Liputan6.com, Jakarta Ketua Koordinator Bidang Kebijakan Publik dan Isu Strategis DPP Partai Nasdem, Suyoto, mengatakan partainya harus mencari sosok calon Presiden pada Pilpres 2024 yang memiliki perhatian terhadap transisi energi agar tercipta ketahanan bangsa yang kuat.
Hal itu disampaikannya saat memberi keynote speech dalam Forum Group Discussion (FGD) bertema "Energi, Lingkungan Hidup dan Geopolitik Dunia" sebagai rangkaian acara rapat kerja nasional Partai Nasdem di JCC pada 15-17 Juni 2022 mendatang.
Baca Juga
"Kita harus mencari calon sosok presiden yang memastikan bahwa transisi energi berhasil dan punya komitmen jelas bagaimana memastikan ketahanan kita, ketahanan pangan ketahanan energi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menciptakan lapangan kerja di Indonesia ini," kata Suyoto di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2022).
Advertisement
"Saya akan membawa pesan itu dalam Rakernas," imbuh dia.
Suyoto menjelaskan, saat ini, Indonesia berjuang untuk meraih cita-cita net zero emissions pada 2060. Menurut dia, semua itu demi mendukung gerakan global tentang isu perubahan iklim yang dampaknya kian dirasakan.
"Kita bayangkan jika climate change ini gagal dihentikan maka pasti panas bumi akan naik, kita akan menderita, khususnya orang miskin karena tidak punya AC yang baik, biaya kesehatan juga akan naik," nilai Suyoto.
Â
Ketidakmampuan Kelola SDA
Suyoto menilai, kegagalan dalam mengantisipasi perubahan iklim bisa jadi diakibatkan oleh ketidakmampuan dalam memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA), yaitu panas bumi, tenaga surya, nikel. Oleh sebab itu, dia mendorong Indonesia bisa mampu untuk membuat nilai tambah terhadap produk-produk yang bersumber dari bumi.
"Kita tahu, kita punya nikel. Tapi, kalau nilai tambah tidak di Indonesia, maka kita akan menjadi market kembali dan itu artinya pertumbuhan ekonomi hanya konsumsi dan kualitas jangka panjang jauh dari yang diharapkan," kritis Suyoto.
Suyoto berharap, problematika seperti itu bisa diselesaikan secara bersama. Tidak hanya oleh pemerintah dan legislatif, melainkan juga ada andil dari pebisnis yang ikut berperan.
"Tentunya publik juga harus ambil bagian, karena ini harga diri bangsa. Energi, pangan dan SDM, ini sangat penting, tiga hal ini. Kalau tidak, kita akan terancam bersama," Suyoto memungkasi.
Advertisement
Erick Thohir Hadiri Silatnas Nasdem
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, hadir dalam silaturahmi nasional (silatnas) bidang sayap dan badan DPP Partai NasDem bertajuk "Kita Pancasila: Pancasila Menjawab Tantangan Zaman" di Ballroom DPP Partai Nasdem, Jakarta, Kamis (2/6/2022).
Pada kesempatan itu, dia mengaku sependapat dengan pernyataan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, bahwa ideologi Pancasila tidak bisa ditawar lagi.Â
"Ada catatan penting dari Pak Surya Paloh bahwa tentu perbedaan itu akan terus terjadi di dalam diri kita, pertanyaannya, bisa tidak kita tetap solid menjaga pancasila?" tanya Erick kepada sejumlah organisasi sayap partai politik, organisasi kepemudaan dan organisasi kemahasiswaan yang hadir dalam silatnas tersebut.
Dalam sudut pandang ekonomi, Erick Thohir menyebut sila kelima yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan salah satu fundamental bagi Indonesia. Terlebih, di tengah tantangan pandemi dan era disrupsi saat ini dengan hadirnya gelombang digitalisasi yang mengubah model bisnis, jenis pekerjaan, hingga aktivitas masyarakat.
"Kita lihat lagi, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, karena pandemi atau dengan perubahan yang terjadi pada rantai pasok," ucap Erick.
Erick menyebut Pancasila menjadi dasar utama bagi BUMN dalam menjaga keseimbangan ekonomi bangsa. Erick mengatakan, Indonesia bukan Amerika Serikat (AS) yang tidak mempunyai BUMN lantaran menganut kapitalisme dan pasar yang terbuka. Namun, model BUMN Indonesia juga bukan seperti di Cina atau negara-negara Timur Tengah.
"Saat ditanya ADB, World Bank, saya jawab Indonesia jelas fondasi negaranya demokrasi, jadi model yang kita terapkan mirip negara-negara skandinavia seperti Swedia, Norwegia, Finlandia, yang mana BUMN tetap ada sebagai korporasi yang sehat, bukan korporasi yang sakit," ungkap Erick.
Dalam model ini, ucap Erick, merupakan penyeimbang saat negara membutuhkan, dengan melakukan intervensi saat pasar tengah bergejolak. Hal ini dilakukan BUMN saat intervensi harga masker hingga minyak goreng.
"Akhirnya World Bank menulis peran BUMN di Indonesia memang diperlukan, tentu dengan korporasi yang sehat sehingga bisa menjaga keseimbangan. Ini yang saya lihat Pancasila dalam konteks ekonomi," kata Erick.
Pertemuan Surya Paloh-Prabowo
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertamu ke NasDem Tower untuk menemui Surya Paloh pada Rabu (1/6/2022). Prabowo menyebut dirinya lah yang sebetulnya ingin diundang untuk datang.
"Jadi benar saya sama Pak Surya hubungannya sudah 40 tahun. Kita bersahabat dan kita juga alumni Golkar. Ada Pak Siswono juga senior saya di Golkar dan HKTI. Jadi kita istilahnya temu kangen sebetulnya intinya," kata Prabowo didampingi Surya Paloh di NasDem Tower, Jakarta Pusat, Rabu (1/6/2022).
Menteri Pertahanan itu mengungkapkan, sejak awal dia dan Surya Paloh punya visi misi hingga tradisi kebangsaan yang sama. Selain itu, menurut dia mereka juga punya kesamaan dalam menjaga komitmen pada Pancasila dan UUD 1945.
Prabowo juga menceritakan meski sudah bersahabat lama dengan Surya Paloh, tapi seringkali memilih jalan yang berbeda dalam banyak hal. Namun disatukan kembali pada kecintaan pada Indonesia.
"Kita pernah bersaing. Kita pernah kadang-kadang berbeda pandangan. Tapi diujungnya kita saling menyakini kita sama-sama cinta merah putih sama-sama cinta tanah air, ikon-ikon kita sama sebetulnya," kata dia.
"Dan karena itulah saya sebetulnya termasuk orang yang minta diundang. Jadi saya lihat loh kok Nasdem punya gedung baru dan saya minta diundang dan akhirnya diundang lah hari ini. Dan saya melihat banyak yang bagus komitmen kebangsaan dan sebagainya," lanjut dia.
Dia tak menampik jika pertemuannya dengan Surya Paloh juga diisi obrolan lain seputar kebangsaan. Namun, menurutnya pertemuan dengan Surya Paloh penuh dengan keakraban.
"Garis besarnya itu, kita banyak bahas masalah lain dan suasana penuh keakraban saya kira juga bisa dengan penuh romantisme. Saya juga bisa tambah romantisme dan penuh humor," kata Prabowo.
Advertisement