 3.205 ekor dengan kasus kematian mencapai 1,5 persen. Sementara kasus positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan kasus kematian 1 ekor.
Penyakit mulut dan kuku pada hewan ini menjangkiti hewan ternak dengan kuku terbelah seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Penularan penyakit ini terjadi melalui virus yang penyebarannya lewat udara atau airborne maupun kontak langsung.
Mentan Syahrul menegaskan bahwa penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak ini tidak menular pada manusia, melainkan hanya sesama hewan ternak.
Mentan menyebut bahwa Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah sudah melakukan intervensi dengan melakukan pengendalian agar virus tersebut tidak terjadi mutasi.
Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota telah membentuk gugus tugas pengendalian penyakit mulut dan kuku.
Â
Tiga Antisipasi
Mentan menerangkan bahwa pemerintah melakukan tiga langkah antisipasi yaitu langkah darurat dengan turun langsung mengintervensi melalui lokalisasi wabah agar tidak semakin menyebar, dan juga dengan mendistribusikan obat-obatan, vitamin, antibiotik, serta menyiapkan vaksin.
Langkah kedua yaitu dilakukan pengendalian agar wabah penyakit mulut dan kuku tidak semakin menyebar dan virusnya tidak bermutasi.
Sedangkan langkah ketiga yaitu dengan melakukan pemulihan pada hewan ternak di Indonesia.
Advertisement