Sukses

Angka DBD di Kota Bekasi Capai 1.700 Kasus, 11 Orang Meninggal

Pihak Puskesmas ikut mengupayakan pencegahan DBD, yakni dengan pemberian larvasida seperti Abate untuk mencegah jentik nyamuk.

Liputan6.com, Bekasi - Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) per tanggal 8 Juli 2022 mencapai 1.729 pasien yang tersebar di seluruh kecamatan. Dari total tersebut, 11 orang diantaranya meninggal dunia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Nia Aminah Kurniati menyebutkan lima kecamatan yang memiliki angka kasus DBD tertinggi, yakni Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi Barat, Mustikajaya, dan Bekasi Selatan.

"Jadi ini memang harus kita antisipasi, terutama kita harus menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di masyarakat dan lingkungan," kata Nia kepada awak media, Jumat (15/7/2022).

Menurutnya, nyamuk rentan berkembang biak pada wadah-wadah yang menampung air. Karena itu pihaknya mengajak masyarakat melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus.

"3M berarti menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan atau mendaur ulang barang bekas. Plus-nya menjadi juru pemantau jentik (jumantik) mandiri di rumah masing-masing," papar Nia.

Pihak Puskesmas ikut mengupayakan pencegahan DBD, yakni dengan pemberian larvasida seperti Abate untuk mencegah jentik nyamuk. Dinkes Kota Bekasi juga melakukan fogging, penyuluhan dalam dan luar gedung, gerakan serentak PSN, kader P2P, hingga pemberian insektisida.

"Selanjutnya ada kegiatan pemantauan jentik pada tahun 2022. Kita langsung kunjungan ke rumah-rumah warga pasien DBD. Kita lihat airnya ada jentik tidak. Dan kalau tidak dikuras, telur masih ada jentik. Ini yang perlu kita edukasi ke masyarakat," jelasnya.

Karena fogging tidak membunuh jentik nyamuk, masyarakat pun diimbau melakukan aksi K3 setiap Jumat, sesuai imbauan Plt Wali Kota Bekasi.

"Kalau fogging harus disurvei dulu oleh puskesmas. Resistensi insektisida terhadap kekuatan nyamuk. Bisa saja mereka bertambah kekebalannya saat fogging," ungkapnya.

Menurutnya, gejala DBD yang umum terdiri dari tiga fase. Fase demam meliputi demam tinggi 40 derajat, nyeri seluruh tubuh, sakit kepala, mual muntah. Fase bahaya (kritis), yakni menurunnya suhu tubuh, muntah, mimisan, nyeri perut. Sedangkan fase penyembuhan di saat tubuh kembali demam, namun trombosit berangsur normal.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

2 dari 2 halaman

Risiko Penyakit Cukup Berbahaya

Mengingat resiko penyakit yang cukup berbahaya, Nia berharap masyarakat melakukan upaya pencegahan di rumah dan lingkungan masing-masing.

"Kader jumantik jumlahnya 4.534 orang. Diharapkan satu rumah ada kader jumantik sendiri, memeriksa rumah masing-masing," imbuhnya.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan, dan Penganggulangan Penyakit (P2P), Dinkes Kota Bekasi, Vevi Herawati menuturkan angka kasus DBD tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2021. Pasalnya, sudah ada 11 pasien DBD meninggal dunia dalam kurun waktu setengah tahun.

Ia menjelaskan, nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD, cenderung berkembang biak pada musim penghujan. Karenanya kasus DBD di Kota Bekasi biasanya mengalami kenaikan setiap Januari-Maret, dan kembali turun saat Juli.

"Kita berharap setengah tahun mudah-mudahan cuma sampai sini.Biasanya naik lagi awal tahun berikutnya. Trennya Januari itu rendah, Juli-Desember turun, kalau melihat polanya. Mudah-mudahan sih terus turun," tandas Vevi.