Sukses

Usulan Nama Stadion MH Thamrin Sebagai Pengganti Jakarta International Stadium Tidak Tiba-Tiba

Kojek menceritakan bahwa usulan nama itu sebagai manifestasi dari masa kampanye Pilkada 2017, saat itu ia telah membuat sebuah kontrak politik meminta dibangunkan stadion di Jakarta bersama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang kala itu masih merupakan calon gubernur dan wakil gubernur.

Liputan6.com, Jakarta Di laman Change.org, sejarawan JJ Rizal membuat petisi. Isinya, meminta nama MH Thamrin dijadikan nama stadion megah yang kini dikenal sebagai Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Petisi tersebut kini sudah ditandatangani sekitar 5700 warganet. Tidak hanya itu, petisi ini juga didukung oleh tokoh-tokoh Betawi, seperti Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi H Beki Mardani; juga senator dari Jakarta Sylviana Murni dan Dailami Firdaus.

Di acara konferensi pers "Kenapa M.H. Thamrin Harus Jadi Nama JIS" pada Senin (20/06/2022), Muhammad “Kojek” Amrullah, rapper Betawi, menceritakan bahwa penamaan M.H. Thamrin untuk stadion baru sebenarnya sudah digagas sejak tahun 2019. Ia menjawab beberapa pertanyaan yang menuding pihaknya ingin ribut-ribut ketika stadion sudah jadi dan sekarang bernama Jakarta International Stadium.

Kojek, sapaan akrabnya, bercerita, pada 2019 digelar acara Festival 125 Tahun M.H. Thamrin di lapangan sepak bola VIJ di Petojo yang bersejarah buah sumbangsih M.H. Thamrin. Kojek menceritakan bahwa usulan nama itu sebagai manifestasi dari masa kampanye Pilkada 2017. Saat itu, ia telah membuat sebuah kontrak politik meminta dibangunkan stadion di Jakarta bersama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, yang kala itu masih merupakan calon gubernur dan wakil gubernur.

“M.H. Thamrin menjadi inspirasi saya ketika meminta pembangunan stadion di Jakarta. Kata-kata ‘Sepak bola adalah alat perjuangan’ yang ada di kontrak tersebut adalah kata-kata Thamrin sendiri. Kami memantapkan janji agar terbayar lunas. Stadion sudah ada, tapi belum lengkap, karena belum diberi nama M.H. Thamrin,” ceritanya dalam konferensi pers yang digelar Change.org.

 

2 dari 4 halaman

Pemilihan Didasari Peran Thamrin

Pemilihan nama M.H. Thamrin bukannya tanpa alasan. Pembuat petisi, JJ Rizal, mengingatkan bahwa saat ini, bangunan stadion internasional Jakarta tersebut belum memiliki nama. Ia mengatakan ‘JIS’ bukanlah nama stadion, melainkan predikat proyek pembangunan yang menunjukkan jenis dan kelas serta tempat proyek dilaksanakan. Jenisnya bangunan stadion, kelasnya internasional, dan letaknya di Jakarta.

“Jasa besar M.H. Thamrin adalah bukan saja membangun sepak bola profesional dari organisasi, kompetisi, sampai lapangan yang layak. Lebih jauh Thamrin membawa sepak bola dan pergerakan kebangsaan seperti gigi dan gusi yang dekat sekali. Sepak bola menjadi arsenal politik kebangsaan. Lapangan sepak bola menjadi arena pertemuan politik, tokoh-tokoh pergerakan hadir, suporter jadi tahu tidak ada pertentangan antar mereka seperti diembuskan Belanda pecah antara kaum kooperatif dan nonkooperatif,” kata Rizal menegaskan.

3 dari 4 halaman

Didukung tokoh-tokoh Betawi

Senada, H Beki Mardani, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi, mengatakan bahwa pembangunan Jakarta punya keterikatan dengan tokoh dan masa lalu. Jakarta juga tidak bisa dilepaskan dari sosok nama Muhammad Husni Thamrin. Tidak hanya dari sisi politik, budaya, tapi juga sepak bola. Beki menyebutkan, peninggalan MH Thamrin adalah sebidang tanah sebagai tempat berkumpul kaum pergerakan yang kini menjadi Museum MH Thamrin di Jalan Kenari, lapangan VIJ yang dibuat Thamrin dengan merogoh kocek pribadi, serta proyek MH Thamrin.

“Proyek MH Thamrin adalah proyek perbaikan kampung-kampung kecil di Jakarta, perbaikan jalan dan saluran air di zaman Gubernur Ali Sadikin. Ini menandaan kepedulian MH Thamrin terhadap rakyat kecil,” ucapnya.

Bagi Beki, kecintaan Thamrin kepada Indonesia sungguh luar biasa. MH Thamrin-lah yang menginisiasi lagu Indonesia Raya dinyanyikan di Volksraad. Oleh karena itu, Thamrin tidak hanya milik orang Betawi, tapi juga orang Indonesia

4 dari 4 halaman

Thamrin bukan milik orang Betawi saja, tapi juga orang Indonesia

Yasmine Zaki Shahab, antropolog Universitas Indonesia yang juga penulis buku biografi MH Thamrin, mengatakan sangat wajar apabila stadion diberi nama orang-orang besar yang dikenal banyak orang.

“Apalagi Thamrin tidak hanya mengorganisasi, tapi juga menyumbang uang dan tanah. Thamrin sangat khas di antara pelopor sepak bola yang ada di daerah, mempelopori persatuan sepak bola di Jakarta. Saat itu, perkumpulan sepak bola yang menggunakan nama Belanda, diganti menjadi nama bahasa Indonesia,” katanya menjelaskan.

Maka, menurut Yasmine, peran Thamrin dapat ditegaskan sebagai 3 hal: Ia pahlawan nasional, putra Jakarta etnis Jakarta, serta berjuang sepak bola di Jakarta bukan untuk menghimpun kekuatan.

Mengingat hari ulang tahun Jakarta yang semakin dekat, serta adanya peresmian nama-nama jalan dengan tokoh Betawi, Beki Mardani, Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, berharap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan segera mendengarkan petisi di Change.org ini.

“Kami berharap petisi ini bisa didengar dan diwujudkan. Pak Anies kan bahkan ingin mencanangkan perubahan nama-nama jalan yang berhubungan dengan Betawi. Ini juga menunjukkan perhatian dan apresiasi serta peran dari tokoh-tokoh tersebut, sehingga mestinya menjadi sangat relevan petisinya,” katanya memungkasi.