Sukses

Anies Ubah 22 Nama Jalan, Tokoh Tanah Abang: Tambah Literasi Warga

Tokoh masyarakat Tanah Abang mengapresiasi kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan mengubah 22 nama jalan di Jakarta dengan nama-nama figur dan pahlawan Betawi.

Liputan6.com, Jakarta - Tokoh masyarakat Tanah Abang menyambut baik kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan mengubah nama sejumlah ruas jalan di Jakarta, khususnya di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat. 

Ketua Komunitas Sikumbang (Silaturahim Kumpul Bareng Anak Tenabang) Roni Adi menilai perubahan nama jalan tersebut dapat menambah literasi warga.

Di kawasan Tanah Abang ada dua nama jalan yang diganti, yakni Jalan Kebon Kacang Raya sisi Selatan diganti nama menjadi Jalan HM Saleh Ishak dan Jalan Kebon Kacang Raya sisi Utara diganti menjadi Jalan M Mashabi.

"Pergantian nama ini bagian dari memori kolektif orang Betawi tentang tokoh, pahlawan yang sudah berjasa untuk Jakarta dan Republik Indonesia," kata Roni melalui keterangannya, Minggu (3/7/2022).

Dia mengungkapkan mungkin selama ini orang tidak mengenal nama HM Saleh Ishak, pejuang kemerdekaan asli Jakarta di tahun 1945 - 1950. Kata Roni, perjuangan HM Saleh Ishak sangat besar, terbukti dengan banyaknya penghargaan yang disematkan kepadanya.

Roni menjelaskan bahwa Saleh Ishak pernah mendapat penghargaan tanda Jasa Pahlawan dari Presiden Soekarno pada 10 November 1958. Kemudian, penghargaan dari Menteri Pertahanan RI kala itu, Djuanda, penghargaan dari Panglima Kodam VI Siliwangi Kolonel Ibrahim Adjie, dan penghargaan Dari Ketua Mabes Angkatan 4.

Sedangkan Muhammad Ridwan Mashabi atau M Mashabi sendiri merupakan salah satu penulis lagu dan penyanyi musik Melayu asal Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada masa 1950-an dan 1960 an.

"Inilah cikal bakal musik dangdut yang kita dengar. Sejarah ini yang memang harus diketahui oleh masyarakat," jelas dia.

 

2 dari 2 halaman

Tambah Literasi Generasi Milenial

Sehingga, Roni pun berharap digantinya nama jalan dengan nama tokoh betawi, maka generasi milenial bisa menambah literasi tentang Kebudayaan dan tokoh Betawi. Sebab, menurutnya masih banyak warga DKI Jakarta yang kurang tahu tentang tokoh betawi.

"Nama tokoh dijadikan jalan ini juga merupakan bagian dari menghargai jasa mereka (pahlawan dan tokoh Betawi-red). Kalau orang Betawi bilang agar "nggak mati obor" perjuangan tokoh-tokoh Betawi," lanjutnya.

Tak hanya itu, dia berharap generasi muda dapat mencontoh dan melanjutkan perjuangan para tokoh dalam merawat dan menjaga kebudayaan Betawi. Salah satu caranya ialah dengan memberikan kontribusi positif dalam segala bidang.

"Saya juga berharap Pemkot Jakarta Pusat memberikan seminar pengetahuan kepada warga masyarakat memperkenalkan tidak hanya pergantian nama jalan saja, tapi juga tokoh-tokohnya, supaya warga, terutama generasi muda di Jakpus semakin mengenal para tokoh betawi ini," katanya.