Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca berawan cenderung mendominasi langit Ibu Kota pagi ini, Senin (23/5/2022).
Siang nanti, hujan turun disertai petir di sebagian besar wilayah DKI Jakarta. Bahkan dilaporkan BMKG berpotensi hujan angin di bagian selatan dan timur Ibu Kota.Â
"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat di sebagian wilayah Jaksel dan Jaktim pada siang hingga sore hari," kata BMKG di peringatan dini cuaca hari ini, Senin. Â
Advertisement
Baca Juga
Potensi yang sama juga terjadi di ketiga kota penyangga Jakarta. Hujan angin terjadi antara siang hingga dini hari.Â
"Waspada potensi hujan sedang hingga sangat lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang pada rentang waktu antara siang hingga dini hari di wilayah Kab. dan Kota Bogor, Kota Depok, Kab. dan Kota Bekasi," jelas BMKG.Â
Sementara, pagi ini cuaca cerah berawan menaungi Depok dan Bogor, sedangkan Bekasi dan Tangerang diperkirakan berawan hingga turun hujan ringan.Â
Berikut informasi prakiraan cuaca Jabodetabek selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:
 Kota |  Pagi |  Siang |  Malam |
 Jakarta Barat |  Berawan |  Hujan Petir |  Hujan Ringan |
 Jakarta Pusat |  Berawan |  Hujan Ringan |  Berawan |
 Jakarta Selatan |  Cerah Berawan |  Hujan Petir |  Berawan |
Jakarta Timur |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Berawan |
 Jakarta Utara |  Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Ringan |
 Kepulauan Seribu |  Berawan |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |
Bekasi | Hujan Ringan | Hujan Ringan | Hujan Petir |
 Depok |  Cerah Berawan |  Hujan Ringan |  Hujan Petir |
 Bogor |  Cerah Berawan |  Hujan Sedang |  Hujan Petir |
 Tangerang |  Berawan |  Berawan |  Berawan |
Sensor Fleksibel dan Ekonomis Dikembangkan untuk Laporan Cuaca
Pada dasarnya, sistem prakiraan cuaca selalu berusaha mengantisipasi kejadian cuaca buruk. Namun, ia sangat bergantung pada peralatan besar, stasioner, dan mahal seperti radar cuaca.
Hal-hal itu seperti itu secara tidak langsung menghambat pembaruan laporan cuaca secara tepat waktu pada kondisi cuaca lokal untuk penggunaan pribadi.
Mengatasi kesenjangan dalam hal ini, tim peneliti dari Osaka Metropolitan University dan University of Tokyo mengembangkan lembaran sensor yang dapat disisipkan dan ringan. Lembaran itu menampilkan sensor resistif fleksibel dan analisis komputasi reservoir.
Sebagai perangkat tunggal, ia memungkinkan pengukuran volume rintik hujan dan kecepatan angin secara real-time. Selain itu, ia juga dapat melaporkan informasi cuaca saat ia dipasang misalnya pada payung, mobil, atau rumah.
"Temuan ini membuka pendekatan ekonomis untuk pelaporan cuaca, yang berkontribusi pada kesiapsiagaan bencana dan keselamatan masyarakat yang lebih besar," ujar Kuniharu Take, profesor di Osaka Metropolitan University dan peneliti utama di riset ini dikutip dari Eurekalert pada Selasa (17/5/2022).
Untuk menentukan volume hujan, sensor mengukur hambatan listrik yang dihasilkan ketika tetesan air hujan mengenai permukaannya. Sensor dilapisi oleh lembaran silikon superhidrofobik yang terbuat dari polydimethylsiloxane (PDMS), yang diresapi dengan graphene dan diproses lebih lanjut dengan laser.
Advertisement
Smartphone Bisa Tingkatkan Prakiraan Cuaca
Di sisi lain, sejumlah besar data GPS dari smartphone dan perangkat navigasi satelit dikatakan dapat membantu meningkatkan pemahaman umum tentang fenomena cuaca dan membuat model prakiraan ini lebih presisi. Untuk tujuan ini, proyek CAMALIOT diluncurkan.
CAMALIOT
Mengutip Eurekalert, CAMALIOT adalah aplikasi smartphone berbasis Machine Learning yang bertujuan membangun infrastruktur untuk pengumpulan observasi dalam skala besar dari berbagai jenis dan kualitas penerima berkemampuan GPS.
Infrastruktur ini sedang dikembangkan oleh kelompok peneliti dari Benedikt Soja, profesor Geodesi Luar Angkasa di Departemen Teknik Sipil, Lingkungan, dan Geomatika di ETH Zurich, Swiss.
Aplikasi CAMALIOT memungkinkan pengguna mengakses dan mengumpulkan data satelit GPS mentah dari masing-masing smartphone, memanfaatkan frekuensi ganda dan chipset mult-konstelasi yang sekarang tersedia di smartphone Android modern.
Aplikasi ini dirancang oleh IIASA, di mana Linda See, seorang peneliti di Novel Data Ecosystems for Sustainability Research Group, melakukan supervisi atas proyek tersebut.