Liputan6.com, Jakarta - Pengenalan tentang sejarah perjuangan Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Soekarno atau Bung Karno kepada generasi muda harus terus dilakukan.
Salah satunya melalui karya seni arsitekturnya. Hal itu disampaikan Anggota DPR RI Agustina Wilujeng Pramestuti saat diskusi publik bertemakan 'Bung Karno Arsitek Kemerdekaan Bangsa'.
"Bung Karno sangat hebat luar biasa. Anak muda masa kini harus tau itu, salah satunya lihat arsitek pembangunan peninggalannya," ujar Agustina di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat, Minggu (3/7/2022).
Advertisement
Baca Juga
Agustina Wilujeng menekankan, pengenalan tentang Bung Karno kepada generasi muda dilakukan agar tidak ada sejarah yang terputus tentang Bung Karno dari segala bidang.
"Kali ini bicara arsitektur. Sebab tidak banyak yang kenal Bung Karno dari sisi lain, yakni sisi arsitekturnya dan ini segmen muda yang beda," papar dia.
Politikus PDIP ini yakin dengan mengenalkan arsitektur Bung Karno kepada anak muda, maka harapan untuk menggali jiwa keingintahuan anak dapat muda tergugah dan semakin ingin kenal dengan Bung Karno.
"Misalnya di Bengkulu mereka mencari Masjid Jami arsiteknya Bung Karno. Dan lainnya lagi ada banyak. Mereka ingin nanya dan nanya lagi. Mereka ingin kenal Bung Karno lebih dalam. Inilah yang kita bangun," dia menandasi.
Sebagai informasi, karya Bung Karno turut menghiasi bangunan megah di Indonesia. Mulai dari Gelora Bung Karno, Monumen Nasional (Monas), Masjid Istiqlal, Monumen Selamat Datang, Gedung Conefo DPR RI ialah bagian kecil bangunan yang digagas oleh Putra Sang Fajar itu di Jakarta.
Diketahui, Gelora Bung Karno merupakan warisan Prolamator RI untuk menunjukkan kebesaran Indonesia dalam bidang olahraga. Ayah biologis dari Megawati Soekarnoputri ini juga menggagas bangunan yang kini dikenal sebagai Hotel Kempinski yang dulu menjadi bangunan termegah pada zamannya.
Tak sampai di situ, Bung Karno juga menggagas pembangunan Masjid Istiqlal yang terletak di samping Gereja Katedral. Kala itu, Bung Karno menginginkan Istiqlal menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara.
Â
PDIP Urai Spirit Kepemimpinan RI bagi Dunia di Era Sukarno, Megawati, dan Jokowi
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (Sekjen PDIP) Hasto Kristiyanto menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul 'Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional' berdasarkan hasil disertasinya di Universitas Pertahanan.
Menurut Hasto Kristiyanto, pemimpin nasional harus memiliki pemahaman terhadap geopolitik Indonesia, khususnya cara pandang outward looking.
Hasto memaparkan bagaimana hal itu sudah pernah dibuktikan Sang Proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, Sukarno.
Saat itu, bangsa-bangsa Asia-Afrika seperti Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair, bisa merasakan kemerdekaan karena campur tangan Indonesia.
"Bahkan ketika Pakistan berjuang melawan Inggris, Indonesia mengirimkan angkatan perangnya. Atas upayanya tersebut, pada tahun 1965, Bung Karno mendapat gelar sebagai 'Pendekar dan pahlawan kemerdekaan bangsa Islam' melalui Konferensi Islam Asia Afrika," ujar Hasto saat menggelar acara wisuda ke-127 di Aula Universitas Negeri Padang (UNP), seperti dikutip dari siaran pers, Minggu (3/7/2022).
Menurut Hasto, spirit kepemimpinan Indonesia sebagai bangsa besar di tengah dunia juga ditunjukkan oleh Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Hal itu dibuktikan ketika Indonesia mengutuk aksi sepihak Amerika Serikat terhadap Irak, dan menegaskan agar persoalan terorisme karena ketidakadilan masalah Palestina.
"Kepemimpinan Indonesia di tengah dunia di masa Presiden Jokowi juga tampak dalam doktrin Indonesia Poros Maritim Dunia yang menempatkan wilayah kelautan sebagai halaman depan dan mengubah paradigma pembangunan menjadi Indonesia sentris," ucap Hasto.
Â
Advertisement
Yang Dibutuhkan Generasi Muda
Menanggapi orasi Hasto, Rektor UNP Prof.Ganefri,Ph.D. mengatakan generasi muda saat ini membutuhkan adaptasi dan transformasi seiring dengan perkembangan global, tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa yang dipegang teguh. Ganefri berharap, para wisudawan bisa meningkatkan kewaspadaan dan ketahanan nasional.
"Sesuai dengan pandangan Bung Karno, Ganefri menjelaskan bahwa ketahanan suatu bangsa haruslah dipupuk dari tiga hal. Yaitu ketahanan politik, ketahanan ekonomi, dan ketahanan militer. Ketiga hal tersebut hendaklah diinternalisasi secara mendalam, terutama pada proses pendidikan, baik pada jenjang dasar hingga pendidikan tinggi," tutur Ganefri.
Ganefri juga menekankan, penyelarasan nilai-nilai Pancasila pada pendidikan akan mampu memberikan unsur penting ketahanan nasional, melalui warisan budaya dan kearifan lokal.
Menurut dia, nilai moral nusantara yang luhur, akan menjadi jiwa bangsa dan pada akhirnya akan membentuk karakter, persatuan dan kesatuan.
"Tidak hanya hari ini, namun juga pada masa generasi muda mencicipi masa keemasannya. Penanaman budaya dan nilai-nilai Pancasila tersebut, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran bangsa dan ketahanan nasional, sehingga mampu menjadi benteng pertahanan terhadap berbagai kemerosotan moral dan nilai yang menerpa bangsa kita," Ganefri memungkasi.