Liputan6.com, Pontianak: Hari kelimabelas Imlek atau Cap Go Meh di Pontianak, Kalimantan Barat, Ahad (17/2), dimeriahkan 21 tatung atau lauya Cina. Mereka kebal terhadap berbagai jenis senjata.
Tatung adalah tabib yang dikenal dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan memberi wangsit atau zimat rezeki. Aksi tatung ini menyedot perhatian warga Kota Pontianak karena unjuk kemampuan ini di luar akal sehat manusia. Di antaranya tidak luka saat menari di atas sebilah pedang yang tajam dan tidak berdarah ketika wajahnya ditusuk anak panah atau besi tajam.
Diiringi genderang Cina, para tatung yang mengenakan pakaian kebesaran pembesar Tiongkok menari di atas tandu yang dilengkapi pedang tajam. Saat beraksi para tatung ini kesurupan roh para tabib yang meninggal ribuan tahun silam dan beraksi di bawah kesadarannya.
Tatung atau lauya sudah ada sejak ribuan tahun silam di Negeri Tiongkok. Roh yang memasuki raga tatung adalah roh para tabib yang sudah meninggal, di antaranya Tabib Pe Kong, Sam Sai Sue, Tio Hun, dan Tabib Lem Pe Kong. Para tabib itu dikenal dalam sejarah masyarakat Tionghoa sebagai dewa penolong. Atraksi tatung ini sempat dilarang dalam masa pemerintahan Orde Baru dan baru dua tahun terakhir atraksi ini dapat digelar dengan bebas serta diarak keliling kota.(YYT/Amien Alkadrie)
Tatung adalah tabib yang dikenal dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan memberi wangsit atau zimat rezeki. Aksi tatung ini menyedot perhatian warga Kota Pontianak karena unjuk kemampuan ini di luar akal sehat manusia. Di antaranya tidak luka saat menari di atas sebilah pedang yang tajam dan tidak berdarah ketika wajahnya ditusuk anak panah atau besi tajam.
Diiringi genderang Cina, para tatung yang mengenakan pakaian kebesaran pembesar Tiongkok menari di atas tandu yang dilengkapi pedang tajam. Saat beraksi para tatung ini kesurupan roh para tabib yang meninggal ribuan tahun silam dan beraksi di bawah kesadarannya.
Tatung atau lauya sudah ada sejak ribuan tahun silam di Negeri Tiongkok. Roh yang memasuki raga tatung adalah roh para tabib yang sudah meninggal, di antaranya Tabib Pe Kong, Sam Sai Sue, Tio Hun, dan Tabib Lem Pe Kong. Para tabib itu dikenal dalam sejarah masyarakat Tionghoa sebagai dewa penolong. Atraksi tatung ini sempat dilarang dalam masa pemerintahan Orde Baru dan baru dua tahun terakhir atraksi ini dapat digelar dengan bebas serta diarak keliling kota.(YYT/Amien Alkadrie)