Liputan6.com, Jakarta - Penyelenggaraan Pemilu masih sekitar 20 bulan lagi. Namun, sejumlah pertemuan antara petinggi partai politik sudah mulai meramaikan panggung politik jelang Pemilu 2024. Nama-nama yang diperkirakan akan maju sebagai calon presiden sudah mulai terdengar.
Berbagai manuver politik itu mulai diperlihatkan. Misalnya adanya kesepakatan membentuk poros politik bernama Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diprakarsai oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa.
Baca Juga
Kemudian adanya pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh pada 1 Juni 2022. Lalu selang beberapa hari tampak ada pertemuan Surya Paloh dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
Advertisement
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya menilai kegiatan yang dipertontonkan oleh para petinggi politik merupakan hal yang wajar ketika penyelenggaraan Pemilu 2024 tidak akan diikuti oleh pihak petahana. Bahkan kegiatan tersebut akan terus terjadi hingga menjelang masa kampanye.
Namun, Yunanto menilai sejumlah manuver politik yang ada belum dapat disebut sebagai sebuah pola koalisi antarpartai. Menurut dia, bisa dinamakan sebuah koalisi bila sudah ada satu nama calon presiden yang diusung.
"Pertemuan Surya Paloh dengan SBY, Surya Paloh dengan Prabowo misalnya atau bahkan terbentuknya KIB itu bukan koalisi itu baru sebatas sebuah kumpul-kumpul politik,"Â kata Yunarto kepada Liputan6.com.
Yunanto menambahkan, "Karena yang disebut dengan koalisi baru menjadi konkret biasanya ketika kemudian sudah muncul nama capres dan kemudian di situ ada diskusi mengenai siapa cawapres Siapa yang kemudian akan mendapatkan jatah menteri di panggung belakang."
Lanjut Yunarto, saat ini pola yang sudah terbentuk jelang Pilpres 2024 yaitu dari kubu PDIP. Sebagai partai pemenang pemilu partai pimpinan Megawati Soekarnoputri tersebut dapat mengusung calon presiden tanpa berkoalisi dengan partai manapun.
Â
Poros dari PDIP
Kendati begitu, dia menyatakan saat ini PDIP belum memperlihatkan gelagat untuk mengusung salah satu kadernya. Ada dua nama kader PDIP yang seringkali muncul dalam survei elektabilitas capres yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani.
Selain itu, Yunarto juga memprediksi nantinya ada pola-pola lainnya. Misalnya dari kubu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Sebab Partai Gerindra hanya membutuhkan satu partai pendukung untuk memenuhi ambang batas presidensial threshold di Pemilu 2024.
"Poros ketiga ini menjadi menarik apakah kemudian akan muncul untuk memajukan Ganjar atau memajukan Anies Baswedan. Karena biasanya akan menjadi poros adalah gabungan partai-partai yang akan ikut menempel pada sosok yang dianggap punya elektabilitas tertinggi," jelas Yunarto.
Sementara itu, Lembaga Poltracking Indonesia merilis survei terkait elektabikitas calon presiden (capres) 2024. Hasilnya, nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo unggul dibandingkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR menyampaikan, hasil survei lembaganya terkait elektabilitas Capres 2024 terbilang konsisten dengan yang lainnya, yakni Ganjar Pranowo selalu teratas.
"Itu selalu konsisten yang tertinggi yaitu Ganjar, Prabowo, Anies," tutur Hanta dalam acara rilis survei nasional di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (9/6/2022).
Â
Advertisement
Simulasi Capres Pemilu 2024
Hanta merinci, dalam simulasi elektabilitas 18 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka 24,8 persen; Prabowo Subianto 21,2 persen; Anies Baswedan 15,5 persen. Kemudian disusul figur dengan persentase di bawah lima persen yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 2,6 persen; Ridwan Kamil 2,5 persen; Sandiaga Uno 1,8 persen; Erick Thohir 1,6 persen; dan seterusnya.
"Dalam simulasi 15 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka elektabilitas 25,5 persen, diikuti Prabowo Subianto 21,2 persen dan Anies Baswedan 16,1 persen," jelas dia.
Kemudian, dalam simulasi elektabilitas 10 nama Capres 2024, Ganjar Pranowo memperoleh angka 26,9 persen; Prabowo Subianto 22,5 persen; Anies Baswedan 16,8 persen. Sementara dalam simulasi tiga nama, tetap angka elektabilitas Ganjar Pranowo yang tertinggi.
"Jadi kesimpulan sementara Capres berpotensi kami baru tiga nama ini, Ganjar Pranowo 30,6 persen; Prabowo Subianto 26,8 persen; Anies Baswedan 19,8 persen; memilih menjawab tidak mau jawab 8,5 persen; tidak tahu 14,3 persen," kata Hanta.
Poltracking Indonesia menggunakan metode sampel multistage random sampling dengan metode wawancara langsung tatap muka pada 16 Mei sampai dengan 22 Mei 2022. Adapun jumlah sampel 1220 responden dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.