Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta peran aktif kampus menanggulangi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di daerah-daerah yang terjangkit. Khususnya, kampus yang memiliki fakultas kedokteran hewan dan peternakan.
Dia mengatakan wabah PMK pada hewan ternak menjadi merajelala menjelang Idul Adha 1443H. Hal ini, kata Muhadjir, membuat peternak skala kecil ataupun besar mengalami kerugian.
"Saya imbau terutama untuk perguruan tinggi yang punya fakultas kedokteran hewan dan peternakan untuk segera mengerahkan dosen mahasiswanya untuk membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah PMK ini," ujarnya dikutip dari siaran persnya, Minggu (3/7/2022).
Advertisement
Dia mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani wabah PMK. Mulai dari, memberikan vaksin untuk hewan ternak untuk mencegah terjangkitnya virus serta mengobati hewan yang terjangkit.
Muhadjir mengungkapkan bahwa dirinya telah meminta langsung kepada Kemendikburistek agar program pengabdian bisa dialokasikan untuk membantu masyarakat. Terutama, dalam penanganan wabah PMK.
"Saya sudah meminta kepada Dirjen Ristekdikti Prof. Nizam untuk mengalokasikan anggaran kampus merdeka untuk mereka yang akan melakukan pengabdian masyarakat langsung untuk disupport dari dana yang tersedia yaitu kampus merdeka," jelasnya.
Â
Cegah Kemiskinan Baru
Adapun Muhadjir sempat meninjau salah satu daerah yang terjangkit wabah PMK yakni, Desa Guluk-guluk Kabupaten Sumenep Jawa Timur pada Sabtu, 2 Juli 2022. Dia menemukan sapi ternak masyarakat yang terjangkit PMK.
Menurut dia, dengan mencegah penyakit PMK, maka akan mencegah kemiskinan baru di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah terus berupaya untuk meminimaisir kematian hewan ternak akibat wabah PMK.
"Seperti kita ketahui di sini (Desa Guluk-guluk) kan termasuk peternak kecil. Hanya 2-3 sapi. Kalau mati setengah kiamat itu. Kalau sapi jantan yang diharapkan bisa dijual menjelang idul adha," ujarnya.
Â
Advertisement
Sigap
"Angannya untung besar bisa 30 juta per ekor ternyata mati. Nah ini akan mendorong terjadinya angka kemiskinan terutama peternak kecil," sambung Muhadjir.
Dia mengapresiasi kesigapan seluruh pihak terkait dalam menangani penyakit PMK di Kabupaten Sumenep. Muhadjir menilai seluruh aparatur desa bersama dinas peternakan dan pihak terkait sigap melakukan isolasi dan pengobatan pada hewan ternak.
"Ini saya rasa cara yang bagus. Dengan sigap ada sapi yang langsung diisolasi karena sudah terpapar PMK dan kelihatannya sudah sehat. Vaksin juga sudah dilakukan di sini. Mudah-mudahan bisa tertangani semua," tutur Muhadjir.