Sukses

Achmad Yurianto Sebut Rindu Ibunda dan Ingin Pulang Sebelum Meninggal

Sosok mantan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto yang meninggal dunia pada Sabtu 21 Mei pernah menyampaikan pesan terakhirnya kepada keluarga.

Liputan6.com, Jakarta Sosok mantan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto yang meninggal dunia pada Sabtu 21 Mei pernah menyampaikan pesan terakhirnya kepada keluarga.

Adik kandung almarhum Achmad Yurianto, Edy Suhartono, mengatakan Yurianto mengatakan rindu sosok ibunda, Rr Mientarti dan ingin pulang ke Kota Batu.

"Beliau ketika sakit, hanya satu permintaannya, kangen dengan ibunda, ingin pulang," kata Edy usai prosesi pemakaman di Kota Batu, Jawa Timur, Minggu (22/5/2022) seperti dilansir Antara.

Atas permintaan anak ketujuh dari sembilan bersaudara itu, pihak keluarga memutuskan untuk memindahkan perawatan Yurianto ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saiful Anwar Malang.

"Dengan segala risiko kita geser (perawatan) ke Malang," ujar Edy.

Sebelumnya, Achmad Yurianto dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta akibat kanker usus. Ayah dari dua orang anak laki-laki tersebut meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari di RSUD Saiful Anwar Malang.

Edy menambahkan Yuri, panggilan akrab Achmad Yurianto merupakan sosok yang sangat dekat dengan ibunda Rr Mientarti yang meninggal dunia pada 2014. Ke mana pun Yuri akan bertugas, ia selalu pulang ke Kota Batu untuk berpamitan kepada orang tuanya.

2 dari 4 halaman

Dimakamkan di Samping Pusara Ibunda

"Beliau sangat dekat dengan ibunda. Setiap akan berangkat bertugas selalu pulang untuk berpamitan. Jika tidak bisa pulang, selalu menelepon," ucap Edy.

Sesuai dengan kesepakatan keluarga, jenazah Yuri dimakamkan tepat di samping pusara ibunda Rr Mientarti di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadaprejo, Kota Batu. Proses pemakaman dilakukan dengan upacara militer.

Almarhum Achmad Yurianto merupakan purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Kolonel CKM. Ia mengawali karier pada 1987 sebagai dokter militer dan menjadi Perwira Utama Kesehatan Daerah Militer V Brawijaya.

Pada 2008, Almarhum dipercaya untuk menjabat Wakil Kepala Rumah Sakit Tingkat II Dustira Cimahi, Jawa Barat dan menjadi Wakil Kepala Kesehatan Derah Militer IV Diponegoro, Semarang hingga tahun 2011.

3 dari 4 halaman

Gemar Lukis Batik

Sosok juru bicara Covid 19 Achmad Yurianto, tidak hanya dikenal sebagai wakil pemerintah dalam menyampaikan data-data selama awal pandemi covid-19, melainkan juga dikenal sosok yang humanis, humoris dan pekerja keras.

Salah satu catatan kenangan disampaikan Egy Massadiah, seorang jurnalis senior yang kerap bekerja bersama Yuri sejak awal pandemi.

“Yuri adalah sosok yang humanis,” kata Edy dari catatannya dalam buku Titik Nol Corona, yang dikutip Minggu (22/5/2022).

Egy mengenang sosok Yurianto yang meninggal dunia pada Sabtu 21 Mei 2022 itu sebagai sosok yang menyenangi seni. Meski sekilas nampak selalu serius dan kaku, Efy menyebut Yuri memiliki jiwa seni yang tinggi.

“Di luar yang Anda ketahui, sosok Yuri, sejatinya juga seorang seniman. Ia melukis sendiri motif batik baju yang dikenakan. Termasuk motif burung elang, flora-fauna, dan motif-motif lain. Di rumahnya, juga berjajar koleksi patung karyanya,” tulis Egy.

4 dari 4 halaman

Hampir Sebulan Terbang Solo

Nama Achmad Yurianto pun berkibar di Tanah Air. Statusnya sebagai juru bicara pemerintah terkait Covid-19, membuat ia tampil di televisi setiap hari. Tak pelak, emak-emak, bapak-bapak, sampai anak-anak pun mengenalnya.

Anda mungkin tahu lewat televisi, yang menayangkan kemunculannya setiap hari mulai pukul 15.30 WIB. Jika benar begitu, ikuti tulisan ini untuk mengenal lebih dekat sosok Yuri, termasuk kisah-kisah unik yang tidak tampak di layar kaca.

Kita telusur dulu sejarah kemunculannya. Sejak ditunjuk Menkes menjadi Jubir Pemerintah untuk Gugus Tugas Covid-19, Yuri menggelar press conference (prescon) dari kantor KSP (Kantor Staf Presiden). Baru di awal Maret 2020, ia bergeser ke Graha BNPB, markas Gugas Covid-19, yang dikomandani Letjen TNI Doni Monardo.

Hampir satu bulan, Yuri ibarat burung elang yang terbang sendiri (solo flight). Tidak ada tim khusus yang membantu. Bahan-bahan pun hanya didapat dari kantornya di Kemenkes. Pendek kata, tidak ada tim yang menyiapkan prescon secara baik dan profesional.