Sukses

Selamat Jalan Buya Syafii, Cendekiawan Muslim Pemersatu Bangsa

Indonesia berduka. Buya Syafii, panggilan akrab Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, berpulang pada Jumat 27 Mei 2022, jam 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia berduka. Buya Syafii, panggilan akrab Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, berpulang pada Jumat 27 Mei 2022, jam 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini meninggal setelah mengalami serangan jantung. Buya Syafii sempat dirawat di rumah sakit selama 13 hari setelah mengeluhkan sesak napas.

Sosok Buya Syafii sangat terhormat di benak masyarakat Indonesia. Beliau adalah Cendekiawan Muslim dengan pemikiran-pemikiran yang dibutuhkan bangsa.

Presiden Joko Widodo, pada awal tahun 2015, sempat menawarkan posisi Dewan Pertimbangan Presiden, tapi Buya Syafii menolaknya. Buya Syafii memilih independen.

Maka, saat Presiden Jokowi memintanya untuk menjadi salah satu Tim Independen mengatasi konflik Polri-KPK, ia menyanggupinya dan sekaligus menjadi Ketua Tim Independen 2015.

Jokowi begitu kehilangan atas meninggalnya Buya Syafii Maarif. Lewat akun Instagramnya @jokowi, dia turut menceritakan pertemuan terakhirnya dengan sosok guru bangsa tersebut.

"Dua bulan lalu, saya datang menjenguk Buya Syafii di kediamannya di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, saat beliau baru keluar dari rumah sakit seusai perawatan selama beberapa hari. Saat itu, beliau sudah sehat dan terlihat bugar. Itulah pertemuan terakhir saya dengan Buya Syafii," tutur Jokowi seperti dikutip dalam akun Instagramnya, Jumat (27/5/2022).

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Atas nama pemerintah, rakyat Indonesia, saya menyampaikan belasungkawa yang dalam atas berpulangnya Buya Syafii. Semoga segala amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT, diampuni kesalahannya, dan segenap keluarga yang ditinggalkan sabar dan tabah. Selamat jalan Sang Guru Bangsa," kata Jokowi.

2 dari 5 halaman

Suarakan Toleransi Umat Beragama

Presiden Jokowi menyebut sosok Buya Syafii Maarif sebagai guru bangsa yang hidup dalam kesederhanaan. Hal itu disampaikannya usai melayat dan menghaturkan belasungkawa secara langsung atas wafatnya almarhum di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta.

"Beliau adalah kader terbaik Muhammadiyah yang selalu menyuarakan tentang keberagaman dan selalu menyuarakan tentang toleransi umat beragama dan beliau juga selalu menyampaikan pentingnya Pancasila bagi perekat bangsa," tutur Jokowi saat prosesi penghormatan terakhir Buya Syafii di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/5/2022).

Jokowi turut mengajak masyarakat Indonesia untuk mendoakan Buya Syafii agar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan.

"Kita semua adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya lah kita akan kembali. Mari kita berdoa bersama semoga almarhum Buya Syafii Maarif diberikan tempat yang terbaik disisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya, aamiin ya rabbal alamin," jelasnya.

3 dari 5 halaman

Tuangkan Pikiran dalam Buku

Buya Syafii lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935 dari pasangan Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah. Ia merupakan bungsu dari 4 bersaudara seibu seayah, dan seluruhnya 15 orang bersaudara seayah berlainan ibu.

Setelah meninggalkan posisinya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii aktif dalam komunitasnya, yakni Maarif Institute. Di samping itu, guru besar IKIP Yogyakarta ini, juga rajin menulis, di samping menjadi pembicara dalam sejumlah seminar.

Sebagian besar tulisannya adalah masalah-masalah Islam, dan dipublikasikan di sejumlah media cetak. Selain itu ia juga menuangkan pikirannya dalam bentuk buku.

Sejumlah buku yang sudah terbit adalah:

1.) Dinamika Islam

2.) Islam, Mengapa Tidak?

3.) Islam dan Masalah Kenegaraan

Untuk buku pertama dan kedua, diterbitkan oleh Shalahuddin Press, 1984. Sedangkan buku yang ketiga diterbitkan oleh LP3ES, 1985.

Atas karya-karyanya, pada tahun 2008 Syafii mendapatkan penghargaan Ramon Magsaysay dari pemerintah Filipina.

4 dari 5 halaman

Pendidikan Buya Syafii

- Sekolah Rakyat (SR) Sumpur Kudus

- Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Sumpur Kudur

- Madrasah Muallimin Muhammadiyah Lintau, Sumatera

- Madrasah Muallimin

- FKIS IKIP (Universitas Negeri Yogya/UNY)

- Northern Illinois University (DeKalb)

- Ohio University (Athens)

- The University of Chicago

5 dari 5 halaman

Karier Buya Syafii

- Guru di Sekolah Muhammadiyah di Lombok Timur, NTB (1957-1959)

- Guru Bahasa Inggris dan Indonesia SMP di Baturetno, Surakarta (1959-1963)

- Guru Bahasa Inggris dan Indonesia SMA Islam Surakarta (1963-1964)

- Dosen Sejarah dan Kebudayaan Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (1964-1969)

- Dosen IKIP Yogyakarta (1967-1969)

- Asisten dosen paruh waktu Sejarah dan Kebudayaan Islam di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (1969-1972)

- Asisten Dosen Sejarah Asia Tenggara IKIP Yogyakarta (1969-1972)

- Dosen paruh waktu Sejarah Asia Barat Daya IKIP Yogyakarta (1973-1976)

- Dosen senior Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1983-1990)

- Profesor tamu di University of Iowa, AS (1986)

- Dosen senior (paruh waktu) Sejarah dan Kebudayaan Islam IAIN Kalijaga, Yogyakarta (1983-1990)

- Dosen senior (paruh waktu) di UII Yogyakarta (1984-1990)

- Dosen senior (paruh waktu) Sejarah Ideologi Politik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (1987-1990)

- Dosen senior (pensyarah kanan) di Universitas Kebangsaan Malaysia (1990-1994)

- Dosen senior Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1992-1993)

- Profesor tamu di McGill University, Kanada (1992-1994)

- Profesor Filsafat Sejarah IKIP Yogyakarta (1996)

- Wakil Ketua PP Muhammadiyah (1995-1998)

- Ketua PP Muhammadiyah (1998-2000)

- Ketua PP Muhammadiyah (2000-2005)

- Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia

- Pemimpin Redaksi majalah Suara Muhammadiyah Yogyakarta (1988-1990)

- Anggota Staf Ahli jurnal Ummul Qur'an (1988)

- MAARIF Institute for Culture and Humanity (2002)

- Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP)