Sukses

M.H Manulang, Pejuang Perintis Kemerdekaan yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang atau dikenal dengan sapaan Tuan Manulang sempat dianugerahi penghargaan Pahlawan Perintis Kemerdekaan dari pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang atau dikenal dengan sapaan Tuan Manulang dinilai berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, beliau sempat dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan pada tahun 1967 dari pemerintah.

M.H Manullang yang lahir pada 20 Desember 1887 merupakan sosok pejuang yang gigih menentang kolonialisme di tanah Batak. Selain itu, Tuan Manulang juga dinilai berjasa dalam perkembangan dunia pendidikan dan jurnalistik di Indonesia.

Diketahui, M.H Manulang adalah pendiri dan penerbit Surat Kabar Binsar Sinodang Batak (BSB) pada 1906, pendiri dan pemimpin redaksi surat kabar Soeara Batak pada 1919-1930. Beliau bahkan pernah dipenjara di Cipinang pada 1922-1924 karena tulisannya yang menentang penjajahan Belanda.

Mengingat perjuangan besarnya kepada Tanah Air, banyak pihak berupaya menjadikan Mangihut Mangaradja Hezekiel Manullang sebagai pahlawan nasional dari Sumatera Utara. Salah satunya Pusat Studi Humaniora LPPM Universitas Negeri Medan (Unimed) pada 2021.

Ketua tim pengusul yang merupakan Ketua Pusat Studi Humaniora LPPM Unimed, Ichwan Azhari memaparkan alasan M.H Manullang layak diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Menurut dia, M.H Manullang merupakan pejuang yang bergerak di banyak sektor. Selain pejuang agraria dan tokoh pers, beliau juga dinilai sebagai pejuang yang humanis dalam bidang emansipasi perempuan.

M.H Manullang juga berjuang lewat jalur politik sampai menemui Gubernur Jenderal Belanda di Jakarta untuk meminta agar Tanah Batak dilindungi dari pengambil alihan lahan petani oleh pemodal perkebunan luar. Beliau juga meminta pihak Belanda menghapuskan belasting, kerja rodi serta penurunan pajak serta membangun fasilitas kesehatan.

"Beliau sangat konsisten berjuang melawan kolonialisme di Tanah Batak, beliau merupakan pejuang agraria dan juga berjuang melalui media (pers) yang didirikannya (Sinondang Baru, Soara Batak) maupun lewat organisasi HKB (1917)," ujarnya.

Tak sampai di situ, Ichwan mengatakan M.H Manullang yang terus berjuang pada masa pendudukan Jepang dan masa pendudukan sekutu atau NICA (Netherland Indies Civil Administration) sehingga juga dipenjarakan oleh kedua penjajah asing ini.

"Dengan pengusulan ini tentu rakyat Sumut bangga semakin banyak tokoh tokoh penting yang mendapat penghormatan secara nasional," ujar Ichwan.

Sementara, Guru Besar Universitas Negeri Medan Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. mengungkapkan M.H Manullang layak menjadi pahlawan nasional. Mengingat sekitar satu abad lalu, pahlawan perintis kemerdekaan itu telah menjadi inspirator pendidikan kebangsaan di negeri ini.

"Tahun 1910 Tuan MH Manullang telah merumuskan dengan baik apa itu 'pendidikan', hampir 100 tahun sebelum UU Sisdiknas," jelas Syawal dalam seminar bertema 'Tuan M.H. Manullang: Dari Pahlawan Kemerdekaan menuju Calon Pahlawan Nasional' beberapa waktu lalu.

Syawal menyebut meski tidak dapat disampaikan secara eksplisit bahwa tujuan pendidikan nasional yang dituangkan pada UU Sisdiknas diilhami dari pemikiran Tuan MH Manullang, namun paling tidak jauh sebelumnya beliau telah merumuskan dengan baik apa itu Pendidikan pada tahun 1910.

"Isi atau konten pendidikan, pemikiran, perjuangan, ketokohan, kepemimpinan, kegigihan dan konsistensi Tuan MH Manullang adalah inspirasi yang energitik bagi Pendidikan Kebangsaan Indonesia," tandas Syawal.

 

2 dari 3 halaman

Jadi Guru Bangsa

Syawal melanjutkan, sebenarnya para guru terutama bidang sejarah, khususnya di Tanah Batak dapat mencapai level guru yang tertinggi, yaitu guru yang inspiratif bila mampu memberi pemaknaan baru sesuai konteks kekinian terhadap perjuangan M.H Manullang.

"Bila berpikir abstraktif maha guru itu menginspirasi, guru yang hebat itu menjadi teladan, guru yang baik itu menjelaskan dan mencerahkan. Ketiganya telah dicontohkan oleh Tuan M.H Manullang," ujarnya.

Menurut Syawal, M.H Manulang dapat jadikan sebagai guru bangsa. Beliau telah mencontohkan bagaimana pendidikan arahkan dengan orientasi harmonisasi atau perimbangan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dari sudut pandang pendidikan kebangsaan, Tuan Manullang telah menyumbangkan 6 dimensi penting dalam filosofi, value, teori, konsep, paradigma, dan metodologi.

"Saya meminjam cara berpikir 'computational thinking' mulai dari abstraksi, algoritma, pola dan dekomposisi untuk memudahkan mengelaborasi 6 dimensi tersebut pada konteks perjuangan yang dilakukan Tuan Manullang," ucapnya.

"Yakni tujuan Pendidikan untuk mengembangkan potensi lewat keimanan, ketakwaan, kesehatan jasmani rohani, karakter, keterampilan dan keluasan wawasan guna menjadi orang yang demokratis dalam berbangsa dan bernegara," imbuhnya.

 

3 dari 3 halaman

Pengusulan Didukung Akademisi

Guru Besar Emeritius Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof Dorodjatun Kuncoro Jakti menilai M.H Manulang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional berkat jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

"Beliau adalah seorang yang tidak pernah berhenti memberikan makna pada perjalanan bangsa. Sejak masa mudanya Tuan Manulang tidak pernah absen memberikan tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi dari tingkat lokal hingga nasional," jelas Dorodjatun.

"Tuan Manulang adalah seorang pemuda yang memberikan reaksi terhadap apa yang terjadi di negeri ini. Beliau adalah tokoh yang mampu membaca pertanda zaman, karena memutuskan sesuatu yang tepat dalam gerak perjuangannya," sambungnya.

Kekaguman pada sosok Tuan Manulang juga disampaikan Prof Dr Hermawan Sulistyo, seorang peneliti bidang perkembangan politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Menurut dia, gagasan M.H Manullang dalam dunia jurnalistik memiliki peran penting dalam menerbitkan media Suara Batak. Bahkan, beliau sempat mendekam di penjara karena artikelnya yang menentang pemerintah Belanda.

"Itu seribu kali lebih penting daripada substansi yang diperjuangkan dalam soal tanah dan agraria. Karena apa? sudah menjadi pengakuan akademik dan pengakuan filosofis di dunia internasional secara universal bahwa penyebaran gagasan nasionalisme lewat pers menjadi sangat penting, bahkan satu-satunya dalam membentuk nasionalisme dimana-mana," terangnya.

"Di sinilah peran Tuan Manulang yang sangat penting menularkan gagasan nasionalisme lewat pers," imbuhnya.