Liputan6.com, Jakarta Partai-partai politik berharap mendapatkan coattail effect (efek ekor jas) dengan mengusung capres-cawapres yang berpeluang menang dalam Pilpres 2024. Dalam rakernas bulan Juni lalu, Nasdem dengan berani mengumumkan usulan nama-nama capres, di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Temuan survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan elektabilitas Nasdem justru terjun bebas setelah mengusulkan Anies sebagai capres. Dalam survei sebelumnya bulan April 2022, Nasdem mengamankan posisi di atas ambang batas parlemen 4 persen. Tetapi kini elektabilitas Nasdem tersisa 1,5 persen, tipis di atas Perindo yang mencapai 1,3 persen.
Sebaliknya, PKS tampak diuntungkan dengan arah dukungan terhadap Anies. Elektabilitas PKS meningkat menjadi 7,0 persen, capaian tertinggi dalam setahun terakhir. PKS berhasil menempatkan pada peringkat empat, setelah posisi tiga besar yang masih diduduki oleh PDIP (18,1 persen), Gerindra (12,6 persen), dan Golkar (7,8 persen).
Advertisement
"Keputusan rakernas mengusulkan Anies sebagai salah satu capres membuat elektabilitas Nasdem tergerus, sedangkan PKS justru tampak menuai Anies Effect dengan besarnya dukungan kader terhadap pencapresan Anies," ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (14/7/2022).
Menurut Vivin, Nasdem dengan semangat restorasi Indonesia dikenal publik sebagai salah satu partai berhaluan nasionalis. Nasdem mendukung pemerintahan Jokowi dua periode, dan turut mendapat stigma sebagai partai penista agama ketika mendukung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta 2016.
"Dukungan kepada Anies membuat berpindahnya suara-suara moderat dari Nasdem," jelas Vivin.
Sebetulnya Anies bukan satu-satunya nama yang diusulkan Nasdem, ada pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.
"Tetapi dukungan Nasdem kepada Anies menyalakan alarm bagi kelompok-kelompok moderat yang selama ini menilai figur Anies lekat dengan politik identitas," tegas Vivin.
Meskipun ketiga usulan nama tersebut belum menjamin Nasdem mampu menggalang koalisi, tetapi setidaknya Anies berhasil mengamankan dukungan menjelang berakhirnya masa jabatan sebagai gubernur.
"Kelompok-kelompok relawan Anies di berbagai daerah mendapat semangat karena meyakini Anies bakal meraih tiket capres pada 2024," tandas Vivin.
Sementara itu PKS memang memposisikan diri sebagai oposisi terdepan selama dua periode Jokowi. PKS juga menjadi pengusung utama Anies dalam Pilkada DKI Jakarta.
"Sejauh ini PKS belum secara resmi mendukung Anies, tetapi PKS tampak gencar mendorong koalisi bersama Nasdem dan Demokrat untuk mengusung Anies sebagai capres," terang Vivin.
Â
Â
Nasib Partai Lain
Pada urutan di bawah PKS, ada PKB (6,5 persen), PSI (6,0 persen), dan Demokrat (4,7 persen). Selebihnya berada di bawah ambang batas parlemen, yaitu PAN (2,3 persen) dan PPP (1,8 persen). Setelah Nasdem dan Perindo, ada dua parpol baru yaitu Gelora (1,1 persen) dan Partai Ummat (0,8 persen).
Sisanya adalah Hanura (0,5 persen), PBB (0,3 persen), Berkarya (0,2 persen), dan PKPI (0,1 persen). Garuda dan Masyumi Reborn nihil, sedangkan partai-partai lainnya mendapat dukungan 1,1 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 26,3 persen.
"Partai-partai baru atau reborn lainnya mulai bermunculan, saat ini sedang dalam proses pendaftaran di tingkat KPU," pungkas Vivin.
Survei Index Research dilakukan pada 1-7 Juli 2022 terhadap 1.200 orang mewakili semua provinsi. Sampel dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), diwawancara secara tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Â
Advertisement