Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyebut pemikiran geopolitik Soekarno yang berbasis pada Pancasila mampu memengaruhi kondisi nasional maupun global.
Menurut dia, pengaruh pemikiran geopolitik Soekarno salah satunya terlihat dalam proses pembebasan Irian Barat.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu disampaikan Hasto saat memaparkan disertasinya yang berjudul 'Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara'.
"Pembebasan Irian Barat diperjuangkan mati-matian oleh Soekarno sebagai kepentingan nasional Indonesia. Ditegaskan oleh Beliau, 'sekalipun meminjam tangannya setan, I do not care asal Irian Barat dapat kembali ke pangkuan Indonesia'," kata dia di Universitas Pertahanan (Unhan), Bogor, Senin (6/6/2022).
Geopolitik Soekarno juga mewujudkan legitimasi kepemimpinan Indonesia melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) dan menjadi keberhasilan pelaksanaan Deklarasi Djuanda.
Menurut Hasto, dampaknya yakni wilayah Indonesia naik 2,5 kali lipat tanpa melalui perang.
Sementara pengaruh pemikiran geopolitik Soekarno terhadap dunia, Hasto menjelaskan antara lain dari kepeloporan di KAA dan Gerakan Non Blok. Pengaruhnya di tengah Perang Dingin, dunia tidak lagi terbagi dua Blok.
"Konstelasi dunia berubah menjadi multi-polar, serta terjadinya perubahan struktur Dewan Keamanan PBB," kata dia.
Selain itu, geopolitik Soekarno juga menghasilkan kemerdekaan negara seperti di Maroko, Tunisia, Aljazair, Sudan, yang terjadi atas campur tangan Presiden Soekarno.
"Atas dasar peran tersebut, Presiden Soekarno mendapat gelar Pendekar dan Pahlawan kemerdekaan Bangsa Islam,” tegas Hasto.
Sidang Promosi Terbuka
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memaparkan disertasi program doktornya dalam sidang promosi terbuka di Universitas Pertahanan (Unhan), Senin (6/6/2022).
Dalam disertasinya, Hasto menceritakan bahwa pertahanan Indonesia di era Presiden Soekarno sangat kuat hingga hampir melakukan uji coba bom atom. Rencananya uji coba tersebut dilakukan pada 5 Oktober 1965, beberapa hari sebelum sang Proklamator RI itu digulingkan.
Mengenai uji coba bom atom itu disampaikan Hasto Kristiyanto dalam paparan disertasinya yang berjudul 'Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara'.
"Oleh Soekarno tanggal 5 Oktober 1965 sebenarnya akan dilakukan uji coba bom atom sebagai hadiah untuk ABRI, sebagai anak kandung revolusi Indonesia," papar Hasto.
Hasto mengatakan implementasi geopolitik dalam pertahanan negara menjadikan ABRI terkuat di belahan bumi Selatan. ABRI juga mampu melakukan force projection, seperti bantuan militer ke Aljazair (1960-1961), Pakistan pada tahun 1965.
Hasto menyebut, saat itu, kebijakan pertahanan disusun berdasarkan prinsip politik luar negeri bebas aktif dengan politik pertahanan bersifat defensif, aktif, dan tidak agresif. Dengan konsepsi tersebut, jika ada suatu negara yang menyerang Indonesia, maka kekuatan Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) Indonesia harus mampu menghancurkan negara agresor sebelum masuk ke wilayah kedaulatan Indonesia.
"Dalam hal tidak mampu menghancurkan kekuatan militer negara agresor, maka strategi pertahanan rakyat semesta merupakan strategi terakhir, dan Angkatan Darat (AD) sebagai kekuatan utama," kata Hasto.
Advertisement
Sangat Penting
Bagi Hasto, pemikiran dan imajinasi geopolitik bagi kepemimpinan nasional Indonesia yang dilaksanakan Soekarno itu masih sangat penting hingga saat ini. Khususnya di dalam menyusun grand strategy, dan kebijakan teknokratis melalui diplomasi luar negeri dan pertahanan negara.
"Hal itu penting bagi pelaksanaan kepentingan nasional, sebagai respons dinamika dan ancaman nasional, regional, dan global," kata Hasto.
Di ujung pemaparannya, Hasto menerangkan sejumlah kesimpulan dan rekomendasi atas disertasinya.
"Pemikiran Geopolitik Soekarno bercorak kritis sebagai progressive geopolitical coexistence berdasarkan body of knowledge dan 7 variabel geopolitik Soekarno," ucap Hasto
Ketujuh variabel itu yakni Demografi, Teritorial, Sumber Daya Alam, Militer, Politik, Ko-Eksistensi Damai, serta Sains dan Teknologi.
"Tujuh variabel pemikiran geopolitik Soekarno dapat menjadi peta jalan kebijakan pertahanan negara, dalam mengkaji dan melahirkan kebijakan pertahanan negara. Hasil uji Structural Equation Modelling (SEM), menunjukkan kuatnya pengaruh kepentingan Nasional, politik, dan teknologi terhadap pertahanan negara," ucap Hasto.
Pria asal Yogyakarta itu kemudian menyampaikan sejumlah rekomendasi akademis dan praktis.
"Teori Geopolitik Soekarno yang dinyatakan sebagai Progressive Geopolitical Coexistence, merupakan legacy Geopolitik Soekarno bagi life line Indonesia dan Dunia," sebut Hasto.
Rumuskan Kebijakan Luar Negeri
Sementara untuk rekomendasi yang bersifat praktis, Hasto mengusulkan Kementerian Pertahanan (Kemhan) membangun kekuatan pertahanan negara, atas cara pandang geopolitik Soekarno.
"Bersama Kemenlu, dan Kemhan untuk merumuskan kembali kebijakan luar negeri dan pertahanan negara, atas cara pandang geopolitik," ucapnya.
Hasto juga menyebutkan agar Kemhan bersama Unhan dan Lemhannas dapat melakukan kajian komprehensif, guna merumuskan kembali strategi, doktrin, dan postur pertahanan berdasarkan teori geopolitik Soekarno.
Lalu, Kementerian Sekretaris Negara dan Seskab perlu melakukan kajian tentang pentingnya fungsi strategis dalam struktur lembaga kepresidenan guna mengintegrasikan kebijakan luar negeri dan pertahanan.
"Pentingnya memasukkan pemikiran geopolitik Soekarno dalam kurikulum ilmu pertahanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik," ujar Hasto.
Advertisement