Sukses

Densus 88 dan PT Multidaya Serahkan 20 Ton Bantuan Pupuk Untuk Petani Kopi Eks Napiter

Arief mengatakan, sebenarnya pengelolaan perkebunan kopi itu sudah dimulai sejak 2020 lalu. Dalam perjalanannya, pihak PT Multidaya Putra Sejahtera kemudian hadir dan berkomitmen memberikan bantuan setiap tahunnya kepada eks napiter dalam bentuk pupuk sebanyak 20 ton.

Liputan6.com, Jakarta Upaya pencegahan dan deradikalisasi terorisme Densus 88 Antiteror Polri semakin gencar dengan pemberdayaan mantan narapidana terorisme (napiter), lewat peningkatan taraf hidup hingga dapat diterima masyarakat. Terlebih, dengan adanya bantuan dari PT Multidaya Putra Sejahtera, yang menjadi pemberi CSR pertama dari pihak swasta.

Direktur Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Densus 88 Antiteror Polri Brigjen Arief Makhfudiharto menyampaikan, pihaknya bekerjasama dengan PT Multidaya Putra Sejahtera untuk memberikan bantuan pupuk kepada para eks napiter yang kini mengolah lahan Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) menjadi perkebunan kopi.

"Kegiatan hari ini adalah seremonial dalam rangka simbolis pemberian bantuan dari pihak Bu Rina selaku CSR, yang beliau ini memproduksi pupuk, yang mana beliau ini menyumbangkan pupuk untuk perkebunan kopi yang dikelola oleh para eks napiter," tutur Arief saat berbincang dengan Liputan6.com di wilayah Jakarta Selatan, Kamis (16/6/2022).

Menurut Arief, ada lima wilayah perkebunan kopi dengan luas 50 hektare yang digarap oleh para eks napiter, yakni di Subang, Tasikmalaya, Banten, Brebes, juga Kecamatan Pacet Mojokerto.

Rata-rata ada 17 sampai 29 eks napiter di masing-masing daerah yang berperan mengelola perkebunan kopi tersebut.

"Jadi itu adalah bentuk koperasi bersama yang didirikan oleh mereka sendiri, kita tinggal dampingi saja, mengarahkan. Dan nantinya mereka sendiri yang akan memetik, memanen pohon-pohonnya ini," jelas dia.

Arief mengatakan, sebenarnya pengelolaan perkebunan kopi itu sudah dimulai sejak 2020 lalu. Dalam perjalanannya, pihak PT Multidaya Putra Sejahtera kemudian hadir dan berkomitmen memberikan bantuan setiap tahunnya kepada eks napiter dalam bentuk pupuk sebanyak 20 ton.

"Mereka sebenarnya ini kan hutan yang dikerjasamakan Densus 88 dengan Perhutani. Nah lahan ini kan masih semak belukar dan pohon-pohon hutan. Jadi dikirim dirapihkan, baru ditanam bibit kopi oleh mereka sendiri. Bibit kopi disediakan oleh Densus, ini sudah 200 hektare masuk semua, mulai dari 2020," ujarnya.

Arief menyebut, pemberdayaan eks napiter oleh Densus 88 Antiteror Polri sendiri tidak hanya di sektor perkebunan saja, namun lainnya seperti peternakan burung puyuh dan budidaya ikan di Bekasi, hingga bisnis odong-odong di Jawa Tengah. Ini menjadi bentuk kepedulian kepolisian terhadap para eks napiter, termasuk andil kontribusi deradikalisasi.

"Jadi mereka ini tinggal menerima berupa bagi hasilnya atau hasil panennya ini, saya katakan dua, tiga tahun ke depan, mereka sudah jadi pengusaha kopi ini," kata Arief.

"Ini prakarsa Pak Kaden, menjadikan ini orang-orang yang maju, yang militannya itu untuk positif, kemajuan mereka sendiri, khususnya keluarganya. Dan ini kan akan menjadikan magnet buat yang lainnya yang belum tergugah hatinya, belum menyadari keberagaman di kita. Jadi ketika mereka maju, sukses di bidang perkebunan kopi, mereka juga akan menjadi daya tarik sendiri, mau menerima masyarakat. Dan masyarakat pun tidak melabeli mereka sebagai mantan, namun sebagai masyarakat bersama yang mempunyai visi misi memajukan negara," sambungnya. 

 

2 dari 3 halaman

Kopi Punya Nilai Jual Tinggi

Salah satu anggota Densus 88 Antiteror Polri, Miftahudin Syaf yang turut menjadi konsultan dalam pemberdayaan eks napiter di bidang perkebunan kopi menyatakan, sejak awal pihaknya hanya menggunakan anggaran deradikalisasi dari Densus 88 Antiteror Polri saja. 

"Selama berjalan anggaran semua dari Densus. Sekarang sudah berjalan mau dua tahun dan kebutuhan semakin kompleks, makanya kita mengajak berbagai pihak yang ingin berperan mendukung kegiatan eks napiter ini dapat membuka pintu untuk memberikan CSR atau bantuan dukungan untuk program ini. Nah salah satunya PT Multidaya Putra Sejahtera, dalam bentuknya pupuk untuk masing-masing daerah," tutur Miftah.

Miftah menjadi konsultan para eks napiter yang memiliki minat di bidang perkebunan dan pertanian secara kolektif. Hingga akhirnya komoditas kopi menjadi sektor yang dipilih dengan pertimbangan sejumlah hal.

"Kenapa kita ke kopi, kopi ini menjadi komoditas nomor dua di dunia setelah minyak. Artinya demand akan semakin tinggi, sementara supply sangat terbatas. Ini sangat prospektif sekali dari sisi bisnis, yang mana komoditas kopi ini ke depan akan selalu meningkat. Bisa dibuktikan saya mulai usaha 2014 waktu itu dan saat ini 2022 harganya sudah naik sekitar 120 persen kenaikannya," jelas dia.

"Dari pandangan kami seperti itu, makanya kita fokuskan ke budidaya kopi. Kemudian harapan kami kegiatan usaha ini akhirnya menjadi aset para eks napiter yang mana bahkan menjadi pasif income," lanjut Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah itu.

Miftah berharap, perusahaan lainnya baik BUMN dan swasta dapat berperan serta dalam kegiatan pemberdayaan eks napiter, yang juga merupakan bagian dari fokus pemerintah dalam upaya pencegahan dan deradikalisasi terorisme. Dia pun akan membantu para eks napiter memasarkan hasil panen perkebunan hingga ke mancanegara.

"Saya kebetulan memang sudah ada koperasi yang ada sistem ekspor. Bahkan kita juga sudah ada kerjasama dengan anak perusahaan Kapal Api, nanti kita akan kerjasama kontrak juga pemasaran dengan Kapal Api. Mungkin di bulan berikutnya akan kita agendakan, perusahaan ini dapat suport ke napiter," terang Miftah.

"Harapan kami ini dapat terekpose supaya yang lain mengetahui. Karena selama ini Densus ya baru sekarang mengekspos kegiatan ini, karena dulu masih silent ya, karena doing dulu. Nah sekarang sudah perkebunan ada punya kegiatan, kita ekspose supaya masyarakat dapat menghilangkan sentimennya terharap eks napi teroris," sambungnya.

 

3 dari 3 halaman

Tangkal Radikalisme

Direktur Utama PT Multidaya Putra Sejahtera, Rina mengatakan bahwa alasan utama perusahaannya memutuskan untuk memberikan bantuan bekerjasama dengan Densus 88 Antiteror lantaran ingin membantu program deradikalisasi dan pemberdayaan eks napiter.

"Jadi secara bisnis awalnya kita nggak tahu Tim Densus dan secara bisnis nggak masuk. Kami tidak bisa melakukan kerjasama secara bisnis, bahkan sebagai investor, karena tidak memenuhi kriteria SOP di perusahaan kami. Cuma sesudah kami mendengar ternyata profit ini dipakai untuk memberdayakan teman-teman eks napiter, jadi kami membuat pengecualian," ujar Rina.

"Jadi awalnya dari tahun lalu sebelum kami tahu ini buat Densus itu kami tektok terus nggak jadi-jadi. Karena secara bisnis memang nggak masuk, tapi begitu kami tahu profitnya dipakai untuk pemberdayaan eks napiter yasudah, mari kita dukung, gitu," lanjutnya.

Menurut Rina, pihaknya tidak hanya memberikan bantuan pupuk kepada eks napiter di setiap tahunnya, namun juga menjadi salah satu investor dalam komoditi kopi hasil panen mereka. Dia pun berharap perusahaan lainnya dapat tergerak untuk turut serta memberikan bantuan.

"Jadi mulai dari kita, nah saya juga punya network kita sampaikan. Jadi harapannya kalau kita sendiri kan tidak terlalu besar, walaupun bisa lah ya dari CSR dan sisi bisnis. Kita sebagai investor untuk beli kopinya, profitnya itu nanti bisa juga dipakai untuk membantu koperasi atau dana operasional untuk densus ini, di satu sisi petaninya eks napiternya kita bantu supaya bisa bekerja," katanya.

Rina yakin, salah satu yang dapat menangkal radikalisme adalah kesejahteraan ekonomi. Dengan turut ambil bagian memberikan bantuan bagi para eks napiter, maka akan ada harapan mereka turut membantu dalam program deradikalisasi.

"Sebagai pribadi saya kebetulan lahir dan besar di lingkungan muslim, meskipun minoritas saya tidak pernah merasakan adanya rasisme atau apa gitu. Jadi harapan saya secara pribadi tidak ada radikalisme lagi harapan saya. Kebetulan punya perusahaan, mari berkontribusi lewat perusahaan. Itu akan jauh lebih baik. Apalagi sejalan," tutup Rina.