Liputan6.com, Jakarta Ungkapan belasungkawa terus mengalir dari pelbagai pihak atas meninggalnya Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif.
Salah satunya datang dari Deputi 2 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Ibnu Suhaendra. Dia mengenal Buya Syafii sebagai pahlawan kemanusiaan.
Selama ini, Buya Syafii Maarif sangat fokus menggaungkan kebinekaan, toleransi, tepo seliro atau tenggang rasa. Tak hanya itu, Buya juga sangat menghormati sesama manusia.
Advertisement
"Bagi saya beliau (Buya Syafii) adalah pahlawan kemanusiaan, karena setiap ada kejadian intoleransi, radikalisme, dan teroris. Beliau ini salah satu tokoh garda terdepan dalam memberikan pernyataan-pernyataan yang menolak radikalisme, menolak terorisme, menolak intoleransi," kata Ibnu saat dihubungi, Sabtu (28/5/2022).
Ibnu mengatakan, ia selalu meminta nasihat kepada Buya Syafii. Misalnya saja dalam menangani radikalisme dan terorisme di Indonesia. Baginya, sosok Buya Syafii sangat menginsiprasi.
"Ketika saya di BNPT maupun di Densus kami undang untuk berikan wejangan tentang bagaimana kita harus melakukan penanganan-penanganan radikalisme, terorisme supaya kita tidak salah melangkah. Beliau sangat memberikan nasihat penanganannya," ujar dia.
Ibnu mengatakan, bangsa Indonesia sangat kehilangan sosok Buya Syafii Maarif.
"Kita sangat kehilangan dengan meninggalnya beliau, beliau sebagai bapak bangsa kita yang kita hormati, cintai. Semua sedih dengan kepergian Buya Prof Ahmad Syafii Maarif," ujar dia.
PGI Sebut Buya Syafii Maarif Teladan yang Mencerdaskan Bangsa
Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Gomar Gultom mengatakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Ahmad Syafii Maarif atau karib dikenal Buya Syafii Maarif sebagai teladan yang mencerdaskan bangsa.
"Kita semua kehilangan Safii Maarif, panggilan akrab Buya Safii, yang bukan hanya seorang tokoh pluralis dan nasionalis, tetapi lebih merupakan guru dan bapak bangsa, yang banyak menyumbang gagasan untuk mencerdaskan bangsa," kata Gomar dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Antara, di Jakarta, Jumat, 27 Mei 2022.Â
Gomar menuturkan Buya Syafii Maarif sebagai sosok yang sangat dekat dengan semua kalangan dan patut menjadi pola teladan bagi semua pemimpin agama di Indonesia. Keteladanannya yang sangat sederhana dan menolak berbagai bentuk fasilitasi perlu ditiru.
"Dia (Buya Syafii Maarif) menolak tawaran pengobatan di Jakarta, baik dari Ibu Megawati maupun dari Presiden RI, karena merasa lebih sreg dirawat di rumah sendiri di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta," ujarnya.
Gomar mengatakan untuk pemakaman pun, Syafii mewasiatkan untuk dikebumikan di pemakaman kalayak Muhammadiyah di Kulon Progo, dan tidak di pemakaman yang dikhususkan bagi pimpinan Muhammadiyah.
"Saya melayat untuk memberikan penghormatan terakhir, sekaligus merupakan wujud kebersamaan sekaligus menyatakan turut sepenanggungan dengan keluarga Buya Maarif, bahkan umat muslim yang cinta damai," tuturnya.
Menurut Gomar, ketokohan, pemikiran dan perjuangan Buya Syafii Maarif segaris dengan perjuangan gereja-gereja di Indonesia untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
"Saya memohon Presiden untuk mengajak seluruh masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang sebagai penghormatan kepada beliau dan kiranya tak berlebihan bila saya juga mengusulkan agar kepada beliau, pada waktunya kelak, dianugerahi Pahlawan Nasional," ujar Gomar.
Advertisement
Meninggal di RS PKU Muhammadiyah Gamping
Cendekiawan Muslim Buya Syafii Maarif meninggal dunia pada Jumat, 27 Mei kemarin sekitar pukul 10.15 WIB di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
Buya Syafii dirawat di rumah sakit tersebut sejak 14 Mei 2022, karena mengalami sesak napas.
Sebelumnya pada Maret 2022, Buya Syafii juga sempat dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping karena mengalami serangan jantung ringan.Â
Syafii menjabat sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, menggantikan Amien Rais. Setelah tak lagi menjabat di PP Muhammadiyah, Buya Syafii kemudian aktif di lembaga advokasi dan pendidikan yang didirikannya, yakni Maarif Institute.
Buya Syafii Maarif juga dikenal sebagai penulis. Banyak pemikirannya yang mewarnai dunia Islam. Pada 2015, Syafii pernah menjadi ketua tim independen yang mengatasi konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.
Sejak 28 Februari 2018 hingga akhir hayatnya, Syafii menjabat sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Tak hanya itu, Buya Syafii juga menjabat sebagai Presiden World Conference on Relegion for Peace (WCRP).