Sukses

Dimas Oky Nugroho: Adaptif Digitalisasi Jadi Kunci Kemandirian Pemuda Melawan Disrupsi Era Digital

Dimas menilai pemuda di kancah global punya peran vital dalam mengubah kondisi dunia di masa pandemi maupun pasca-pandemi Covid-19. Di Indonesia, kaum muda diharapkan melahirkan berbagai inovasi dan jalan keluar mengatasi berbagai persoalan.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat situasi global mengalami perubahan drastis khususnya dalam tatanan ekonomi dan sosial kemasyarakatan, termasuk Indonesia. Salah satu masalah dan menjadi tantangan imbas era pandemi ini adalah masa depan Indonesia di tengah guncangan disrupsi digital yang membuat kerentanan bagi kelas pekerja, khususnya kaum muda. 

Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho, ikut menyoroti bagaimana pemuda di kancah global punya peran vital dalam mengubah kondisi dunia saat ini. Dimas menyoroti dari berbagai masalah yang muncul imbas dari pandemi Covid-19 ini adalah tingginya angka pengangguran di hampir seluruh negara di dunia. Di Indonesia, Dimas mencatat, setiap tahunnya ada 3 juta pengangguran yang sulit terserap akibat lapangan kerja yang semakin sempit.

"Ada 3 juta anak bangsa yang mencari pekerjaan setiap tahunnya dan jumlah itu akan berkembang terus. Ada yang namanya ketidakberuntungannya bagi tenaga kerja atau karena situasi yang sedang krisis dan seterusnya maka terjadi PHK," kata Dimas saat berbincang dengan Liputan6.com di Diskusi Kopi & Ruang Berbagi, Jakarta Selatan, Rabu 7 Juli 2022.

Lulusan S1 ilmu politik Universitas Airlangga ini mengatakan, situasi makin diperparah dengan adanya pengangguran senyap dan mereka yang tidak memiliki jaminan dalam pekerjaannya atau yang disebut prekariat.

"Ini yang bahaya, mereka bisa kerja hari ini tapi besok belum tentu, ataupun kalau mereka bekerja, status mereka tidak terjamin soal kesehatannya," wanti Dimas.

Situasi sulit tersebut, menurut Dimas, harus segera diatasi. Jika dibiarkan berlarut, Indonesia akan kesulitan saat mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030. Apalagi, saat ini mata dunia sedang menyoro Indonesia sebagai negara yang cukup menguntungkan bagi investasi global. Banyak negara yang percaya untuk menanamkan modal mereka di Bumi Pertiwi.

"Hampir semua investasi di dunia itu ingin masuk ke Indonesia. Tapi kalau kita tidak siap baik dari segi regulasi dari segi sumber daya manusia dan seterusnya, saya pikir kita bisa 'ketinggalan kereta', sehingga memang inisiatif kerja itu menjadi penting," tegas peraih gelar master International Politics dari University of Glasgow, Scotland (UK) ini.

Mengutip pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahwa hari ini adalah eranya transformasi. Hal itu disampaikan Jokowi secara berulang di tiap pidatonya. Dimas mengamini, arahan kepala negara memang relevan, dan karenanya kreatifitas insan muda tidak bisa berhenti pada model kerja-kerja konvensional yang sedikit banyak sudah mulai ditinggalkan imbas kemajuan zaman.

"Harus mampu beradaptasi dengan tuntutan dan tantangan zaman ekonomi digital. Maka ekonomi kreatif itu menjadi kata kunci sebenarnya, dimana memang anak-anak muda harus mampu beradaptasi di situ," tegas dia.

 

 

2 dari 3 halaman

Asah Talenta Muda Lewat Gerakan Kader Bangsa

Dimas menilai, keterbatasan lapangan kerja dan transformasi ekonomi konvensional ke ranah digital, telah menciptakan peluang dan ekosistem pasar baru. Dia meyakini, membangun toko kopi kini tidak sekedar meracik minuman yang enak, namun harus dipadukan dengan teknik pemasaran efektif, salah satunya menggunakan sosial media.

Menangkap hal itu, pria bergelar Phd dari University New South Wales (UNSW) ini memastikan, bahwa menjadi entrepreneur bagi anak-anak muda Indonesia adalah sebuah keniscayaan.

"Kita lihat bahwa anak-anak muda ini suatu saat akan menjadi seseorang, lalu kita berikan mereka modal untuk menjadi entrepreneur," urai Dimas menjelaskan soal salah satu program binaannya yang bernama AMPUH atau anak muda punya usaha.

Bersama para anggota dan alumni Kader Bangsa, Dimas bergerilya dan menyambangi sejumlah kota dengan membidik potensi kreatif anak-anak muda di dunia digital.

"Jaringan kita di daerah seperti di Madiun di Jombang Mojokerto, Jogja lalu kemudian Tasikmalaya, Cirebon, Kuningan, Majalengka. Mereka adalah youtuber-youtuber luar biasa. Contoh, di Mojokerto itu dia buat platform dan di Kediri itu buat platform tentang sejarah itu yang nonton bisa 2 juta orang," takjub Dimas.

Safari yang Dimas lakukan tidak sekedar membangkitkan jiwa kemandirian masyarakat dalam sektor ekonomi, namun bagaimana bahwa aksinya dapat menjawab masalah sosial di sekitar.

"Jadi yang paling penting dari sini adalah memberikan mereka kepercayaan diri dan semangat bahwa mereka adalah bagian dari anak bangsa untuk kelak menjadi pemimpin di negeri ini," tutur dia optimis.

Dimas meyakini, memberi kepercayaan diri dan semangat terhadap kelompok muda untuk dapat berdikari adalah bagian dari tujuan kemandirian bangsa di masa depan untuk kelak menjadi pemimpin negeri.

Pria yang pernah menjabat sebagai staf khusus Kantor Sekretariat Presiden (KSP) ini mendorong agar anak-anak muda tidak gentar untuk bisa maju sebagai pemimpin publik, bahkan pemimpin politik bervisi kebangsaan.

"Kita berpikir untuk bagaimana melanjutkan cita-cita dari para pendiri bangsa ini, harus mampu melakukan rekrutmen dan kaderisasi lalu menciptakan calon-calon pemimpin baru yang tentunya sesuai dengan idealisme dari Pancasila dan keadilan sosial," urai dia.

"Kita menciptakan dan merekrut dan pemimpin baru ke depan dengan tujuan, karena kalau tidak begitu berarti kita gagal dalam berkontribusi untuk memastikan bahwa sistem demokrasi kita dan politik kita ini menjadi politik yang sehat," Dimas memungkasi.

  

 

3 dari 3 halaman

Profil Dimas Oky Nugroho

Dimas Oky Nugroho adalah alumni Universitas Airlangga Surabaya program studi S1 Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) angkatan tahun 1996.

Pria 43 tahun ini sempat menjadi presiden mahasiswa pertama di era reformasi.

Usai menuntaskan studi di Unair, dia bekerja sebagai jurnalis di stasiun TV nasional.

Dimas kemudian melanjutkan pendidikan master di bidang Politik Internasional (International Politics) di University of Glasgow, Skotlandia. Sedangkan untuk gelar PhD diraihnya dari University of New South Wales (UNSW) di bidang antropologi politik.

Sepulang dari Inggris dan sebelum memulai kuliah S3, dia bekerja konsultan perdamaian di UNDP program perdamaian di Aceh tahun 2006-2008.

Pria kelahiran Pematangsiantar ini dikenal aktif dalam berbagai komunitas. Dia juga pegiat komunitas dan ekonomi kreatif, pendiri dan penggagas sejumlah platform kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) antara lain Perkumpulan Kader Bangsa dan Sukarelawan Indonesia Untuk Perubahan. Ini dimulainya sejak tahu 2011.

Dimas sempat diusung sebagai calon Wali Kota dalam Pilkada Kota Depok oleh koalisi PDI Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Partai Nasdem tahun 2015.

Pada tahun 2018, Dimas mendorong program dialog anak muda lintas daerah bernama Kolaborasi Positif. Melalui platform Kolaborasi Positif ini dia berniat memunculkan anak-anak muda berprestasi dari berbagai daerah untuk diapresisasi dan dijadikan inspirasi bagi anak muda lainnya.

April 2019, Dimas menginisiasi program pelatihan dan pertukaran pemimpin muda Indonesia ke sejumlah negara sahabat. Angkatan pertama ke Singapura dengan berkunjung ke sejumlah institusi pendidikan, sosial budaya, ekonomi kreatif, kementerian kepemudaan, asosiasi pemuda dan berdialog dengan para pemimpin muda setempat.

Saat ini dia ditunjuk menjadi tim ahli Menko Perekonomian RI.