Sukses

BRIN: Banjir Rob di Pantura Akibat Seruak Badai di Laut Jawa

Seruak badai (strom surge) menjadi pemicu terjadinya banjir rob di pantai utara (Pantura) pada 23 Mei 2022 lalu.

Liputan6.com, Jakarta Seruak badai (strom surge) menjadi pemicu terjadinya banjir rob di pantai utara (Pantura) pada 23 Mei 2022 lalu.

Hasil analisis dari tim reaksi dan analisis kebencanaan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (TREAK PRIMA BRIN), strom surge itu berupa hujan deras dan angin kencang terjadi secara persisten (menerus) di Laut Jawa sejak 19–22 Mei 2022.

"Badai ini terbentuk karena pola konektivitas atmosfer di wilayah tropis dan ekstratropis," ujar Ketua TREAK PRIMA BRIN Anis Purwaningsih di Bandung, Kamis, 26 Mei 2022.

Menurut Anis di wilayah ekstratropis itu terbentuk dua arus sungai di atmosfer (AR atmospheric river) yaitu di bagian utara bertepatan di negara Jepang dan selatan yaitu di negara Australia.

Anis menyebutkan fenomena AR biasa terjadi di wilayah ekstratropis yang menghubungkan atmosfer di atas laut dan darat melalui aliran arus di atmosfer dari laut menuju darat, yang diteliti dapat membangkitkan kejadian ekstrem berupa hujan deras.

"Kedua AR ini dihubungkan gelombang atmosfer bernama Boreal Summer Intra-Seasonal Oscillation (BSISO) yang sedang aktif di India dan Teluk Benggala juga penghangatan suhu permukaan laut dan atmosfer di selatan Indonesia," kata Anis.

Akibatnya, tutur Anis, AR utara terpecah menjadi dua yaitu menuju Teluk Benggala dan Laut Tiongkok Selatan.

Kemudian AR Laut Tiongkok Selatan ini selanjutnya menuju Laut Jawa dan terhubung dengan AR Australia.

"Interaksi ini memicu badai vorteks yang secara persisten terjadi pada 20-22 Mei 2022," ucap Anis.

Anis menambahkan dinamika vorteks (pusaran) inilah yang menghasilkan seruak badai berupa awan konvektif skala meso dengan pola tapal kuda atau gill pattern yang saling terhubung.

Pola ini ucap Anis, menyebabkan massa udara lembab terkonsentrasi di barat Indonesia termasuk Laut Jawa.

"Pola Gill pattern juga ditunjukkan melalui data awan tumbuh yang terjadi secara cepat periode pukul 07.00-08.00 WIB pada 23 Mei 2022. Sehingga menyebabkan intensifikasi angin kencang di Laut Jawa," ungkap Anis.

Angin kencang berkecepatan lebih dari 10 m/detik inilah yang memicu kenaikan gelombang di Laut Jawa dekat pesisir utara Pulau Jawa dan berkontribusi menyebabkan banjir rob di Pantura.   

Adanya hal itu, TREAK PRIMA BRIN menyimpulkan banjir di Pantura Jawa pada 23 Mei 2022 tidak disebabkan oleh faktor astronomis.

"Banjir juga kurang dipengaruhi oleh faktor oseanografis karena pantauan satelit menunjukkan gelombang yang lebih tinggi terjadi di Samudra Hindia selatan Jawa," tukas Anis.

Secara umum banjir rob dapat disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor sekaligus, seperti astronomis, oseanografis, meteorologis bahkan geologis.

2 dari 3 halaman

Sepanjang Pantura Jawa Tengah Dilanda Banjir Rob dan Gelombang Pasang

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan hampir seluruh wilayah kabupaten dan kota di sepanjang pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah dilanda banjir rob dan gelombang pasang sejak Senin, (23/5/2022).

Data Rabu (25/5/2022), wilayah terdampak adalah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.

Sementara data 24 Mei 2022, empat desa di Kabupaten Brebes masing-masing Desa Randusanga Wetan, Desa Randusanga Kulon, Desa Prapag Lor dan Desa Prapag Kidul terdampak banjir rob dengan tinggi muka air 10 hingga 20 sentimeter.

Kemudian Kota Tegal melaporkan empat kelurahan yakni Kelurahan Muarareja, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Panggung dan Kelurahan Mintaragen terendam banjir rob hingga ketinggian 45 sentimeter. Sementara itu Kelurahan Dampuak di Kabupaten Tegal dilaporkan terendam banjir rob dengan ketinggian 40 hingga 100 sentimeter. Banjir rob juga merendam wilayah Kota Pekalongan dengan ketinggian muka air antara 10 sampai 90 sentimeter.

"Akibat peristiwa itu, sebanyak 221 jiwa terpaksa harus mengungsi," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari melalui keterangan tertulis, Jumat (27/5).

Abdul melanjutkan, Kabupaten Pekalongan melaporkan empat desa yang terdampak banjir rob dengan ketinggian 5 sampai 40 sentimeter. Adapun keempat desa tersebut meliputi Desa Tegaldowo, Desa Karangjompo, Desa Mulyorejo dan Desa Depok.

Berikutnya di Kabupaten Pemalang ada sebanyak delapan desa yang terendam banjir rob dengan ketinggian air 30 hingga 100 sentimeter. Kedelapan desa itu meliputi Desa Pesantren, Desa Mojo, Desa Ketapang, Desa Kaliprau, Desa Tasikrejo, Desa Blendung, Desa Kertosari dan Desa Limbangan.

Di wilayah Kabupaten Batang, banjir rob dengan tinggi muka air hingga 40 sentimeter merendam Desa Klidang Lor dan Kelurahan Karangasem Utara, yang berbatasan langsung dengan laut Jawa. Selanjutnya banjir rob dilaporkan berdampak di lima desa dan dua kelurahan yang berada di Kabupaten Kendal, yakni Desa Mororejo, Desa Wonorejo, Desa Kartikajaya, Desa Wonosari, Desa Pidodokulon, Kelurahan Karangsari dan Kelurahan Bandengan.

"Peristiwa itu berdampak pada 1.847 jiwa," ucapnya.

Selanjutnya di Kota Semarang telah terjadi banjir rob dengan tinggi muka air hingga lebih dari 1 meter. Peristiwa itu terjadi setelah tanggul penahan air laut jebol karena tidak mampu menampung air laut yang terus naik akibat gelombang tinggi. Wilayah paling parah terdampak banjir rob adalah di kawasan Lamicitra, termasuk wilayah Bandarharjo, Kebonharjo, Tambak Lorok dan Kemijen yang berbatasan langsung dengan laut Jawa.

Kemudian banjir rob dilaporkan terjadi di Desa Sriwulan, Desa Purworejo, Desa Morodenak dan Desa Margolinduk di Kabupaten Demak. Peristiwa itu telah berdampak pada kurang lebih 10 ribu jiwa. Ketinggian muka air akibat rob tercatat 25 sampai 100 sentimeter.

Banjir rob juga melanda wilayah Kabupaten Jepara, meliputi Desa Kedungmalang, Desa Surodadi dan Desa Panggung. Jarak rumah yang terdampak banjir rob rata-rata hanya kurang lebih 500 meter dari bibir pantai. Banjir itu merendam permukiman warga dengan ketinggian muka air 10 hingga 20 sentimeter.

Kabupaten Pati melaporkan wilayah yang paling banyak terdampak banjir rob. Adapun wilayah tersebut meliputi Desa Puncel, Desa Banyutowo, Desa Dukuhseti, Desa Alasdowo, Desa Tegalombo dan Desa Kinanti di Kecamatan Dukuhseti.

Kemudian Desa Dororejo, Desa Sambiroto, Desa Tunggulsari, Desa Jepatlor, Desa Margotuhu dan Desa Keborama di Kecamatan Tayu. Lalu Desa Margomulyo, Desa Bulumanis, Desa Pangkalan, Desa Pohijo, Desa Tunjungrejo dan Desa Margotuhu di Kecamatan Margoyoso. Selanjutnya Desa Kertomulyo, Desa Sambilawang, Desa Tlutub, Desa Khadilangu dan Desa Guyangan di Kecamatan Trangkil. Berikutnya adalah Desa Bendar, Desa Kudukeras dan Desa Bakaran di Kecamatan Juwana.

Banjir rob berikutnya dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Rembang. Di wilayah kabupaten paling timur di bagian utara provinsi Jawa Tengah itu sedikitnya ada sembilan desa yang terdampak, meliputi Desa Gegunung Kulon, Desa Pandean, Desa Tasikagung, Desa Pantiharjo, Desa Pasar Banggi, Desa Pandangan, Desa Karangharjo, Desa Kalipang dan Desa Banyudono.

"Dari seluruh wilayah yang terdampak, ada 119 KK yang terdampak dan 11 orang warga mengungsi," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Fenomena Perigee

Peristiwa banjir rob yang meluas itu menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah adanya fenomena perigee, yakni kondisi jarak terdekat bulan dengan bumi. Pada kondisi ini, orbit bulan berada di dekat bumi dan dapat mempengaruhi adanya pasang surut air laut. Adapun faktor lain adalah adanya peningkatan ketinggian gelombang yang terjadi di utara jawa.

BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini sejak 13 Mei 2022 terkait adanya potensi banjir pesisir di beberapa wilayah Indonesia yang bersamaan dengan datangnya fase bulan purnama dan perigee. Menurut BMKG, banjir rob seperti yang terjadi di sepanjang pantura diprediksi dapat berlangsung hingga 25 Mei 2022.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama lintas instansi dan relawan di masing-masing kabupaten dan kota yang terdampak terus berupaya untuk melakukan penanganan darurat bencana dengan memprioritaskan keselamatan masyarakat. BPBD dan tim gabungan yang lain juga fokus pada pengurangan risiko bencana dan meminimalisir dampak apabila terjadi bencana susulan dengan membuat penahan gelombang sementara, membersihkan sumbatan sungai dan melakukan normalisasi muara-muara sungai.

Di samping itu, masing-masing BPBD juga telah mendirikan tenda pengungsian dan posko darurat bencana termasuk dapur umum guna menyuplai kebutuhan permakanan bagi warga terdampak.

Sebagai bentuk responsif dan kepedulian terhadap keselamatan masyarakat, BPBD dari kabupaten dan kota terdekat menerjunkan tim guna membantu percepatan penanganan bencana, seperti dari BPBD Kabupaten Grobogan, BPBD Kota Salatiga, BPBD Kabupaten Banjarnegara dan lintas instansi terkait lainnya.

Guna mengantisipasi adanya bencana susulan, BNPB mengimbau kepada seluruh instansi OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait dan masyarakat agar bersama-sama melakukan upaya pengurangan risiko bencana. Upaya seperti pemantauan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), pembersihan sampah maupun material lain yang dapat menyumbat aliran air, monitoring kondisi tanggul, jalan dan jembatan di kawasan pesisir.

"Untuk jangka menengah dan panjang, rehabilitasi ekosistem pesisir seperti mangrove perlu dikedepankan sebagai benteng alam dalam mencegah rob," tandasnya.

 

Reporter: Titin Supriatin/Merdeka